16. Cry

2.6K 242 37
                                    

*Play the song 👏 (muse utama terbentuknya buku ini)


Pergerakan surai halus yang menggelitik lehernya menimbulkan terangkat naiknya sudut bibir Jaemin menjadi lengkung manis yang menawan. Surai itu terus bergerak kesana-kemari disertai gumaman kecil dari bibir yang juga menempel dan mengecupi tulang selangka dan dadanya.

"Darl?"

Pergerakan lucu itu terhenti. Digantikan dengan wajah yang mendongak, menyembul dari rengkuhan hangatnya. Bibir merah yang mengulas senyum manis dan mata yang menyipit lucu adalah yang pertama Jaemin tangkap.

"Nana!"

Tangan Jaemin yang semula berada di pinggang Jeno merambat ke atas, menangkup wajah laki-laki itu. Mencubiti pipinya gemas dan mengacak rambutnya sampai berantakan layaknya singa.

"Asshole."

Keluar juga umpatan dari bibir Jeno. Ia langsung menindih perut Jaemin dan membalas perlakuan laki-laki itu dengan mencubit pipinya kencang, melar sangat lebar sampai si laki-laki bermarga Na meringis kesakitan dan memohon ampun.

Tidak hanya pipi, telinga juga menjadi sasaran kejengkelan Jeno. Dijewer dua-duanya ke atas lalu dipuntir.

"AGH!! I'M SORRY!! I'M SORRY!!"

Jeno tersenyum puas setelah Jaemin merapikan kembali rambutnya seperti semula. Meski sebenarnya tetap berantakan juga.

Ia membaringkan tubuhnya di atas Jaemin. Melumat bibir Jaemin sambil mengusap pipinya, meredakan rasa panas yang menjalari dua pipi tirus itu. Jaemin sendiri tersenyum di sela lumatannya, tangannya merambat masuk ke dalam celana pendek Jeno. Meremas kedua bongkah kenyal dan berisi itu, membuat Jeno melenguh dan menatapnya sayu.

Meski begitu Jeno menepis tangan laki-laki itu, cepat-cepat beranjak bangun sebelum terjebak dalam permainan panas Jaemin di pagi hari.

Jaemin tersenyum penuh rasa kemenangan. Ia melipat tangannya di belakang kepala, asyik menatapi wajah Jeno yang merengut padanya.

"What do you want for breakfast?" Tanyanya santai.

"Pancake!"

"Hm~" Jaemin meregangkan tubuhnya sebentar. Bunyi keretak tulang dan otot yang berkontraksi terlihat super hot di mata Jeno. Netranya bergerak mengikuti pergerakan Jaemin yang turun dengan malas dari atas kasur. Bertelanjang dada, hanya tertutup celana pendek.

Ia diam saja ketika laki-laki itu menghampirinya dan menggendongnya ala koala dengan mudah. Bibir tipis laki-laki itu bergerilya mengecupi leher dan rahang Jeno selagi menuju ke dapur.

"Hng~" Jeno meremat pundak kokoh laki-laki itu. Mengerang karena lehernya lagi-lagi digigit sampai bertanda. Tapi Jeno tidak keberatan. Gigitan dan lumatan Jaemin adalah salah dua dari sekian banyak hal yang ia sukai di dunia ini. Apapun yang berhubungan dengan Jaemin, ia suka.

Jeno didudukkan di atas pantry sementara Jaemin masih sibuk dengan aktivitasnya mencumbu leher laki-laki itu.

"Why you still wear this collar?" tanya Jaemin sambil menggigiti collar hitam yang masih terpasang apik di leher Jeno. Ia ingin menandai kulit pucat yang ada di baliknya.

"Just... For my comfort," Jeno mendongakkan kepalanya, kepayang karena sentuhan Jaemin. Sentuhan seringan bulu di leher dan paha dalam oleh jemari tak bermoral prianya. Tangannya meremat surai hitam Jaemin sampai berantakan mencuat kemana-mana.

"Comfort?"

Jeno menatap ke arah kompor yang ada di balik tubuh Jaemin, "you always call me yours when I wear this collar."

HIRAETH || JAEMJEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang