⚠ : Bijaklah dalam membaca. Cerita ini di ciptakan untuk hiburan semata. Baperan? Dimohon tidak usah:)
"Sekolah pengin libur, libur pengin sekolah. Siapa? Ya elo pada termasuk guee!!!"
"Maaf, Pak. Dulu bapak bilang sekolah tempat untuk belajar, kala...
Supaya tidak lupa, vote (🌟) terlebih dahulu sebelum membaca.
Jika berkenan, berikan comment positif (💬) yang mengandung unsur penyemangat penulis.
Enjoy your reading my story
30,04,24,Sab
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Shuhua sedari tadi mengetuk ketukan pulpen standar hitamnya di atas meja sembari menatap lekat barisan kalimat pada layar laptop. Sekitar setengah jam Shuhua dalam posisi tersebut.
“Oke! Gue gak tahan lagi gue gak bisaaaa...” gelegar teriakan Shuhua mengundang banyak suara kericuhan dari ruang bawah. Tepatnya Ibu, Ayah, dan Kakaknya yang bersuara karena merasa terganggu.
Shuhua menghela setelah mengucapkan kata maaf agar tiga anggota keluarganya tak lagi meributkan dirinya.
“Tinggal setengah jam gue baru kerjain satu soal, waras tidak kau Shua,” omel pada dirinya sendiri di iringi pukulan pada kepala.
“Junkyu tai sih anying males banget unmute jadi berisik banget, bukannya berkah liat muka pak Sehun malah ketiban soal bejibun.”
“Cuman ini nih satu satu jalannya,” katanya entah kepada siapa. Shuhua meraih ponselnya, membuka aplikasi whatsapp mencari kontak seseorang “Anak pinter mana nih anak pinter.”
“Renjun?”
“Gak ah, kena makian doang...”
“Yeji? Gak deh kapok nanya tuh cewek kucing, gak pernah di jawab abis-abisin kuota doang.”
“Nah ini nih ini...” seru Shuhua berbinar, tanpa pikir panjang langsung saja ia telepon teman kelasnya yang bernama Jaemin.
Telepon Shuhua segera mendapat jawaban. Itulah salah satu alasan mengapa Shuhua menghubungi Jaemin, ada alasan lain juga yaitu meski Jaemin pinternya standar kaya Shuhua kalau soal tugas nilainya bagus. Why? Jaemin tuh kayak bandar kontak cewek, gak usah pikir berat tinggal klik aja mintain jawaban langsung di kasih, kan hampir cewek satu sekolah ngebucinin Jaemin.
Shuhua menarik nafas dalam sebelum mengutarakan tujuannya menelepon.
“Lohaloha...kepencet yah, Shu?”
“E e eh Jaem gk kok gak kepencet, gue niat telepon lo.”
“Ha?” beo Jaemin dari seberang telepon. Cowok itu sedang bersama cewek baru lagi “Ekhm Shua lo gak mau jujur ngomong suka sama gue kan?”
“HAH!?” refleks Shuhua menaikan satu oktaf volume bicaranya “Sekarang lo setara sama Soobin Jaem? Kepedean lo gue mau nanya jawaban.”
“Ooh kirain ha ha ha kalo lo nyatain cinta gue gak bisa terima Shu, belum giliran lo soalnya. Antri yah lo sehabis Aisha.” celoteh Jaemin super unfaedah buat Shuhua.
