Kenneth melihat Kania digotong oleh dua pria berpenampilan seperti preman itu, ia melotot dan berekspresi sangat marah ketika melihatnya.
Ia langsung sesumbar lari menuju mobil tersebut, ia benar-benar tidak terima melihat Kania diculik begitu saja oleh mereka.
Kenneth terus mengejar mobil tersebut, ia yang sudah cukup ketinggalan oleh mobil tersebut, pilih cara untuk naik ojek kebetulan didekat sana ada pangkalan ojek.
Ia meminta pengendara ojek tersebut untuk mengejar mobil Grandmax didepan sana serta memintanya untuk mengencangkan laju motornya.
Salah satu penculik yang sedang menyupir mobilnya pun melihat dibelakang sana ada pengendara ojek sedang mengejar mobil mereka.
Sang sopir itu pun segera melaporkan hal tersebut pada temannya. "Mat, kayaknya itu ojek ngejar kita dah. Gawat, Mat. Kalo sampe ketahuan kita nyulik anak sultan." ujar Joko.
Mamat yang duduk dibelakangnya pun segera menoleh ke arah belakang mobil. Ia ikutan terkejut dan sedikit panik.
"Makanya bawa mobilnya yang kenceng! Biar kita enggak kebalep." suruh Mamat yang saat itu duduk disebelah Kania, yang ketika itu masih tak sadarkan diri.
Joko pun segera mempercepat laju mobilnya agar tidak terkejar, ia gas terus mobil tersebut lalu banting setir ke arah kiri, kebetulan ada tikungan disana. Sang ojek pun segera ikut menikung ke sebelah kiri.
Namun baru saja menikung, mobil itu sudah menikung lagi ke kanan. Banyak tikungan yang mereka lewati, itu adalah salah satu cara dan inisiatif yang dilakukan oleh Joko agar mereka tidak terkejar lagi oleh tukang ojek dan Kenneth.
Mereka terus kejar-kejaran seperti itu hingga satu jam berlalu. Beberapa jam kemudian mobil pun berhenti didepan sebuah rumah yang lebih mirip seperti gudang, berantakan dan tak terurus.
Mereka merasa sangat lega karena Kenneth dan tukang ojek tadi tidak lagi terlihat mengikuti mereka.
Mereka pun sesegera mungkin menggotong Kania masuk ke dalam rumah tersebut setelah terlebih dahulu di buka kuncinya.
Setelah itu mereka pun meletakkan Kania dibawah lantai, dibiarkan terduduk bersandar di dinding. Lalu mereka ikat tangan dan kakinya dengan tali, tak lupa mulutnya juga di plester.
Jauh di luar sana, dibelakang sebuah pohon. Seorang lelaki berusia 15 tahun dengan mengenakan jas pengawal berdiri seraya menatap keji rumah yang terbuka lebar pintunya didepan sana.
Dia adalah Kenneth, ternyata dirinya berhasil mengikuti dengan baik sejak tadi, bahkan sejak dua pria itu menggotong Kania masuk ke dalam rumah tersebut, Kenneth mengamati segala hal dari balik pohon itu.
Setidaknya ia sudah cukup bersabar sejak tadi. Tapi sekarang belum waktunya dirinya keluar, ia membutuhkan waktu terlebih dahulu untuk merencanakan misi penyelamatan nonanya tersebut.
Berjam-jam setelahnya, kedua mata Kania terbuka secara bersamaan. Ia terkejut saat mulutnya diplester, tangan dan kakinya pun dalam keadaan terikat. Kania tidak percaya ini, ia sepintas ingat dengan kejadian tadi. Jadi sekarang dirinya diculik?!
Kania pun merengek kencang dalam bekapan plester. Ia menangis heboh layaknya anak kecil, bahkan Joko dan Mamat yang semula sedang tertidur pun kini mendekatinya serta tak lupa membentak.
"Heh! Jangan berisik! Udah diplester masih aja berisik! Mau gue jejelin pake sepatu lo?!" tandas Mamat.
Kania meronta-ronta diatas lantai, meski ia tidak bisa melakukan apapun ketika itu karena dalam keadaan terikat. Kania terus merengek.
Mamat pun semakin keras padanya, ia coba bekap mulut Kania dengan tangannya, Kania mencoba berontak namun tangan Mamat terlalu kasar dan keras memperlakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenneth [END]
Romance"Tersenyumlah, itu perintah." Bercerita tentang bodyguard dan nonanya yang sudah menjadi teman sejak kecil. *** Sudah lama saya hidup dalam pemahaman seperti itu bahwa kepuasan mereka adalah prioritas, hingga tak sadar.. saya telah menjadi manusia...