Asma bangun saat adzan subuh berkumandang, dan bunyi alarm yang mengejutkan. Asma ingat, Dikta sedang tidur di luar karena ia yang menyuruhnya. Asma ingin membangunkan suami nya itu, tapi ia masih marah.
Tapi, bagaimana jika suami nya tidak bangun, dan tidak melaksanakan sholat subuh? Ia lebih berdosa lagi, jadi Asma memutuskan untuk membangunkan Dikta yang tidur di sofa depan.
"Pak bangun, sholat subuh." Asma tidak mengguncang tubuh Dikta, ia hanya berucap saja dengan wajah datar.
Oke.. Oke.. Asma tidak bisa marah pada Dikta, ia mencoba senyum dan membangunkanya lagi. "Pak? Bapak! Ih bangun!" Asma sudah mulai geram dengan suami nya yang tak kunjung bangun.
Dikta akhirnya bangun dan mengumpulkan nyawa nya terlebih dahulu. Asma berjalan menjauhi Dikta, namun di tahan oleh Dikta. "Masih marah sama saya?" tanya Dikta.
"Masih."
"Kenapa bangunin saya buat sholat subuh?" yang kayak gini emang harus di tanya ya? kan tujuanya buat ibadah.
"Saya gak mau bapak dosa karena ninggalin sholat, harus nya saya tadi emang gak bangunin bapak." jawab Asma dingin.
"jadi gini rasanya jadi asma? udah sabar tapi malah saya dinginin." batin Dikta. bisakan berubah dari sekarang? Tapi Dikta masih gengsi.
"Bapak sholat sendiri aja. Saya juga mau sendiri." lanjutnya dan langsung pergi ke kamar. Nyatanya rasa marah itu masih ada, walaupun Asma sudah bertekad untuk tidak mau marah.
"maaf... maafin saya.." gumam Dikta pelan.
Asma melipat mukena nya yang sudah selesai ia gunakan. Sekarang, ia ingin berangkat kuliah. ya dia memang masih kuliah, dan ia juga sudah meminta izin kepada suami nya untuk melanjutkan kuliah.
"Bapak sarapanya sudah saya taruh di atas meja. Sekarang, saya mau berangkat kuliah dulu ya pak." pamit Asma.
"Tunggu. saya izinin kamu kuliah, bukan artinya kamu ninggalin saya sendirian disini. saya mau kamu temenin saya sarapan, saya juga tau kamu belum sarapan kan?" ujar Dikta. Asma menoleh dan menghampiri Dikta yang berdiri di samping meja makan.
"Iya."
Setelahnya mereka duduk di satu meja makan yang sama dengan keheningan. Dikta sesekali berdeham namun tak di hiraukan oleh Asma.
"Saya antar kamu ke kampus."
"Gak usah pak. Lagian saya biasa sendiri kok. Ini kan urusan saya, bapak urus saja urusan bapak sendiri." balas Asma tak kalah dingin dan jutek.
Dikta menghela nafas berat. Iya benar, ini salah nya. Asma pasti sangat marah dan kecewa dengan dirinya. ia ingin merubah dirinya sedikit-sedikit.
Xeylla juga sudah jarang datang. Dan mental nya kini semakin membaik karena adanya Asma yang membuat nya tidak kosong pikiran.
"Yaudah, terserah kamu."
"Yaudah, saya berangkat sekarang. Assalamualaikum" pamit Asma tanpa mencium tangan suami nya.
"Kamu bawa uang?" teriak Dikta.
"Ngga. Gapapa pak, ini urusan saya!" balas Asma yang sudah jauh.
"Nggak bawa uang? nanti kalau dia kelaparan gimana? dia saja sarapan hanya sedikit tadi." batin Dikta.
[][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][]
Asma sudah sampai di kampusnya, ia baru menginjakan kaki di gerbang tiba-tiba sudah ada laki-laki yang menghadang nya di depan.
"Leo? Ngapain sih?" tanya Asma malas. dirinya sangat malas jika bertemu dengan cowok yang terang-terangan bilang kalau ia suka pada Asma.
Dikta? Bisa saja laki-laki itu tau jika Leo ini menyukai Asma, dan-maybe jealouse? Ah! ini masih 'mungkin' belum benar-benar.
"Udah permisi, aku mau masuk."
"Bareng aku.."
"Nggak! Asma sama saya." balas seseorang dari belakang. Nah kan benar! Dikta kesini, soalnya tadi ia berteriak namun tak di gubris oleh Asma.
"Siapa lo?" tanya Leo.
"Gue... Suami nya, mau apa lo?!" balas Dikta tak kalah nyolot.
"Bapak ngapain disini?" tanya Asma.
"Saya jadi dosen disini, saya mau ngawasin kamu." jawab Dikta dingin. Dalam hati Asma sudah sangat senang, dan rasanya di dalam perut Asma ada kupu-kupu yang menggelitiki.
"Suami kamu?!" tanya Leo kaget.
Asma mengangguk dan sedikit tersenyum. Ya jujur saja, Asma sangat senang saat suami nya mengakui bahwa dirinya adalah istri nya.
"Ayo masuk. Ngapain masih disini?" ajak Dikta sambil menarik tangan Asma.
Di perjalanan, Asma senyum-senyum sendiri. Dikta melihat itu semua, ia pun ikut tersenyum namun samar. "Ngapain senyum gitu? Gak ada yang lucu." ucap Dikta dingin.
"Bapak berarti sayang sama saya ya?" tanya Asma sambil menggelendoti tangan Dikta.
"Gak tau."
"Bohong dosa loh pak. Jujur aja, bapak kan SUAMI saya." ucap Asma menekankan kata 'Suami'.
"Ck! Kamu mau telat hah? Cepet masuk sana." balas Dikta sedikit keras namun menggemaskan di mata Asma.
setelah Asma menghilang dari pandanganya, Dikta terkekeh kecil karena kelakuan manja istri nya tadi. Istri nya mulai berani menggoda nya sekarang. Harus kah Dikta balas dendam?
Asma keluar dari kelas nya dan menemui sang suami yang sudah setia menunggu nya di parkiran mobil. Asma tersenyum dan berjingkat-jingkat riang dan perlahan mendekati Dikta.
"Hai suami. Eh... Assalamualaikum suami.." ucap Asma riang sambil menyengir.
"Walaikumsalaam. Asma masuk." jawab Dikta dingin dan lurus
"Siapa? Saya pak?" tanya Asma dan menunjuk dirinya sendiri.
"Kamu Asma bukan? Kalo bukan, saya tinggal." jawab Dikta dan masuk ke dalam mobil nya.
Asma terkekeh lalu ikut masuk ke dalam mobil Dikta. "Bapak mah! Harus nya bukain saya pintu, terus bapak nungguin saya gitu. Ini malah ditinggal sendirian." dengus Asma sambil mempoutkan bibirnya.
"Terserah saya."
"Bapak ih!"
"Jawab jujur ya pak?" tanya Asma.
"Iya. apa?"
"Bapak cemburu ya pak? Liat saya di godain Leo tadi?" tanya Asma, ini sih meledek lebih tepat nya.
"Gak! Buat apa saya cemburu?"
"Oh yaudah, besok saya pacaran sama Leo aja ya? Gak cemburu kan?" balas Asma.
"Kamu mau durhaka sama suami?!" jawab Dikta. Asma terkekeh lagi, ia benar-benar senang sekarang. Dan seakan masalah yang kemarin datang, itu sirna dalam sekejap.
"Maafin saya." ucap Dikta masih tetap dingin.
lagi! Asma dibikin serangan jantung. Suami nya benar-benar surprise hari ini. Nanti marah, nanti baik, nanti romantis-eh? Emang pernah?
Pokoknya Asma senang hari ini!!! Rasanya ia ingin berlama-lama dengan hari ini. Ya allah terima kasih...
tahhh Dikta udah mau suitt niihhh
kalo di ajak punya anak, bakalan mau gak ya?
eh eh eh nanti aja deh punya anak nya
mau uwu-uwu berdua dulu hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
because of your patience » Jungwoo
Romance"karena kesabaranmu, aku bisa melupakan masa lalu ku, dan karena hangatmu, aku bisa perlahan mencintaimu" -Jungwoo as Radikta Radikta Nugraha, bos perusahaan terbesar, namun mengidap mental illness atau depresi. Ia seperti itu karena kehilangan sang...