9. Kesempatan Kedua?

10K 1.3K 267
                                    

Hai, semoga apa yang aku tuangkan di bab ini bisa tersampaikan ke kalian :)

Absen dulu siapa yang nungguin cerita ini?

Pilih Aryan atau Sabiru?

600+ vote dan komen untuk bab selanjutnya ya...

Happy reading!

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Aryan

"By, Papi sama Mami tanya kapan kamu mau datang ke rumah buat lamaran secara resmi," Celia menyendok cream soup kesukaannya sedangkan gue cuma bergumam nggak jelas dengan pikiran yang entah ada di mana. "Katanya, biar nggak terlalu lama juga. Mami sama Papi maunya kita nikah secepatnya. Itu kan yang kamu mau?"

"Hmmm..."

"Aku penginnya, kita nikah sebulan setelah lamaran. Biar kita nggak lama juga kan nunggunya."

Gue cuma bergumam lagi karena sejujurnya sama sekali nggak peduli sama semua yang Celia omongin ke gue sekarang.

"Pokoknya, gaun pernikahanku nanti, aku mau pakai rancangannya Sebastian Gunawan. Terus pengin pakai mahkota atau head piece gitu rancangannya Rinaldy Yunardi. Dan buat fotografernya aku mau pakai jasanya Nicola Pritasari. Itu lho, fotografer yang sempat jadi tamu di ajang Asia's Next Top Model. Kamu tahu kan?"

"Ya, nanti aku cari tahu sendiri, Cel."

"Oh iya, masalah biaya, kamu udah siap semuanya, kan? Ayah sama Bunda kamu gimana?"

"Ya gitu."

"Ya gitu gimana sih, Ar? Kok kamu malah kayak yang kelihatan males kalau aku lagi bahas kayak beginian?"

"Nggak males, sih," kata gue pelan. Menatap nggak minat hidangan makan malam yang tersaji di meja gue. "Cuma kan kita lagi dinner, ngomongin masalah ini kan bisa nanti pas udah selesai dinner."

Celia langsung cemberut dan gue udah nggak mau bujuk dia biar nggak cemberut lagi karena gue juga lagi nggak mood buat ngomong sama siapa-siapa, termasuk Celia. Karena sejak seminggu pertemuan gue sama Ayu, pikiran gue nggak bisa berhenti mikirin semua kalimat yang keluar dari mulut Ayu dan bikin gue nggak bisa tidur selama seminggu.

Makan pun nggak enak. Setiap detiknya, gue mikirim ucapan Ayu dan bikin gue sengsara banget.

Awalnya juga gue udah nggak peduli sama Celia yang masih marah ke gue karena masalah waktu itu, cuma dia datang dengan sendirinya dan malah minta maaf duluan ke gue yang gue jawab iya saja. Karena males banget harus debat sama dia yang nggak pernah ada ujungnya.

"Kalau kamu emang anggap anak kamu udah nggak ada, harusnya kamu nggak pernah temuin dia sampai kasih buku dongeng kesayangan kamu, Aryan!"

Kalimat dari Ayu tersebut terus-terusan menghantui pikiran gue selama seminggu ini. Bikin gue merinding setengah mati dan mau mati saja rasanya karena bisa-bisanya gue anggap anak gue dan Ayu nggak ada.

My Hottest Daddy [Hottest Series#3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang