Kenneth hanya terdiam saat itu, ia bahkan tidak merasa jika dirinya sedang berada di medan perang ketika itu. Meskipun Gina bisa melihat betapa murkanya ratu ular dihadapannya (Rini).
Permainan pun dimulai, mulai dari Kania yang berdiri di paling depan yang ditutup matanya oleh dasi.
Sesekali Kania meminta bantuan Kenneth yang ada disampingnya untuk mengikat dasi tersebut melintang diantara kedua matanya.
Namun baru setengah mengikat, Kak Axel sudah melarangnya.
"Ken, lo enggak usah iketin. Manja banget si Kania. Nanti lu diomelin loh, udah lo tinggal aja terus iket mata lo sendiri, ngapain ngurus Kania." ucap Kak Axel yang baru-baru ini menoleh ke belakang barisan.
Kania protes. "Apaan sih Kak! Aku tuh susah ngiketnya!" desisnya. "Kenny! Jangan dengerin! Biarin aja nanti aku gigit Kak Axel!" tandas Kania seraya menarik tangan Kenneth untuk segera ke dekatnya lagi.
Kak Axel merasa setengah kesal dengan Kania. Ia pun mau tak mau mendekati Kania dan membantunya mengikat dasi diantara kedua matanya.
Kania merasa tidak nyaman karena ikatan yang terkesan tidak ikhlas itu.
"Loh, loh ini siapa sih?! Pelan-pelan kek! Ini pasti Kak Axel, kan?! Kenny kok kamu tega sih ngebiarin aku gitu aja! HUWA KENNY JAHAT!" pekik Kania di akhir. Kenneth merasa sedikit tidak enak dengan ini apalagi mendengar aduan gadis itu barusan.
"Jangan bawel deh, Kan--cut." ucap Kak Axel yang memberi nama panggilan super konyol di belakang.
"KANIA BUKAN KANCUT! MAU KUTAGIH NASI KUNING?!" tandas Kania. Kak Axel tertawa kecil mendengar kehebohan gadis berisik itu. Ia pun segera menyelesaikan menutup mata Kania dengan dasi itu. "Udah tuh." ucap Kak Axel
"Huh, dasar!" Kania mengeluh.
"Makasih." ucap Kak Axel meminta gadis itu mengucapkan terima kasih. Namun sayangnya Kania malah membuang muka dan cenderung bodo amat.
Kak Axel pun segera kembali ke tempatnya semula, berdiri tiga langkah didepan barisan para anggota timnya.
Beberapa saat setelahnya permainan pun dimulai.Kak Desi memberi perintah pada semua siswa dan siswi dihadapannya untuk melakukan banyak gerakan baris-berbaris dalam keadaan kedua mata tertutup, di awal-awal memang masih tidak ada ujian berarti, terutama Kania yang tampak begitu senang karena usahanya berguru oleh Kenneth barusan benar-benar berhasil.
Namun sayangnya di pertengahan, mereka dikatakan akan diberi hukuman jika gerakan salah satu dari mereka salah.
Bahkan banyak Kakak OSIS dari masing-masing tim mereka memeriksa dengan teliti satu persatu gerakan adik kelasnya itu.
Meskipun jadi bertambah tegang, namun pada akhirnya Kania, Gina dan Kenneth berhasil melalui ujian tersebut tanpa melakukan satupun kesalahan. Tidak terkecuali Gina, Keyra maupun Elsa yang berakhir terkena hukuman scott jump.
Setelah permainan MOS tadi selesai, Kania pun berjalan menuju kamar mandi perempuan. Ia masuk ke dalam toilet dan pilih pintu paling kanan yang terbuka. Kania masuk.
Namun ketika berada didalam toilet, beberapa siswi yang baru keluar dari dalam toilet kini sibuk bergosip seraya memoles wajahnya dengan bedak ataupun lipgloss.
"Gue sebel banget sama anak kelas satu yang sok keganjenan sama Kak Axel itu, siapa sih dia? Udah paling berisik, cempreng, caper terus kayak berasa dunia milik dia aja. Enggak ada sopan-sopannya sama Kak Axel." ujar Celine seraya membenarkan rambutnya.
Salah satu temannya setuju, satu dari mereka ikut menimpali.
"Heh, baru nyadar lo. Kemana aja dari kemarin? Dia itu kan yang punya pengawal pribadi orang jepang itu, anak sultan dia!" ucap Kesha menepuk pipinya dengan bedak.
Celine tersadar. "Oh, cowok cakep yang kayak orang jepang itu maksud lo? Gila. Jadi dia beneran orang jepang toh? Dan dia pengawal pribadinya?! Gokil, gokil.." ucap Celine tak percaya.
"Pantes kan, kalo dia berasa jadi berkuasa di sekolah ini? Berisik-berisik gak jelas, berasa sekolah punya nenek moyangnya, ngerasa paling cakep hanya karena banyak orang nempel dekat dia, padahal mah... heh..." ucap Tiara meremehkan.
Kania terdiam mendengar itu semua, didalam toilet itu ia hanya berdiri tanpa melakukan hal apapun. Ia tertunduk murung.
"Orang dekat sama dia, hormat sama dia, baik sama dia maupun Kak Axel sekalipun. Itu enggak lebih cuma karena dia seorang anak sultan aja. Anak yang mungkin bisa mereka manfaatin di masa depan!" tandas Tiara yang seolah langsung menancap ke ulu hati terdalam Kania ketika itu.
Menjadikannya semakin dirantai untuk bergerak. Oh baiklah, haruskah ia menjadi pendengar yang baik?
Kania kembali ke dalam kelasnya, setelah menghabiskan waktu sepuluh menitnya terbuang sia-sia hanya untuk mendengar ocehan yang tidak berguna di kamar mandi.
Ia duduk disebelah bangku Kenneth, Gina memajukan dirinya ke dekat Kania yang duduk didepannya.
"Lama amat cin, lu abis berak yak?" tanya Gina, Kania hanya terdiam tak membalas, bahkan ia cuma melirik Gina sebentar dengan wajah datarnya lalu membuka buku pelajaran, dibacalah buku itu. Padahal otak tidak konsen sama sekali dengan apa yang dibacanya.
Gina menatap heran Kania yang baru pertama kali ini melihat ke arah buku. Tumben sekali baca buku? Ini bahkan kebiasaan yang jarang Kania lakukan selama seratus abad.Elsa yang duduk dibaris depan sebelah kanan tampak memanggil Kania saat itu.
"Kan! Kania!" pekiknya. Kania mendongak melihatnya dengan wajah datar dan tak berselera.
"Minjem pulpen dong gue!" pekiknya. Kania mengambil tempat pensil dari dalam tas lalu taruh diatas mejanya, seakan menyuruh Elsa untuk mengambil sendiri pulpennya.
Pandangan Kania fokus ke buku lagi. Elsa pun segera bangkit dari kursinya dan mendekati Kania. Ia buka tempat pensil Kania dan ambil salah satu pulpennya.
"Yang ini, atau yang mana?" tanya Elsa khawatir salah mengambil pulpen. Kania tidak sama sekali menoleh atau mendongak, ia tetap fokus melihat ke arah buku.
"Apa aja." ucapnya datar.
"O-oh yaudah. Pinjem ya?" ucap Elsa yang merasa ada hal aneh dengan Kania namun ia mencoba untuk menyikapi itu biasa, ia segera membawa pulpen itu lalu kembali ke tempat duduknya.
Entah Gina maupun Kenneth, mereka tahu betul perubahan sikap Kania beberapa saat ini. Ia tampak dingin dan seperti memendam sesuatu didalam, seperti lebih memilih diam dan tidak bercanda ria seperti biasa.
Lebih tepatnya ini terjadi setelah dia menghabiskan waktu lama di kamar mandi. Apakah mungkin terjadi sesuatu barusan?
Gina bahkan khawatir jika Kania sedang kesurupan hantu kamar mandi saat itu.
Beberapa saat kemudian, banyak jam kosong terlewati oleh mereka.Namun dibanding teman-teman lainnya yang lebih memilih bergrup, bercanda tawa, perang sapu, bermain-main atau semacamnya. Kania lebih memilih menelungkupkan wajahnya ke atas meja.
Kepalanya ditutupi oleh buku. Ia sedang tiduran di atas mejanya. Gina pun jadi ikutan murung sama sepertinya, ia ikut tidur diatas mejanya.
Kenneth melihat betul betapa banyak perubahan sikap Kania beberapa saat ini, diam-diam ia begitu khawatir dengan nonanya itu. Meskipun ia tidak kuasa mengutarakannya dengan kata-kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenneth [END]
Romance"Tersenyumlah, itu perintah." Bercerita tentang bodyguard dan nonanya yang sudah menjadi teman sejak kecil. *** Sudah lama saya hidup dalam pemahaman seperti itu bahwa kepuasan mereka adalah prioritas, hingga tak sadar.. saya telah menjadi manusia...