[2] Motor kebanggaan

418 60 5
                                    

Di dalam sebuah rumah besar bernuansa keemasan, seorang pemuda terlihat berjalan santai sembari menenteng sebuah tas di sebelah pundaknya. Matanya yang tajam menatap dingin kearah sekitar. Rumah besar yang selalu sepi, pikirnya. Tanpa berlama-lama, laki-laki itu meraih knop pintu utama. Tubuhnya tersentak ketika ia menemukan seorang gadis berdiri persis di depan pintu dengan senyum aneh merekah di wajahnya.

"Hi bebep Akh Akh Akhtar!" Pekik sang gadis sumringah. Akhtar mengerjap pelan, ia terlalu terkejut dengan kehadiran Glen. "kaget nggak gue ada di sini?"

Tersadar, Akhtar mendelik. "Dasi lo ke mana hah?" Bukannya menjawab, ia lebih tertarik dengan penampilan Glen yang tidak karuan.

"Ketinggalan di rumah hehe...." sautnya pringas-pringis. Akhtar menghela napas pelan.

"Kalo sabuk?" Akhtar kembali bertanya. "jangan bilang di ambil sama temen jadi-jadian lo itu." Lanjutnya dengan ekspresi jiji. Glen terkekeh pelan.

"Nggak ko, kalo sabuk ada ditas." Sautnya menepuk pelan tas hitam dipundaknya.

"Kenapa nggak langsung dipake dari rumah sih? Cepet pake!"

Glen terlihat merengut, sebelum menatap Akhtar lekat. Dalam hati, Akhtar menerka-nerka apa yang akan dilakukan gadis licik di depannya ini.

"Pakein...." ucapnya manja.

Akhtar melongo, sejak kapan berandalan ini jadi manja?! Tak mau berdebat semakin lama, Akhtar meraih tas Glen. Menekuk satu kakinya, dengan telaten ia memasangkan sabuk dipinggang ramping milik Glen. Gadis itu tercengang, sedikit tak menyangka Akhtar mau melakukannya.

"Besok-besok kalo berangkat sekolah tuh yang rapi. Lo mau belajar, bukan mulung." Glen mengulum senyum mendengar celotehan Akhtar. "Udah sele--" Cup. Tubuh Akhtar menegang kala Glen mengecup pelan dahinya.

"Makasih udah bantu." Ucap Glen mengerlingkan mata.

"Dasar modus." Desis Akhtar berjalan cepat menjauhi Glen dengan pipi memanas.

"Oy mas! Pintunya nggak ditutup dulu nih?" Teriak Glen menahan tawa. Ia tahu Akhtar tengah nervous.

"Ada bibi di dalem."

"Emang molen kemana?" Glen mendekat kearah Akhtar yang sudah menaiki motor sport hitamnya.

"Mama balik ke Amerika, ada urusan katanya." Glen hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Berarti lo sendirian di sini?"

"Si tengil biasanya nginep. Udah ah ayo berangkat. Kalo telat, terus dihukum, lo gue rongsokin." Glen hanya mencebik mendengar ucapan Akhtar.

"Gue bawa motor." Ujar Glen menunjuk motor vespa berwarna silver yang terparkir cantik di halaman. Itu dia motor yang selama ini dibangga-banggakan olehnya.

"Tinggal aja di sini, lo berangkat sama gue. Motor butut gitu, nggak ada yang doyan." Glen mendengus kesal. Lagi-lagi motornya dilebeli butut, sialan!

"Asal lo tau ya Akhtar jelek, motor gue tuh bersejarah! Gue yakin, motor lo nggak ada apa-apanya dibanding motor gue!" Ucapnya menggebu-gebu. Melihat itu Akhtar tertawa renyah, gadisnya ini, lucu sekali.

"Oke oke motor lo bagus, bagus banget malah." Akhtar mengulum senyum menahan tawa melihat ekspresi jengkel sang gadis.

"Awas aja kalo motor gue sampe lecet, kepala lo gantinya!" Dengan mudah Glen menaiki motor Akhtar. Sudut bibir Akhtar terangkat, sepertinya bermain-main dengan motor butut itu akan menyenangkan.

♧ ♧ ♧

Waktu berlalu tahun berganti. Saat ini, Sma Graha Sakti tengah sibuk mempersiapkan acara pelepasan siswa siswi kelas 12 yang akan dilaksanakan lusa. Semua orang sibuk mempersiapkan diri masing-masing karena perpisahan tahun ini sedikit berbeda. Jika biasanya diadakan di pagi hari, kali ini diadakan di malam hari dengan tema keep shining in the dark night.

Naefa 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang