Makan Di Mana?

9K 334 56
                                    

"Malam ini kamu free?" tanya Rendra dalam mobil setelah sekian tikungan perjalanan yang mereka lewati dan saling terdiam satu sama lain.

"Emm, i-iya," jawab Mia gugup.

"Kalau begitu rencana dinner malam nggak batal, kan?" tanya Rendra lagi.

Mia membuang wajahnya menghadap ke jendela. "Kok nanya ke aku sih?" gerutu mia dengan lirih.

"Kamu maunya ke mana?" Rendra tak menggubris Mia yang menggerutu karena memang tak terdengar oleh pria itu.

"Aku sih, terserah kamu!"

"Terserah aku?" tanya Rendra untuk memastikan.

Mia terdiam.

"Kalau begitu jangan menyesal!"

Jawaban Rendra membuat Mia  menoleh pada pria itu. "Memangnya apa yang hendak ia lakukan? Restoran mana yang akan ia pilih? Mengapa harus berkata seperti itu?" batin Mia dalam hati.

Tak terasa purnama sudah bertengger menggantikan matahari. Suasana perumahan tempat Mia dan Rendra masih belum terlalu sepi.

"Makasih udah nganterin Mia ya, Rendra!" seru Herman -papa Mia yang membuka gerbang saat Mia hendak masuk.

"Nanti mau dibawa lagi, Om!" jawab Rendra sambil terkekeh dan jawaban itu terdengar oleh Mia hingga membuat gadis itu agak malu di depan papanya.

"Miauw!" Si kucing gembul itu berlari ke depan rumah mendengar Mia pulang.

"Hai, Miauw! Kau sudah makan?" tanya gadis itu sambil menggendong kucingnya.

"Miauw!" Kucing gembul itu berusaha melompat turun.

"Eh, kok turun? Mau kemana?" tanya Mia.

"Miauw, miauw," jawab Miauw seperti membalas perkataan Mia. Kucing gembul itu menarik sepatu flat yang baru saja Mia lepaskan dan ia simpan di sembarang tempat.

"Tuh, kucing aja ngerti tempat sepatu!" sindir Herman sambil berjalan masuk rumah melewati Mia.

"Hehe, Miauw pinter deh! Masuk, yuk!" ajak Mia. "Makasih udah benerin sepatuku."

Kucing gembul itu kembali pada pelukan Mia setelah menyimpan sepatu pada rak paling bawah.

Gadis itu pun masuk ke dalam rumahnya dan segera naik ke lantai dua menuju ke tempat kamarnya berada.

*

Sementara itu di rumah Rendra setelah pria itu memarkirkan mobilnya di depan rumah.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam." Risa muncul dari dalam. "Gimana? Kamu jalan-jalan dulu sama Mia nggak pas sebelum pulang? Makan bareng gitu? Atau beliin dia baju?" Risa memberondong anaknya dengan rentetan pertanyaan.

Tapi Rendra hanya cuek saja seperti Rendra biasanya, dia berjalan terus ke kamarnya yang ada di lantai dua.

"Ndra! Mama, kan, lagi nanya! Jawab dong!" gerutu Risa dengan kesal. "Mama tadi denger lho omongan kamu sama om Herman!" teriak Risa dari bawah.

Blam

Pintu kamar Rendra tertutup.

"Hiiish!" Risa berdecak karena kelakuan anaknya yang terlampau cuek seperti papanya itu.

Berbicara tentang Fathur -papa Rendra, pria itu sangat sibuk karena mengurusi perusahaan keluarga Sukmawijaya. Dia adalah anak ketiga dari keluarga tersebut, namun ia adalah anak laki-laki satu-satunya, sehingga tampuk kuasa perusahaan ada di pundaknya.

Sejak kecil Fathur dididik untuk menjadi pewaris utama, sehingga ia tidak pernah bergaul dengan orang lain. Dalam pikirannya hanya bisnis, bisnis dan bisnis. Ia tidak mengenal yang namanya cinta.

Perkenalannya dengan Risa terjadi secara alami, menurut Fathur. Namun sebenarnya, itu adalah skenario yang sudah disiapkan orang tuanya agar ia menikah dengan Risa.

Didikan yang Fathur dapatkan sewaktu ia kecil, kini ia tularkan pada anaknya, Rendra. Sehingga Rendra menjadi pribadi yang cuek, serius dan sangat cerdas dalam menangani bisnis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Married With My CousinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang