Aku si janda bodong, suami minggat kecantol kalong
Istri bukan, janda bukan, statusku digantung-gantung
Aku si janda bodong, surat cerai kosong melompong
Istri bukan, janda bukan, nasibku digantung-gantung
Janda bodong, janda bodong, korban egonya lelaki
Janda bodong, janda bodong, korban poligami
Lagu dangdut ciptaan Dose Hudaya itu mengalun merdu di sekitaran cafe. Membuat seorang pemuda yang tengah bersandar di samping mobilnya mendengus pelan. Iris coklatnya menatap kesal ke arah sekelilingnya. Sudah hampir setengah jam ia menunggu, tetapi kekasih gila dan teman-teman sintingnya belum juga datang.
Sesekali ia menyugar surai hitam legamnya ke belakang, membuat beberapa wanita memekik histeris. Bagaimana tidak? Tinggi semampai, rambut hitam legam bak langit malam, hidung tinggi terpahat rapi, alis tebal menukik tajam, di tambah dengan iris coklat madunya yang memikat. Siapa yang akan berpaling dari pesonanya? Nyaris tidak ada.
"Ganteng-ganteng ko lagunya janda bodong," Gumam seseorang. Akhtar-pemuda tampan tadi-menoleh ke kanan ke kiri mencari sumber suara. Tetapi tidak ada siapun.
"cari siapa beb? Aku yah? Kan ada di hatimu." Lanjutnya. Seketika raut wajah Akhtar berubah dingin, sekarang ia tahu suara siapa itu.
"Keluar nggak lo cesum." Desisnya tajam, membuat seorang wanita yang tengah berjalan di dekatnya berhenti.
"Ada apa mas?" tanyanya. Akhtar meringis, ia hanya menggeleng canggung. Wanita itupun melanjutkan langkahnya.
"Cesum siapa?" Suara itu kembali terdengar.
"Lo lah!" Saut Akhtar sedikit berteriak. Membuat sepasang muda-mudi menatapnya bingung.
"Gue kenapa?" Tanya Si suara.
"LO GILA!" kali ini Akhtar berteriak kesal. Pasangan muda-mudi tadi langsung berlari menjauhi Akhtar dengan tatapan ngeri.
"Iya adek gila gara-gara abang..." Kali ini suara itu terdengar mendamba.
"Berhenti main-main cesum, cepet keluar." Akhtar masih celingukan mencari dari mana suara itu berasal.
"Nggak mau ah, cari dong. Katanya detektif handal." Akhtar memutar bola mata malas.
"Keluar Glenata." ucapnya penuh penekanan.
"Nggak mau!"
"KELUAR!" Teriak Akhtar geram. Membuat seorang ibu-ibu yang tengah menuntun anaknya santai, reflek menggendong anak tersebut dan berlari kencang masuk ke dalam cafe. Glen yang melihat itu langsung terbahak.
"Suara lo kaya bledek, jadi takut kan tuh emak-emak hahaha..." Akhtar mendengus kesal.
"Ini semua gara-gara lo! Cepet keluar!" Titah Akhtar.
"Aku di belakang kamu sayang." Akhtar langsung berbalik dan tubuhnya tersentak. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati wajah Glen menempel dikaca mobilnya dengan lubang hidung tertarik ke atas. Dan jangan lupakan bibir basah yang melebar itu.
Plak!
"Jorok!" Serunya sembari memukul kaca di depannya. Glen terkekeh geli kemudian memundurkan wajahnya.
"Sejak kapan lo di sini? Gue nunggu lama tau nggak!" Gerutu Akhtar saat ia sudah berada di dalam mobil.
"Untuk ukuran seorang detektif, kau cukup bodoh kawan." Cibir Glen tanpa memperdulikan pertanyaan Akhtar.
"Jadi?"
"Jadi lo bego," Tak! "aduh ko lo jitak gue sih?!" Sungut Glen tak terima.
"Mulut lo kasar!" Balas Akhtar sengit.
"Ya maaf..." ucap Glen sambil menunduk dalam. Melihat itu, Akhtar merasa bersalah. Ia pun mengusap pelan surai panjang milik Glen.
"Nggak papa, iya di maafin ko." sautnya. Glen pun mendongak menatap sang kekasih.
"Tapi bener kan kata gue? Lo payah." Gumam Glen ringan. Akhtar langsung menarik tangannya. Rasanya ingin sekali Akhtar menempeleng mulut gadis di hadapannya ini. Glen mengulum senyum menahan tawa melihat wajah masam milik Akhtar.
"Jangan begitu beb, entar gantengnya pudar loh..." Ledek Glen sembari menoel-noel pipi Akhtar.
"Emang kal-"
Tok! Tok! Tok!
Ucapan Akhtar terhenti kala mendengar kaca mobilnya diketuk dengan tidak sopannya. Disusul suara teriakan-teriakan keras dari segerombolan anak muda di luar sana.
"Woy lah! Pacaran mulu lo berdua, cepet keluar. Udah pegel nih kaki!" Akhtar mendengus mendengar celotehan teman sebangkunya, siapalagi kalau bukan Grissam si tukang numpang.
"Temen lo itu cerewet banget yah, nggak jauh beda sama banci-banci gue." Ucap Glen yang masih memperhatikan Grissam yang terus berteriak. Akhtar terkekeh mendengar ucapan gadisnya.
"Udah ah, ayo keluar." Ajak Akhtar. Mereka berdua pun keluar dari mobil.
"Jadi siapa yang bakal tampil buat perwakilan kelas?" tanya Glen sambil menyeruput minumannya. Di sana-di dalam cafe-sudah ada teman-teman kelasnya yang duduk melingkar saling berhadapan.
"Kurangajar nggak sih? Kita yang mau lulus harusnya tinggal duduk santai nikmatin pertunjukan dede gemes. Eh malah suruh bikin pertunjukan juga!" Gerutu Grissam tak jelas yang langsung mendapat cubitan maut dari Caca sang pacar.
"Gimana kalo lo sama Akhtar aja Glen?" ujar Rino si ketua kelas mengabaikan Grissam. Akhtar yang tengah sibuk dengan ponselnya pun mendongak.
"Gue? Kenapa nggak Grissam aja? Suruh dia nglenong jadi banci, pasti seru." Mata Grissam melebar mendengar ucapan gila Akhtar yang berhasil mengundang gelak tawa semua orang.
"Jangan banci, Caca nggak suka! Gimana kalo topeng monyet aja? Caca yang nabuh musiknya, aa Sam yang jadi monyetnya, pasti lebih seru." ujarnya penuh semangat. Semua orang seketika meringis, menatap kasian ke arah Grissam. Yang ditatap hanya diam dengan ekspresi tertekan. Nasib punya pacar dongo, bukannya membela malah memojokan!
"Sam mending lo ganti pacar aja deh, dari pada tekanan batin, mati muda, kan nggak enak. Gue punya stok janda banyak loh, ambil aja nggak papa." Tawar Ucup berbisik.
Seketika mata Grissam berbinar. "Jandanya bahenol kan?" tanyanya antusias.
"Beh jangan ditanya, si Caca mah lewat, apalagi Glen jauh..." sautnya lirih.
"Serius kan lo? Gue ma--" Bugh! Bugh! Belum sempat Grissam menyelesaikan ucapannya, sepatu Glen sudah melayang menumbuk kepala keduanya.
"Makan tuh bahenol!" teriak Glen garang. Akhtar menatap kekasihnya ngeri, sedangkan Rino menunduk memijat pangkal hidungnya. Kepalanya pening, melihat kelakuan teman-temannya.
"Udah-udah jangan pada ribut," kali ini suara Caca terdengar menginterupsi. Seulas senyum terbit diwajah Rino, akhirnya ada juga temannya yang masih waras. "mending kalian bacain Caca dongeng, Caca ngantuk soalnya." Senyum Rino seketika luntur, kini tidak hanya kepalanya yang pusing, tetapi perutnya juga mules.
"Tar," Akhtar menoleh kearah Rino. "punya minyak angin nggak? perut gue pusing, kepala gue mules." ujarnya ngelantur.
Akhtar menggeleng pelan. "Gue nggak punya. Tapi gue punya yang lebih ampuh buat ngilangin rasa sakit lo. Gue jamin semuanya bakal ilang." saut Akhtar.
"Apa emang?"
"Sianida."
"MATI AJA LO SEMUA!"
>Bersambung<
Baru pemanasan, ayo panaskan lagi dengan komentar dan vote dari kalian🔥
Tehdy-
18 juni 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naefa 2
RomanceBACA DULU SEASON PERTAMA "Arash Arend dimana sandal kalian?" " Sandal Arash di jual Arend mah." "Sandal Arend di makan ayam mah." "Anak kita cerdas ya honey..." "....." Penasaran sama kisah mereka? Yok langsung baca. Jangan lupa Vote, komen dan aj...