[3] Teringat masa lalu

398 51 12
                                    

"Ko berhenti di sini sih? Katanya mau beli novel?" Glen menatap rumahnya malas. "Lo mau nipu gue hah?" Lanjutnya memicingkan mata.

"Mampir dulu, gue mau ketemu buna," Glen mencebik. "kenapa lo? Nggak suka gue ke sini?" Tanya Akhtar sembari memarkirkan motornya.

"Bukan gitu elah, di dalem tuh ada bang Az, kalo dia liat lo pasti kalian nge-game. Dan gue? Dicampakan!" Akhtar hanya terkekeh kemudian berjalan menuju pintu utama.

"Assala--"

"Kelamaan ayo masuk," Glen membuka pintu rumahnya lebar. "YUHU MAEL CALON MANTU DATANG BERKUNJUNG NIEH, YUHUU MAELL...." teriaknya berjalan masuk. Reflek Akhtar menutup kedua telinganya, matanya menatap Glen garang, dasar nggak punya akhlak!

Langkah keduanya terhenti saat melihat seorang laki-laki tengah merancau tak jelas di ruang tamu. Wajahnya tidak terlihat karena ia tengkurap di atas sofa.

"Abang lo kenapa?" Bisik Akhtar penasaran.

"Susah berak kayanya." Saut Glen ikut berbisik.

"Samperin nggak nih?"

"Nggak usah, biar dia mati di situ." Tak! "ko eneng disentil sih? Jahat!" Ucap Glen dramatis saat Akhtar menyentil dahinya pelan.

"Mulut lo!" Glen hanya tersenyum lebar menunjukkan deretan gigi putihnya.

"Loh Glen kamu bolos lagi?" Serempak keduanya berbalik saat mendengar suara seorang wanita. "Kamu juga ajak Akhtar bolos?!" Terlihat Elyana tengah berdiri membawa secangkir teh dengan ekspresi terkejut. Buru-buru Akhtar menyalami wanita itu.

"Nggak ko bun, kelas 12 bebas." Jelas Akhtar. Elyana mengangguk bernapas lega, sedikit takut anaknya akan menyesatkan orang lain.

"Wuluh mael suka banget berburuk sangka sama anak sendiri," Cibir Glen ikut meraih tangan sang mama dan mengecupnya singkat. Elyana hanya mencebik mendengar ucapan anak kurang ajar dihadapannya.

"Dasar dosen botak! Lo pikir buat skripsi segampang ngeluarin pipis apa?! Main coret-coret seenak jidat!" Gerutuan seorang pria berhasil merenggut perhatian ketiganya.

"Loh abangmu kenapa?" Tanya Elyana menatap Azfer bingung. Glen dan Akhtar hanya menggeleng tanda tak tau.

"Bang?" Panggil Elyana saat ia sudah berada didekat putra sulungnya. Tetapi laki-laki itu hanya bergeming. "Azfer Althafariz Hollander! Kam--"

"Glenata Arisetta Hollander!" Glen menyebut namanya sendiri sembari mengacungkan tangan semangat.

"Glen mama buk--"

"Akhtar Reyfefa Giessen." Timpal Akhtar polos dengan senyuman. Ujung mata Elyana berkedut mendengar teriakan kedua remaja di sampingnya. Akhtar mengerjap pelan, ada yang salah? Sedangkan Glen hanya tertawa.

"AKHTAR!" Semua orang terlonjak kaget mendengar Azfer yang tiba-tiba berteriak kencang. Ia berjalan sembari memicingkan mata kearah pemuda yang bestatus sebagai kekasih adiknya, menatapnya penuh selidik. Akhtar mengernyit bingung. Ia ingin bertanya, tetapi suaranya tercekat kala Azfer menarik dan merangkulnya erat.

"lo pasti ke sini mau mabar sama gue kan? Peka banget sih lo!" Ucapnya sumringah mengacak rambut legam milik Akhtar. Seketika rahang Elyana terjun bebas, ia kira anaknya ini ada masalah dengan putra tunggal keluarga Giessen. Ternyata? Dasar anak muda!

"Kepedean lo bang," Akhtar melepas rangkulan Azfer. "gue ke sini tuh mau ketemu buna, bukan lo!" Lanjutnya setengah menggerutu. Wajah Azfer seketika menjadi suram, melihat itu Elyana buru-buru menyela sebelum drama baru tercipta.

"Sudah! Sudah! Glen kamu masuk ganti baju, dan kamu bang tolong pindahkan pot bunga mama yang ada di teras ke taman belakang yah, nggak ada tapi-tapian!" Ucapnya tegas. Dengan langkah gontai keduanya berlalu pergi tanpa membantah. Jika sang mama sudah memerintah dengan raut wajah galak, maka tidak ada satupun yang bisa melawannya, termasuk Glen.

Naefa 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang