Kania terkejut dan nyengir.
"Eh kamu, Ken. Aku lagi menghafal ini buat besok. Kamu ngapain kesini? Mau ngambil hape ya?" tanya Kania yang segera merogoh saku celananya lalu ambil ponsel Kenneth dan serahkan padanya.
"Maaf ya, lama. Aku lupa tadi enggak langsung kasih." ucap Kania. "Iya, enggak masalah." ucapnya segera mendekati Kania dan bahkan sampai duduk bersebelahan dengannya hingga bahu mereka saling bersinggungan.
Kania deg-degan saat itu, mendadak suasana yang adem itu kini memanas.
"Teruskan saja menghafalnya." ucap Kenneth seraya melihat ke atas langit. Kania gugup. "I-iya."
Dasar, bagaimana bisa fokus menghafal kalau dirinya ada disana?
Ngapain sih dia kesini?!Kania coba menghiraukan hal itu, menghafalnya dengan bersuara, berulang-ulang kemudian ia peragakan diri layaknya tadi.
Kenneth menontonnya seperti itu dan tersenyum tipis. Ia inisiatif merekam hal tersebut lewat kamera videonya tanpa sepengetahuan Kania.
Namun Kania cepat tersadar dan langsung protes bahkan sampai merebut ponselnya kembali.
"Ih Kenny! Apaan sih kok direkam!" Kania merasa sebal.
"Agh, jelek banget pasti hasilnya. Aku hapus pokoknya." ucap Kania berangsur menghapusnya namun lelaki itu keburu merebutnya kembali.
"Jangan dihapus." ucapnya
"Hah? Kenapa enggak mau dihapus? Jelek itu, aku malu." ucap Kania.
"Bagus kok, ini sebagai bukti aja dan bisa juga dijadikan perbandingan buat hasil di kamera nantinya." ucap Kenneth.
"Apaan sih." gerutu Kania meski setelahnya langsung terdiam.
Kenneth ikut terdiam, tiba-tiba ada pesan masuk.Ternyata dari Nara. Kania mengintip dan langsung cemberut ketika dilihatnya nama Nara terpajang.
"Ish, Nara lagi Nara terus! Kamu suka, kan sama dia? Udah deh ngaku aja. Kalian ini bales-balesan WA terus sepanjang hari. Kenapa enggak sekalian pacaran aja?!" tandas Kania jujur.
Kenneth terdiam sebentar lalu berkata.
"Apa hal seperti ini juga mengganggu kamu?" tanya Kenneth polos. Kania gugup ditatap seperti itu.
"J-jelas mengganggu! Kamu juga ngapain lagi sering-sering ngerespon dia! Kamu itu udah mulai berubah! Sebel banget." keluh Kania.
"Maafkan saya. Saya enggak pernah bermaksud untuk membuat kamu marah. Saya hanya merasa tidak enak kalau mengabaikan pesan dari dia." ucap Kenneth.
"Oh, jadi kamu lebih suka berduaan terus sama dia, kirim-kirim WA gitu sama dia?! Sampai membuat aku marah? Yaudah kalian pacaran aja! Menikah sekalian! Nanti aku bawain penghulunya." tandasnya.
"Enggak mungkin, saya tidak akan berpikir sampai sejauh itu. Saya akan tetap pada pendirian awal saya." ucap Kenneth.
"Ya kasihan dong dianya? Kalau kamunya juga enggak ngerespon balik." ucap Kania. Kenneth tertunduk.
"Maaf." ucapnya.
"Kenapa minta maaf sama aku? Emang aku Nara?" tanya Kania, Kenneth hanya terdiam.
"Kalo enggak, gini aja deh. Kamu jangan balas WA dia lagi. Nanti kalo ditanyain kenapa enggak bales, bilang aja kuota kamu habis atau hape kamu rusak." ucap Kania. Kenneth mengangguk.
"Baik."
"Oh iya, Ken. Mulai besok aku bakal meliput berita ke daerah pertambangan. Kamu mau ikut?" tanya Kania. Kenneth terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenneth [END]
Lãng mạn"Tersenyumlah, itu perintah." Bercerita tentang bodyguard dan nonanya yang sudah menjadi teman sejak kecil. *** Sudah lama saya hidup dalam pemahaman seperti itu bahwa kepuasan mereka adalah prioritas, hingga tak sadar.. saya telah menjadi manusia...