e n a m b e l a s

12 7 0
                                    

'Semua memang sudah direncanakan oleh sang maha pencipta'

_=_

Hari ini Yera sudah masuk lagi ke sekolah. Tapi ia jadi sering melamun sejak kepergian bundanya yang menciptakan luka amat mendalam baginya

Yera yang tadinya seorang yang selalu ceria, kini berubah menjadi pemurung. Memang dulu juga ia sempat seperti ini ketika kehilangan sosok ayah dalam hidupnya

Dan sekarang, luka itu kembali datang. Ia kehilangan sang bunda, walaupun memang bukan bunda kandungnya. Tapi baginya, bunda Mia adalah segalanya

"Ra.." Yohan kini sudah ada di sampingnya. Ia mengusap air mata yang jatuh membasahi pipi gadis itu

Yera menatap Yohan sekilas kemudian kembali tertunduk

"Han.. gue salah apa ya? Sampe tuhan ngambil orang-orang yang amat gue sayang. Apa gue gak pantes buat milikin mereka? Makanya tuhan ambil nyawanya"

"Ra, plis jangan gini. Namanya juga hidup, setiap yang diberi nyawa pasti bakalan mati juga"

"Tapi han, gue selalu pengen gue duluan yang diambil tuhan. Karena gue gak sanggup hidup sendirian"

"Lo nggak sendirian, ada gue, Haidar, bunda Haidar, keluarga gue, juga mama-"

"Gak. Gue gak punya mama. Orang tua mana yang tega membuang anaknya?"

"Meskipun begitu, dia yang ngelahirin lo ra"

"Tapi gue gak minta buat dilahirik ke dunia ini han. Seandainya gue tau bahwa gue akhirnya bakalan dibuang, gue lebih memilih buat gak dilahirin"

"Gue tau pasti itu sakit banget, tapi melahirkan itu taruhannya nyawa ra"

Yera hanya diam. Ia mencerna dengan baik perkataan Yohan barusan. Apa ini saatnya untuk menyadarkan mamanya yang tak menganggap sama sekali kehadirannya?

_______

Siang itu saat Yera pulang sekolah, di bagasi rumahnya terdapat mobil hitam yang terparkir. Siapa yang datang?

Ketika ia mulai memasuki rumah, ia tersentak dengan kehadiran wanita paruh baya sedang duduk di ruang keluarga bersama laki-laki yang terlihat seperti suaminya

"Mam-"

Belum sempat Yera berbicara, wanita itu langsung berhambur ke dalam pelukannya. Ia memeluknya erat

"Maapin mama sayang, mama gak bermaksud buat buang kamu gitu aja. Mama cuma gak pantes buat jadi orangtua."

"Mama tau mamah salah, bahkan kesalahan mama udah ngelewatin batas. Tapi, mama mohon kamu maapin mama ya? Ayo ikut mama"

Yera masih terpaku dengan tak membalas pelukan mamanya sama sekali. Jujur ia rindu, ia sangat butuh pelukan ibu kandungnya. Tapi ntah kenapa pergerakan tubuh nya susuah untuk dikompromi

"Mama gak tega ninggalin kamu disini, mama gak bisa liat kamu hidup sebatang kara, dari awal mama emang udah sadar sama kesalahan mama. Mama mau kamu buat benci mama aja, mama gak pantes buat disayangi"

Yera mulai terisak, tangis nya pecah begitu saja. Meskipun mamanya tak pernah menganggap kehadiran Yera dan tak pernah menginginkan kehadirannya, tapi ia tidak pernah membenci mamanya

Bagaimanapun juga ibu kandung adalah wanita paling berharga, ia sangat mengapresiasi perjuangannya disaat mamanya melahirkannya ke dunia ini. Walaupun selama ini Yera merasakan pahitnya kehidupan, tapi tak ada sedikit pun tersirat pikiran untuk membenci mamanya, bahkan ia menyayanginya.

Make Me HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang