#I

472 11 0
                                    

#SatoshiPov

Kemana si Tomoya? Kok tak ada di ruang tamu? Ck merepotkan saja dia.

Kenapa belakangan ini dia selalu membuatku kesal sih? Apa kuberi dia pelajaran saja?

Tapi kemana dia pergi? Ini sudah larut malam dan dia tak ada?

Apa jangan-jangan, dia mengadu pada Ibu tentang hal ini? Yaampun, aku akan dipukuli oleh Ibu nanti.

Aku harus segera membawanya pulang sebelum dia ke tempat Ibu.

.     .     .     .     .

Satoshi akhirnya menyuruh pelacurnya itu untuk pulang dan dia segera pergi untuk mencari Tomoya.

Karena dia mencari kemanapun tak menemukannya, akhirnya Satoshi menancap ke suatu tempat, yaitu tepi pantai.

Satoshi pun melakukan perjalanan yang cukup panjang, dia berkendara sampai hampir sejam dan akhirnya dia menemukan seorang pria sedang meringkuk kedinginan di hamparan pasir pantai bersalju. Tak menggunakan jaket, hanya sweater tipis dan celana panjang biasa.

Hati Satoshi meringis melihat Tomoya yang sedang meringkuk menggigil seperti itu. Dia rindu Tomoyanya yang dulu. Yang tak memiliki payudara. Dia sayang bahwa dia sayang betul dengan Tomoyanya itu.

Tapi lagi-lagi rasa marah, kesal, kecewa yang tak jelas itu menyelimuti  hati Tomoya. Walaupun sebenarnya tak ingin menghukumnya, namun hati berkata harus dan harus menghukum Tomoya yang menyusahkannya.

.     .     .     .     .

Satoshi menepikan mobilnya di tepi jalan dan berjalan menuju Tomoya dengan cepat. Dengan kasarnya Satoshi menari tangan Tomoya, namun Tomoya yang sudah sangat menggigil dan tak bertenaga pun jatuh.

Satoshi akhirnya menggendong Tomoya dan meletakkannya di kursi belakang, Tomoya yang sangat menggigil hanya bisa meringkuk. Satoshi kemudian memakaikannya coat dan selimut.

.     .     .     .     .

Sesampainya di apartment, Satoshi meletakkan Tomoya di tempat tidur. Tomoya demam, jadi Satoshi langsung mengambil baskom yang berisikan air hangat dan handuk kecil untuk mengompres.

Tapi disaat yang bersamaan Satoshi ingin menghukum Tomoya. Jadilah Tomoya diikat tangan dan kakinya. Walaupun dalam keadaan seperti itu, tapi Satoshi sungguh tega melakukannya.

Setelah mengikat tangan dan kaki Tomoya, tak lupa Satoshi menyumpal mulut Tomoya dengan kaus kaki dan mengikatnya dengan scarf. Kemudian dililitkan syal di leher dan menutupi hidung. Yang terakhir adalah menutup Tomoya dengan selimut dan mengompresnya.

Hingga keesokan paginya Tomoya terbangun dan mendapati tubuhnya yang tak bisa bergerak , dia pun berteriak dan meronta namun nihil. Satoshi kembali dari dapur dan sudah membawa bubur untuk Tomoya.

"Kau sudah bangun rupanya, nih sarapan dulu biar kusuapi ya" Satoshi

Kemudian Satoshi melepaskan ikatan di mulut Tomoya.

"Makan ini, aaaaaaaa" Satoshi

Tapi Tomoya tak bergeming dan malah mengacuhkan Satoshi dengan membuang pandangan ke arah lain.

Naik pitam lah Satoshi dan akhirnya menaruh makanan di atas nakas. Lalu....

PLAK

Ringan sekali tangan Satoshi menampar Tomoya.

"Makan atau akan kuhabisi kau!! Tidak tau diri ya?! Sudah bagus kau ku kasih makan!! Mulai sakarang kau hanya akan berada dalam keadaan terikat. Nanti pulang akan kubelikan diapers untukmu!! Menyusahkan!!!! Awas jika kau beritahu Ayah dan Ibu!!" Satoshi

Tomoya tak menjawab dan malah menangis sejadi-jadinya. Satoshi yang tak peduli, terus menyuapini Tomoya.

Akhirnya selesai, Tomoya digiring ke kamar mandi untuk buang air besar dan kecil. Setelah selesai Tomoya kembali diikat mulutnya dan diselimuti lalu ditinggal bekerja oleh Satoshi.


.     .     .     .     .

Pulng bekerja lagi-lagi Satoshi membawa pulang pelacur, namun karena ingin menghukum Tomoya lebih jadi sebelum pelacur itu memasuki kamar, Satoshi mempersiapkan Tomoya lebih dahulu.

Satoshi ingin sekali Tomoya melihatnya bercinta dengan wanita lain. Entah untuk apa tujuannya tapi yang pasti ini akan sangat menyakiti hati Tomoya.

Pertama-tama, Tomoya didudukkan di kursi dekat ranjang, lalu tubuhnya dililit dengan tali menyatu dengan kursi agar Tomoya tak jatuh ketika bergerak.

Kedua, Satoshi menjepit puting Tomoya dengan jepit jemuran kayu dan itu amat sakit. Tomoya seketika menjerit lalu perutnya ditinju oleh Satoshi hingga Tomoya terbatuk-batuk.

Ketiga, Satoshi menutup lubang penis Tomoya dengan lakban, sehingga Tomoya tak akan bisa orgasme.

Dan yang terakhir, Satoshi melilitkan syar tebal pada hidung dan mulut Tomoya agar dia nanti tak terlalu berisik ketika teriak.

Setelah itu, Satoshi memanggil pelacurnya untuk masuk. Pelacur itu sudah tak kaget dengan keadaan Tomoya yang terikat, karena sudah diberitahu oleh Satoshi sebelumnya.

Satoshi dan pelacurnya itu pun melakukan adegan panas diatas ranjang dan itu membuat Tomoya menangis karena kekasih hatinya sudah melakukannya bersama orang lain dihadapannya. Tak kuasa hati melihat adegan panas orang tercinta namun bukan dengan dirinya melainkan dengan orang lain.

Tomoya mengeratkan gigitan pada sumpalannya itu hingga gusinya terluka dan mulutnya mengeluarkan darah.

Setelah selesai, Satoshi menyuruh pelacurnya untuk pulang dan membayarnya, setelah itu Satoshi menggendong Tomoya ke tempat tidur lalu membuka celananya. Tanpa mempersiapkan terlebih dahulu, Satoshi langsung menusuk anus Tomoya dengan penisnya.

Seketika Tomoya mengerang kesakitan tapi tak digubris sama sekali. Setelah Satoshi puas, dia melepaskan semua ikatan Tomoya dan membersihkannya.

.     .     .     .     .

Satoshi seperti orang gila yang setiap hari menyiksa Tomoya seperti itu. Tak hanya bagian luar yang luka tapi juga hatinya hancur berkeping-keping hingga Tomoya benar-benar berhenti bicara dan menangis.

Kejadian ini berlangsung hingga tak terasa sudah tiga bulan lamanya. Tomoya sudah seperti boneka, dia hanya diam. Diikat ataupun tidak, dia tak bergerak.

Pernah suatu saat dia dihajar habis- habisan oleh Satoshi menggunakan balok. Hingga Tomoya berfikir bahwa itu adalah akhir dari hidupnya. Tapi dengan bodohnya dia tetap mencintai Satoshi. Badan yang penuh dengan lebam pun tak terelakan.

Satoshi lalu mengobatinya hingga sembuh, tapi Satoshi mengulangi menyiksa Tomoya luar dan dalam. Entah apa yang ada dipikiran Satoshi.


.     .     .     .     .


"Tomoya, bangun dan makan ini, kau jangan mati dulu. Aku masih memerlukanmu" Satoshi

Tak ada jawaban, tak ada pergerakan namun hanya tetesan air mata yang keluar. Melihat itu, mau tak mau Satoshi menyuapi Tomoya.


"Merepotkan!! Sampai kapan kau akan seperti ini?!! Kau menyusahkanku!!! Kembalilah jadi Tomoya yang dulu" Satoshi



Dengan gampangnya dia meminta Tomoya untuk kembali? Padahal selama ini dia yang berubah, dia yang bersikap kasar, dia yang marah hanya karena Tomoya memiliki payudara. Padahal Tomoya melakukan itu karena tak ingin melihat Satoshi bersama dengan wanita lain.

Tomoya sudah mengorbankan semuanya dan dia mendapatkan apa? Ya!! Dia mendapatkan kucilan dari orang yang paling dicintainya.

Setelah menyuapini Tomoya, Satoshi berangkat kerja. Tomoya memanfaatkan kesempatan ini. Tomoya mungkin sudah gila, dia berniat memotong sendiri payudaranya karena secara tidak langsung, payudara ini adalah penyebab hancurnya hubungan dengan Satoshi.

Tomoya nekat mengambil pisau besar yang biasa dia gunakan untuk memasak. Dia menuju kamar mandi dan menghadap kaca. Dengan keberanian dan keputus asaan yang tinggi, akhirnya dia pun memotong payudaranya sendiri.




_______________________________________


See Yaa Next Chap 😉😉😉

Kimi Wa - Divné Other Side Part II (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang