Mereka saling malu-malu ketika ditanya seperti itu dan lebih cenderung tertawa untuk menutupi rasa malu itu.
"Siapa dulu tuh yang jawab?" tanya Vega.
"Hmm, kalo gue jalanin ini aja dulu." ucap Gina
"Kalo gue..gimana ya, Yang?" tanya Rini. Rifki cenderung menggaruk tengkuknya.
"Kapan ya, nunggu modalnya aja dulu kali ya hehe." ucap Rifki. Rini tersenyum pada mereka.
"Iya, kita bisa nanti-nanti deh nikahnya. Yang penting kan udah siap aja semuanya. Kalo udah siap ya langsung nikah." ucap Rini.
Kania mengangguk dan tersenyum. "Iya betul." ucapnya.
"Kalo Vega gimana?" tanya Kania.
"Gue tahun ini." ucap Vega nyengir. Mereka semua tampak tercengang, tidak percaya.
"S..serius lo?!" tanya Rini.
"Waduh."
"Wahh! Keren! Jangan lupa undang kita ya?" ucap Kania.
"Iya dong jelas, kalian kan sohib sejati gue. Hehe, teman-teman sesat." ucap Vega. Gina menoyor kepalanya.
Banyak yang mereka bicarakan ketika itu, tak jarang gelak tawa dan canda mereka terdengar paling berisik diantara semua pengunjung kafe.Sebuah ikatan yang dulu sempat berseberangan kini menjadi yang paling dekat. Sebuah perubahan yang telak terjadi dan mengubah seluruh pemikiran mereka dengan cepat, semenjak kejadian di SMA waktu itu.
Kania merasa hidup ketika bersama mereka. Itu adalah hal yang sering Kenneth perhatikan setiap saat dirinya melihat Kania bertemu dengan mereka. Sejak SMA dulu maupun sekarang.
Meskipun tak jarang ada perbedaan didalam diri mereka, namun mereka tetap menjadi diri mereka sendiri. Saling menerima kekurangan dan melengkapi.
Setahu Kenneth Kania lah yang membuat semua perubahan ini terjadi. Wanita itu.. telah dengan cepat membuat pemahaman orang lain terhadapnya berbalik seratus delapan puluh derajat.
Dia bahkan mampu meluluhkan hati pegunungan es.
"Oh iya, lo sendiri enggak niat punya pacar gitu?" tanya Gina. Kania agak gugup ketika ditanya seperti itu, sejujurnya ia bingung mau menjawabnya bagaimana.
"Tahu yah, masih belum kepikiran." ucap Kania.
"Masih belum kepikiran atau emang enggak ada yang cocok?" tanya Gina. Kania semakin dicecar ia beralih tertawa.
"Enggak lah, beneran. Emang masih belum kepikiran punya pacar. Mungkin karena terlalu nyaman jomblo sejak dulu." ucap Kania.
"Hmph.. dasar. Kalo enggak, yang deket aja digebet." unjuk Vega ke arah Kenneth. Kenneth tiba-tiba tersedak ketika sedang meminum kopi americanonya.
Entah apakah itu bentuk respon terkejut Kenneth akibat perkataan yang diucapkan Vega barusan atau bukan. Kania hanya mengekeh saat ditanya seperti itu.
"Oh iya, denger-denger kemarin lo kena kecelakaan kerja ya?" tanya Gina. "Lo udah mendingan, Kania? Apa aja yang luka?" tanya Rini cemas.
"Enggak apa-apa kok, cuma luka ringan aja. Sekarang juga udah sembuh." ucap Kania.
"Lo bikin gue ketakutan aja tau gak, Kenneth juga bilang lo enggak sadarkan diri. Ditambah gue lagi enggak ada di jakarta waktu itu." ucap Gina. Kania hanya mengekeh.
"Kok lu bisa terperangkap di dalam lubang tambang itu sih?" tanya Vega.
"Karena ada longsor, sesuai yang kalian liat aja beritanya di televisi." ucap Kania."Kagak liat berita gua, boro-boro nonton tv. Sibuk ngurusin kerjaan." ucap Rini yang langsung dibenarkan oleh Vega dan Gina.
"Sama, gue juga. Pulang-pulang langsung tepar." ucap Vega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenneth [END]
Romantik"Tersenyumlah, itu perintah." Bercerita tentang bodyguard dan nonanya yang sudah menjadi teman sejak kecil. *** Sudah lama saya hidup dalam pemahaman seperti itu bahwa kepuasan mereka adalah prioritas, hingga tak sadar.. saya telah menjadi manusia...