"A a apaaaa?!!" Satoshi
"Ya Tomoya harus menjalankan operasinya, karena ada bagian pada lambungnya yang sobek dan lebam, jadi harus dijahit" Ayah Satoshi
"Sebenarnya ada apa ini nak? Bisa kamu ceritakan ini pada ibu?" Ibu Satoshi
"Hmm hmm se sebenarnya Tomoya begitu karena aku Bu" Satoshi
"Maksudnya??" Ibu Satoshi
Lalu kemudian Satoshi menceritakan setiap detailnya dengan jujur dan tak ada yang ditutupi lagi dari orang tuanya. Dari saat dia mulai menyukai Tomoya hingga saat ini Tomoya berbaring dalam ruang operasi karena perbuatan dirinya yang termakan api cemburu.
Tak ada kata-keluar dari mulut ibunya setelah mendengar cerita Satoshi. Namun sebuah tamparan yang sangat keras terdengar sangat nyaring di lorong rumah sakit itu.
"Satoshi, kamu sungguh membuat kami malu!! Apa yang harus Ibu dan Ayah katakan pada Shintaro-San jika melihat keadaan cucu nya seperti ini. Dimana hati dan pikiranmu hah?!" Ibu Satoshi
"Hahhhhh Bagaimana ini Bu??" Ayah Satoshi
Ayah Satoshi amat sangat pusing mendengar cerita ini, dia terus memijit pangkal hidungnya.
Ibu Satoshi yang amat sangat marah pada anaknya itu memukul dan menampar anaknya berkali-kali. Tapi setelah beberapa pukulan dan tamaran,Ayah Satoshi menghentikan istrinya.
"Sudah Bu sudah" Ayah Satoshi
"Dasar anak bodoh!! Apa aku pernah mengajarkanmu untuk berbuat kasar pada orang lain?? Kalau Tomoya sampai kenapa-napa, aku sudah tak punya muka lagi untuk berhadapan dengan Shintaro-san" Ibu Satoshi
"Ma maaf Bu, maaf" Satoshi
Satoshi terus menangis, dia takut jika Tomoya tak selamat.
"Bodoh!!! Jangan minta maaf pada Ibu, tapi pada Tomoya!!" Ibu Satoshi
Satoshi sangat frustasi saat ini, dia terus berdoa dalam hati agar Tomoya selamat.
"Apa benar kalian saling mencintai? Sejak kapan?" Ayah Satoshi
"Sebenarnya sejak Tomoya pindah, aku sudah tertarik padanya. Tapi baru beberapa lama ini aku resmi menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih dengannya" Satoshi
"Hahhh, sebenarnya Ibu tak masalah dengan itu, karena Ibu sangat menyayangi Tomoya seperti anak Ibu sendiri. Tapi Ibu sangat kecewa dengan perbuatanmu ini" Ibu Satoshi
"Lebih baik kita berdoa dan meminta pada Kami-sama agar operasi Tomoya berjalan dengan lancar" Ayah Satoshi
Operasi dimulai, mereka bertiga menunggu dengan cemas di depan ruang operasi. Di tempat lain, perasaan Nenek Tomoya menjadi tidak enak dan dari tadi sangat gelisah. Dia mencoba menelefon Tomoya namun tak tersambung.
Akhirnya Nenek Tomoya mencoba menghubungi Ibu Satoshi, Nenek Tomoya merasa mungkin Ibu Satoshi mengetahui sesuatu.
. . . . .
Sudah empat jam berlalu, namun operasinya juga belum selesai. Satoshi yang sedang kalut, duduk disamping Ibunya sambil memeluk. Ibu Satoshi juga memeluk anaknya karena tau anaknya sedang dalam kondisi tidak baik. Sementara Ayahnya hanya bisa mondar mandir.
Handphone Ibu Satoshi berdering. Dia kaget ketika melihat yang menelefonnya. Mau tak mau dia harus membuat alasan agar Shintaro- san tak khawatir.
#PhoneMode
I : Moshi-moshi, Shintaro-san ada apa
menelefonku?
N: Ahh Urameshi-san, perasaanku tak
enak, aku khawatir pada cucuku.
Aku mencoba menelfonnya
namun handphone nya mati. Apa
Urameshi-san bisa menghubungi
Satoshi-kun untuk menanyakan
kabar cucuku?
I : Nah, kebetulan sekali tadi aku dan
suamiku baru saja mengunjungi
mereka karena kebetulan lewat.
Baru saja mau kusampaikan nanti
ketika sampai rumah, bahwa
handphone Tomoya-kun rusak, jadi
Shintaro-san tak dapat menghu-
bunginya dalam waktu dekat.
N: Apa aku bisa berbicara dengannya
sebentar saja Urameshi-san?
I : Aku sungguh-sungguh minta maaf
Shintaro-san, karena aku sudah
dalam perjalanan menuju tempat
kerabatku, sepertinya kali ini kau
harus mempercayai omonganku
Shintaro-san.
N: Ahh baiklah, maaf merepotkanmu
Urameshi-san.
I : Tak apa, aku sudah mau tiba di
rumah kerabatku. Sebaiknya ku
akhiri telefon ini. Selamat malam
Shintaro-san.
N: Ahh baiklah, sekali lagi terima
kasih dan maaf sudah merepotkan
mu Urameshi-san.
I : Tak apa, sampai jumpa.
N: Ya, sampai jumpa.Telefon pun berakhir dengan keringat dingin yang mengucur dari dahi Ibu Satoshi. Dia merasa amat sangat bersalah pada Nenek Tomoya karena harus berbohong tentang keadaan cucunya itu.
"Ibu akan berikan satu kesempatan lagi untukmu. Ibu mohon, tolong jaga Tomoya nanti, tolong jaga dia dengan baik. Perlakukan dia dengan cinta sebagaimana dia juga mencintaimu.
Ibu mohon Satoshi-kun, jangan sakiti dia lagi" Ibu Satoshi"Baik Bu, aku berjanji akan menjaganya sepenuh hati, dan tak akan melukainya lagi" Satoshi
"Baik, Ibu akan mencoba mempercayaimu lagi, jika sampai ini terulang kembali. Jangan salahkan jika mungkin Ibu akan membencimu nak" Ibu Satoshi
"Baik Bu, Terima kasih karena telah merestui hubungan kami" Satoshi
Setelah perbincangan Ibu dan anak itu selesai, tak lama kemudian lampu ruang operasi pun berubah dari merah menjadi hijau. Ini menandakan bahwa operasi telah selesai. Dokter pun keluar.
"Bagaimana Dok kondisi anak kami?" Ibu Satoshi
"Kami-sama masih melindungi anak itu. Operasinya berjalan dengan lancar. Apakah kalian bisa ikut saya keruangan?" Dokter
"Baik Dok" Ayah Satoshi
"Satoshi-kun, kamu tunggu disini dulu ya, Ibu dan Ayah akan pergi ke ruang Dokter. Kamu tunggui Tomoya-kun ok?" Ibu Satoshi
"Ok Bu" Satoshi
. . . . .
"Ya Dok? Bagaimana kondisi anak saya?" Ibu Satoshi
"Jadi begini, pertama-tama saya mau memberi tahu bahwa Tomoya-kun berhasil melewati masa kritis nya. Tapi tetap saja, Tomoya-kun harus dirawat diruang ICU terlebih dahulu sampai kondisinya lima puluh persen membaik, baru kami pindahkan ke ruang rawat inap" Dokter
"Terima kasih banyak Dok, terima kasih karena sudah menyelamatkan anak kami" Ibu Satoshi
"Saya hanya perantara antara Tomoya-kun dan Kami-sama. Kami-sama masih sangat menyayangi anak itu. Maka dari itu operasi ini berjalan lancar. Ahh ada yang mau saya tanyakan Pak Bu" Dokter
"Ya Dok?" Ayah Satoshi
"Apa kalian tau penyebab nya Tomoya-kun bisa seeperti itu?" Dokter
Disatu sisi mereka ingin memberitahu kejadian yang sebenarnya, tapi disisi lain mereka juga ingin melindungi Satoshi dari masalah.
"Kalau tidak salah Tomoya-kun dikeroyok preman beberapa hari lalu, namun dia tak ingin kami khawatir akan hal itu. Makanya dia tak memberitahu kami Dok" Ibu Satoshi
"Hmm sangat disayangkan sekali. Maaf Pak Bu sebelumnya, saya ingin memberi tahu bahwa Tomoya-kun sepertinya juga mengalami kekerasan seksual" Dokter
"Hah?? A apa maksudmu Dok??" Ibu Satoshi
"Begini, Lubang anus Tomoya-kun juga memiliki luka sobek dan memar. Penis nya juga membiru. Tapi saya sudah menjahit luka dan mengobatinya. Jadi kalian tak perlu khawatir" Dokter
Orang tua Satoshi sebenarnya sudah diceritakan oleh anaknya, namun mereka tetap saja kaget bukan kepalang tau akan kondisi Tomoya saat ini.
"Sekali lagi terima kasih Dok" Ayah dan Ibu Satoshi
"Ya, sama-sama Pak Bu. Senang bisa membantu kalian" Dokter
Orang tua Satoshi kemudian membungkukkan badan lalu pergi meninggalkan ruangan Dokter.
_______________________________________
See Yaa Next Chap 😅😅😅
Maap ya kali ini kebanyakan conversation.
Semoga suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimi Wa - Divné Other Side Part II (BxB)
AcakDIINGATKAN CERITA INI MENGANDUNG ADEGAN 21+ DAN MENGANDUNG KEKERASAN FISIK. HARAP YG DIBAWAH UMUR TIDAK MEMBACA STORY INI. _________________________________________ Kamu.. Kamu yang aku cinta.. Kamu yang mengisi hariku.. dan Kamu yang meninggalkanku...