Memori Pedih

5.6K 384 2
                                    

Beberapa tahun lalu.

"Pacar lu nyariin tuh, Ndra!"

"Wah, calon bini si Rendra udah datang, makanan apa lagi yang dia bawa?"

"Asyiiik! Jangan dianggurin, Ndra!"

Lain dengan kawan-kawannya, Rendra sangat membenci situasi ini. Situasi dimana Rendra harus bertemu gadis itu. Gadis yang selalu mengejar-ngejar Rendra, dan membuat Rendra muak atas semuanya.

"Bacot lu semua!"

Brak

Rendra memaki dan menggebrak meja kantin.

"Wuiiish, slow, Bro!" ujar salah satu teman Rendra.

"Selamat pagi semua, selamat pagi Rendra!" Gadis yang menjadi pembicaraan datang dan bergabung dengan mereka. Gadis itu membawa satu rantang warna-warni yang ia simpan di atas meja kantin.

"Rendra, aku bawa sandwich tuna kesukaanmu! Ini resep punya mama kamu, lho! Aku kemarin sengaja belajar bikin ini khusus untuk kamu."  Gadis itu sengaja membuka rantang teratas dan menunjukkan isinya.

"Cantik, kan ...! Kalau kalian semua suka, ambil!" tunjuknya pada seluruh teman Rendra.

"Wah, ini sih nggak boleh dilewatkan."

"Gue ambil satu ya, Mi!"

"Thank you, Mia!"

Teman-teman Rendra satu per satu mengambil sandwich tuna buatan Mia. Namun tidak dengan Rendra, pria itu memasang wajah juteknya dengan rahang yang mengeras.

"Rendra, mama kamu bilang kamu belum sarapan! Ini buat kamu!" Mia menyodorkan satu potong sandwich tuna untuk Rendra.

Rendra membuang muka sambil memegang botol air mineral di kedua tangannya.

Keempat teman Rendra yang lainnya saling berpandangan, mereka selalu bingung sendiri jika berada di situasi ini.

Di satu sisi, mereka kasihan pada Mia pada yang selalu baik karena sering berbagi makanan pada mereka. Di sisi lain, mereka juga kasihan pada Rendra karena sikap agresif Mia yang menunjukkan rasa sukanya. Bahkan tak segan beberapa di antara mereka yang merasa terganggu dengan keagresifan Mia.

"Ndra!" panggil Mia. "Kamu masih belum lapar?" tanya Mia dengan nada kecewa.

Rendra masih terdiam dan tetap membuang mukanya. Dia tak menganggap jika di sana Mia.

"Mau kemana kalian?" tanya Rendra dingin saat menyadari temannya hendak pergi diam-diam.

"Ki-kita, mau ..."

"Mau bayar makanan di kantin!"

"Nah, itu!"

"Kita pergi duluan ya, Rendra!"

Keempat teman Rendra pergi terlebih dahulu meninggalkan mereka berdua di kantin sekolah.

"Ndra! Kamu mau nyusul teman-teman?" tanya Mia sambil melihat teman-teman Rendra yang sudah pergi duluan. "Aku bungkusin beberapa sandwich aja, ya! Lalu kamu bisa pergi nyusul teman kamu."

Rendra tak menjawab, sejenak ia terdiam. Lalu pria itu mengembuskan napasnya kasar dan berkata, "Kayaknya gue perlu luruskan sesuatu di sini!"

"Lu-luruskan apa, Ndra?" tanya Mia gugup.

"Mi! Lu itu bukan nyokap gie! Bukan cewek gue! Juga bu-kan te-man-te-man gue!" Rendra menegaskan beberapa kata terakhir. "Jadi tolong, jangan lu sok akrab kayak gini!"

Mia melongo mendapat bentakan dari Rendra. "Aku tau, Ndra! Aku bukan mama kamu! Aku bukan pacar kamu, juga bukan teman kamu!"

"Bagus kalau kamu ngerti!"

"Aku tidak sok akrab, aku hanya ... hanya ... menjalankan peran sebagai ... eee ... tetanggamu dan saudara sepupumu juga!"

Rendra mengembuskan napas kasar. "Susah ya, ngomong sama orang yang otaknya cuma segede otak ikan kayak lu."

"Otakku ... normal kok, Ndra!"

"Haiish!" Rendra mendesis. "Intinya, jangan kasih makanan apapun buat gue! Lu tuh bukan nyokap gue yang harus nyediain ini."

Brak

Rendra melempar rantang bagian atas milik Mia hingga isinya berhamburan.

"Dan satu lagi, jangan datang ke kampus gue cuma buat nemuin gue! Bikin muak, tau nggak!" Pria itu pun berdiri dan pergi dari hadapan Mia.

"Haa ...." Mia menutup mulutnya melihat sandwich yang berhamburan. Gadis itu menjongkok sambil memunguti makanan tersebut di lantai, ujung matanya juga terlihat berair. "Rendra, kalau kamu nggak suka sama aku nggak apa-apa! Tapi ... jangan kamu buang-buang makanan."

*
Jangan lupa vote dan komen

Married With My CousinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang