"Kalau Caca jadi Glen, bakal Caca cemplungin Akhtar ke closet!"
"Bau tai dong." saut Glen terkekeh. Suasana hatinya memang sempat memburuk saat mendapati Akhtar berduaan dengan perempuan lain. Akan tetapi perlahan kekesalannya itu menghilang saat mendengar ocehan Caca yang terus menerus melayangkan sumpah serapah yang tidak masuk akal pada pemuda itu. Ditambah dengan aksi menembak karet, itu sudah cukup membuat Glen tertawa terpingkal saat mengingatnya.
"Itu malah kurang! Nata harus hati-hati, kayanya Akhtar udah ketular virus buaya darat. Dia harus di--aduuhhh...Caca lupa!" Gadis bermata bulat itu menepuk dahinya pelan. Membuat Glen ikut menghentikan langkahnya.
"Lupa apa?"
"Caca lupa harus bawain sarapan buat Aa Sam!" ucapnya histeris. Mendengar itu Glen memutar bola mata malas.
"Gue kira apaan, manja banget sih si tengil." saut Glen melanjutkan langkahnya.
"Iya dia kasihan tahu, kalau mau makan pasti nyari Akhtar. Dari pada ngemis-ngemis begitu mending Caca yang ngasih kan. Nata enggak papa kan ke kelas duluan?" tanya Caca memastikan. Walau gadis itu tahu tidak ada orang yang berani mengusik sang teman, tetapi entah mengapa perasaan Caca menjadi tidak enak.
"Gue enggak papa kali, santai aja." balas Glen tersenyum meyakinkan saat melihat raut tak biasa dari Caca.
"Eum...oke, Nata hati-hati yah." Gadis itu melambai kemudian berbalik, berlari ke arah kantin.
Sedangkan Glen terus berjalan menuju kelas. Melihat lorong yang akan ia lalui ditempati oleh seorang guru yang suka sekali mencari celah untuk menghukumnya, membuat Glen berdecak. Tanpa berfikir panjang ia memutar arah menuju lapangan. "Enggak papa deh jauh sedikit. Ketimbang harus ketemu tuh guru, males banget gue."
Tanpa Glen sadari, sedari tadi seorang pemuda mengawasinya dari jauh. Saat melihat gadis yang tengah ia intai berbalik arah, ia segera bersembunyi di balik tembok. Senyum geli langsung tersungging dibibirnya saat tahu alasan gadis itu memilih memutar.
Kedua kakinya kembali melangkah mengikuti. Mata coklat madu nya terus memperhatikan gerak gerik Sang gadis. Senyuman kecil dan gelengan kepala tak terlewatkan saat melihat gadis itu menjahili beberapa orang yang berpapasan dengannya.
Tetapi itu tidak bertahan lama. Senyuman yang sempat tercipta seketika lenyap digantikan dengan keterkejutan yang amat nyata saat sebuah vas bunga meluncur dari ketinggian menuju gadisnya. Ia langsung berlari kencang menyambar tubuh Glen sesaat sebelum vas itu mengenai kepalanya. Tubuh keduanya berguling dan berakhir dengan benturan keras dibagian punggung si pemuda saat bersitubruk dengan tiang besi. Pekikan semua orang menambah ketegangan. Suara pecahan kaca menjadi penutup kejadian naas yang dalam sekejap mengubah suasana.
"Sstt...lo enggak papa?" tanyanya sedikit meringis merasakan sakit yang perlahan menjalar di punggungnya. Raut khawatir terpampang jelas di wajahnya yang rupawan.
Glen yang syok tampak terdiam dengan detak jantung yang bertalu. Tak lama sebulir air mata terjatuh membasahi pipinya. "Ha-harunya gu-gue yang tanya, lo...lo enggak papa?" ucapnya gemetar. Dengan sedikit tertatih Akhtar mencoba berdiri, melihat itu Glen tersadar dan segera bangkit kemudian membantu.
Akhtar tersenyum, tangannya bergerak mengusap air mata Glen yang kini bertambah. "Gue enggak papa, tolong jangan nangis."
"A-ayo ke rumah sakit." cicit Glen yang masih gemetar memegangi tangan Akhtar erat. Kejadian yang sangat tiba-tiba membuatnya sedikit terguncang. Melihat tatapan memohon dari Sang gadis, Akhtar mengangguk. Keduanya berjalan cepat meninggalkan lapangan.
Beberapa guru mulai berdatangan dan membubarkan semua orang serta menyuruh tukang kebun untuk membersihkan pecahan kaca yang berserakan. Sedangkan jauh di lantai tiga, seorang gadis merengut kesal kemudian pergi menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naefa 2
RomanceBACA DULU SEASON PERTAMA "Arash Arend dimana sandal kalian?" " Sandal Arash di jual Arend mah." "Sandal Arend di makan ayam mah." "Anak kita cerdas ya honey..." "....." Penasaran sama kisah mereka? Yok langsung baca. Jangan lupa Vote, komen dan aj...