01. menyambut ramadhan.

5.3K 548 191
                                    

Malam ini daerah perkampungan di ujung kota depok nampak ramai, tepatnya di masjid ketika para anak-anak laki yang muda tampan ini sedang berkumpul di depan masjid, mengundang decakan dari ustad yang kebetulan ada disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini daerah perkampungan di ujung kota depok nampak ramai, tepatnya di masjid ketika para anak-anak laki yang muda tampan ini sedang berkumpul di depan masjid, mengundang decakan dari ustad yang kebetulan ada disana.

“Kalian pada ngapain disini?” si ustadz bertanya kepada ke anak pemuda laki-laki yang nampak ricuh, membuat anak-anak kecil mengerubungi mereka layaknya semut yang tengah mencari gula. “Ini lagi si Jevan sama Mingyu, ngapain rebut-rebutan pemukul bedug?!”

Suara sentakan pak ustadz membuat Ke empat pemuda laki-laki itu menoleh, namun yang di sentak justru memilih abai.

“Anying ya! gue yang mukul bedug nanti pas buka puasa!” ini si Jevan bersuara lebih dulu, tangan nya masih mempertahankan pukulan bedug yang ia genggam.

Tak mau kalah, Mingyu juga masih mempertahankan pukulan bedug yang ia genggam. “Enak aja, gue lah. Gantian ya, lo pas tahun kemarin udah!” Protes laki-laki pemilik kulit hitam manis, si Mingyu.

“Lah bodo amat.” Jevan tak mau kalah lagi, meskipun pada kenyataannya tahun kemarin sudah dia yang memukul bedug saat berbuka dan membangunkan sahur keliling kampung.

“Lah gak aci gitu ya anjin—”

Pletak.

Kan mulut Mingyu kena sentil pak ustadz, Membuat laki-laki itu menoleh. “atuh ih nyeuri. Kenapa di takol si pak ustadz?” Tanya Mingyu sewot.

“Kamu ngomong kasar tadi, sok coba ngomong deui. Di aduin ke bapak kamu ya sama bapak.” Balas pak ustadz tak kalah sewot.

Sedangkan nyali Mingyu langsung menciut, terkekeh kecil sambil menunjukkan cengiran bodoh yang nampak lebar.

“udah-udah ya, kalian berdua berhenti gak? ngapain si rebutan pemukul bedug gitu?” tanya pak ustadz tak habis pikir.

Dikenal sebagai teman sekaligus musuh dalam memperebutkan sesuatu, Mingyu dan Jevan memang sudah di maklumi jika kelakuan mereka seperti ini.

“Mingyu mau mukul bedug pak, ini dateng-dateng si Jevan main rebut aja. Kemarin kan dia udah mukul bedug pak. gantian dong!” Rengek Mingyu.

Keduanya bahkan masih mempertahankan pemukul bedug yang masih mereka genggam.

“Aduh pusing saya teh.” pak ustadz geleng-geleng kepala, memikirkan satu cara agar bisa melerai mereka berdua. Lalu tangan pak ustadz merebut pemukul bedug yang mereka pegang. Mengundang raut wajah kecewa yang nampak muncul.

atuh pak, kenapa di ambil ih.” protes Jevan.

“Gini aja deh, dari pada ribut siapa yang mukul bedug. Mening suit aja coba.” Titah pak ustadz.

Keduanya saling berhadapan, menatap satu sama lain dengan tatapan mematikan. Seolah mereka adalah musuh bebuyutan, Jevan bersiap-siap sama hal nya dengan Mingyu.

RAMADHAN! (ft. 97L)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang