Hai, meskipun votenya ditarget dan ternyata belum tercapai targetnya, aku update aja daripada nunggu lama ya kan 🥲
Apa yang baca udah pada hilang karena cerita ini kelamaan update dan udah nggak seru lagi? 🥲
Jangan lupa vote dan komennya ya...
Happy reading, Bestie!!!
***
Ayu
"Sejak kapan aku setuju sama rencana Papa?" Pertanyaanku spontan keluar ketika melihat Papa sedang asyik menyeruput kopi hitam di ruang keluarga. "Aku nggak pernah mau nikah sama Sabiru."
"Papa yang mau kamu nikah sama dia, Ayudisa. Jangan bantah." Tipikal Papa yang kalau sudah pakai nama lengkap, pasti urusannya bakal serius. "Papa nggak mau kamu mengulang kesalahan yang sama."
"Kesalahan yang mana sih, Pa?" tanyaku kesal.
"Pacaran sama Berengsek itu di masa lalu sampai kamu hamil."
"Jangan panggil Aryan begitu, Pa. Dia punya nama."
Papa mendengus pelan. "Kalau dia nggak berengsek, Papa nggak mungkin manggil dia dengan sebutan berengsek, Ayudisa," katanya meremehkan. "Kamu diam aja, biar Papa yang urus semunya. Pokoknya, kamu harus nikah sama Sabiru."
"Pa..." Aku memelas. Berusaha menarik simpati Papa agar menggagalkan segala rencananya. "Papa tahu nggak sih kalau Arga nggak bisa dekat sama Sabiru?"
"Arga juga nggak dekat sama Aryan, kan?" Beliau balik tanya. "Urusan dekat atau nggaknya Arga ke Sabiru, itu bisa aja diusahakan. Yang penting kamu nikah lagi dulu sama Sabiru."
"Nggak mau dan nggak akan pernah mau."
"Silakan aja kamu berbuat kayak begitu, Ayudisa," Papa menatapku. "Apa pun yang akan kalian lakukan, Papa nggak akan pernah kasih kamu restu buat nikah sama Aryan. Nggak akan pernah."
Aku menggeram dalam hati. Menahan diri untuk nggak meluapkan segala emosiku padanya. Papa lupa, bahwa aku mewarisi sifat keras kepala dan sedikit berontak darinya. Masih banyak cara yang akan aku lalukan supaya pada akhirnya restu itu keluar. Masa bodoh dengan akibatnya, Papa harus tahu bahwa aku serius untuk menikah dengan Aryan.
"Andai Mama kamu masih ada, udah pasti Mama akan sependapat sama Papa," ucapnya tiba-tiba.
Ucapannya kubalas dengan, "Andai Mama masih ada, Mama nggak akan membiarkanku menikah sama orang yang sama sekali nggak aku cintai."
"Cinta bisa datang kalau kamu nikah sama Sabiru, Ayudisa." Papa kembali menyeruput kopinya. "Yang penting, kamu nikah dulu sama Sabiru. Kalau kalian hidup bersama, cinta akan tumbuh secara berjalannya waktu, Ayudisa," sambung. "Papa cuma kamu yang terbaik buat kamu. Buat Arga juga. Papa tahu betul, kamu nggak akan pernah mau menerima perjodohan yang Papa lakukan sekarang. Tapi Ayu, kamu butuh seseorang yang latarnya benar-benar baik buat kamu. Sosok ayah buat Arga. Dan Sabiru adalah sosok yang pas buat kamu, juga Arga."
"Pa," aku makin memelas. Lalu, duduk di hadapan beliau. "Aryan udah mau tanggung jawab sama kesalahan yang dia perbuat. Dia serius mau nikahin aku, Pa."
"Tanggung jawab setelah enam tahun lamanya?" dengus Papa. "Kalau emang iya dia mau tanggung jawab dan nikahin kamu, kenapa baru sekarang, Ayudisa? Apa selama enam tahun itu dia nggak pernah ingat kamu dan Arga? Rasanya terlalu nggak mungkin kalau sampai dia nggak ingat itu semua."
Inilah yang paling membuatku kehabisan kata-kata untuk menjawabnya. Papa pasti akan bertanya ke mana saja Aryan selama enam tahun belakangan dan lupa bahwa aku hamil anaknya. Pertanyaan dari Papa nggak bisa aku jawab karena aku sendiri nggak tahu harus menjawabnya bagaimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hottest Daddy [Hottest Series#3]
Romans[ SELESAI • Mature Romance 21+ ] *** "Oke," Dia menarik napas panjang. Wajahnya memerah ketika aku mengutarakan apa yang terjadi padaku. "Jadi, mau kamu apa?" Sekarang, aku mengenyit bingung mendengar pertanyaannya yang terkesan aneh. Memangnya apa...