Mia melihat sekeliling ruang tamu, semua nampak biasa. Ia pun melepas sepatunya dan menggantinya dengan sendal beludru favoritnya.
"Miauw! Miauw!" Mia memanggil kucing gembul yang biasa menyambut saat ia baru datang.
"Jangan-jangan Miauw?" Pikiran buruk sudah merasuk ke dalam benaknya. "Miauw! Miauw!" Mia memanggil-manggil kucing piaraan kesayangannya, ia tak ingin ada yang mencuri Miauw atau terjadi sesuatu pada kucing itu.
"Miiiauw ...."
Mia mendengar suara Miauw dari arah kamarnya yang tertutup. "Miauw!" Segeralah Mia berlari menghampiri suara kucingnya berasal.
Ceklek
Mia membuka pintu kamarnya.
"Miauw?" Mia melihat kucingnya sedang dalam pangkuan seseorang.
"Oma?" Mia juga melihat bahwa omanya lah yang sedang memangku Miauw.
"Kamu sudah datang, Mia?" sapa omanya dengan ramah.
"I-iya, Oma." Mia gugup, ia takut kedatangan omanya ini ada kaitannya dengan perjodohan yang dibicarakan orangtuanya waktu itu.
"Oma datang ke sini bersama siapa?" tanya Mia sambil duduk dengan omanya.
"Ah, ada yang mengantarku. Aku hanya sedang berjalan-jalan ke Prancis, ya sekalian menjenguk cucuku yang sedang asyik berkuliah sampai sulit sekali untuk dihubungi."
Mia merasa tersindir.
"Bersihkan dulu dirimu! Nanti kita mengobrol lagi. Masa' anak perawan tapi baunya mirip tape," protes omanya sambil terkekeh.
Mia tak mengelak, ia dari tadi juga mengakui jika dirinya seharian bergulat dengan ragi. Hingga seakan keringatnya pun ikut bau ragi. Mungkin itu yang dimaksud bau tape oleh omanya.
"Baik, Oma! Mia ke kamar mandi dulu!"
Sang oma pun keluar dan meninggalkan Mia yang hendak membersihkan diri.
Tiga puluh menit pun berselang, Mia yang sudah segar kembali mendengar kegaduhan di ruang tamunya. Ia pun dengan terburu-buru menyelesaikan riasannya dan keluar kamar.
"Mama ...? Papa ...?" Mia terkejut melihat kedua orang tuanya juga berada di apartemennya.
"Ada apa ini? Kenapa kalian tiba-tiba datang beramai-ramai kemari?" tanya Mia lagi.
"Duduklah, sayang!" pinta sang mama pada Mia.
Mau tidak mau Mia pun duduk mengikuti mamanya. Gadis itu duduk namun sambil mengatakan sesuatu sebelum ada yang mendahuluinya. "Mia tidak mau jika kalian semua datang hanya untuk membahas perjodohan dengan Rendra!" tegasnya tanpa menatap pada ketiga orang tua yang ada di sekitarnya.
Kedua orang tua Mia menelan ludah mendengar kata-kata anaknya. Bahkan mereka belum sempat mengatakan apapun mengenai perjodohan tersebut.
"Mia," panggil oma dengan nada serius. "Alasan Oma menjodohkan kamu dengan Rendra bukan hanya sekedar ingin mempererat kekeluargaan kita. Tapi ... ada alasan lain yang juga mendasarinya." Oma berkata yang dibalas anggukkan oleh kedua orang tuanya.
"Mia nggak mau tau! Alasan apapun yang kalian utarakan pada Mia pasti semuanya tidak akan masuk akal! Apapun itu alasannya, Mia tidak mau dijodohkan! Titik!" Mia pun berdiri dan beranjak pergi masuk ke dalam kamarnya.
Brak!
Gadis itu membanting pintu kamarnya.
"Mia! Mia!" Kedua orang tua Mia memanggil-manggil dari luar kamar.
"Pergi! Sebaiknya Mama, Papa dan Oma pergi! Kalian tidak perlu repot-repot menjenguk Mia! Mia tidak butuh kalian jenguk seperti ini!" Mia berteriak dari dalam kamar.
Gadis itu duduk bersandar pada pintu kamarnya. Punggungnya merosot dan Mia pun menangis tersedu-sedu.
"Mia keluar dulu sayang! Dengarkan kami, kami melakukan ini untuk kebaikanmu dan Rendra! Jangan berburuk sangka dulu, Mi!"
Di sela tangisnya yang terisak, Mia berusaha menjawab. "Mama dan Papa tak perlu melakukan ini untuk membuat Rendra mau bersama Mia. Mia sudah tak mengharapkan apapun lagi dari Rendra. Jadi sekarang Mia mohon, biarkan Mia menentukan sendiri masa depan Mia, Ma ... Pa ...."
Mia mencintai Rendra Ma, Pa .... Tapi Rendra membenci Mia. Rendra pasti akan semakin membenci Mia dan menyangka Mia yang ingin dijodohkan.
*
Jangan lupa Vote dan komen!
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With My Cousin
RomanceSebuah kisah tentang cinta bertepuk sebelah tangan. Dia adalah Mia yang menyukai sepupunya sendiri sejak SMA, namun Rendra, sepupunya yang ia cintai itu menolaknya. Meski sakit hati, meski penuh kecewa, Mia berusaha memendam rasa itu. Mia berusaha m...