Dari judul babnya aja udah tau kan bab ini isinya apa, wkwkwk...
Udah siap lihat kebaikan seorang Aryan?
300+ vote dan komen untuk bab selanjutnya yaaa...
Bab ini isinya 2000+ kata. Jadi ya, aku harap kalian menghargai 🙂
Berapa "💙" untuk Aryan?
***
Aryan
Hari ini gue ada meeting sama salah satu klien yang bakal pesan makanan buat acaranya ke katering gue. Dengan sengaja gue bangun pagi dan udah rapi pakai kemeja biru lengan pendek juga ankle pants warna cokelat muda. Rambut gue yang baru saja dipangkas beberapa hari yang lalu, gue sisir ke belakang tanpa menggunakan gel rambut. Alasan utama gue nggak pernah pakai gel rambut adalah, lengket dan nggak enak saja. Apalagi kalau udah kena air, rambut jadi kayak minyakan gitu. Juga kalau keseringan pakai gel rambut, malah menimbulkan ketombe.
Penampilan gue semakin lengkap dengan memakai kacamata frame bundar yang bertengger di batang hidung gue. Gue nggak minus sih, pakai kacamata cuma buat gaya saja supaya lebih kelihatan berwibawa dan orang ngira kalau gue orang pintar dan terlihat super sibuk.
Gitu kan ya ... kebanyakan orang pintar pakai kacamata karena mereka keseringan baca buku tebal setebal dosa gue ke Bunda dan Ayah.
Setelah tiga hari juga, Celia nggak menelepon gue. Menjawab chat dari gue saja nggak pernah, apalagi ngangkat telepon. Padahal setiap jamnya gue selalu kirim dia chat bahkan telepon karena saking ngerasa bersalahnya karena udah ingkar sama janji yang pernah gue kasih ke dia.
Mungkin banyak orang yang bilang sikap Celia kekanak-kanakan, tapi bagi gue nggak. Sikapnya itu bisa menjadikan orang kayak gue buat nggak ingkar sama janjinya. Sekalipun janjinya simpel kayak janji gue ke Celia.
Yaa... galau gue karena Celia belum selesai dan gue malah menderita. Bibir gue kering kerontang selama tiga hari karena nggak bisa bersilaturahmi sama bibirnya.
Me: Sayang? Apa kabar? Tiga hari kamu masih marah ke aku. Kamu mau apa?
Me: Celia Sayang, please jangan marah terus. Aku bisa menderita kayak hidup di neraka.
Me: Padahal kamu adalah surgaku, Baby.
Me: By, kabarin aku ya kalau udah nggak marah.
Me: Love you, muuuaaacchh....
Gue menghela napas panjang setelah mengirim lima chat ke Celia dan nggak ada balasan sama sekali. Ya udah lah, gue memang lagi dihukum sama dia.
Tapi, ya nggak sampai tiga hari juga Ya Tuhan hukumannya! Gue udah kangen banget sama Celia walau kadang dia suka bikin kesal.
Jam sembilan pagi, gue udah sampai di salah satu TK elit di Bandung. Sempat kagum sama bangunannya yang luas karena banyak banget wahana mainan di sana. Gue yakin, siswanya lebih banyak main daripada belajar dan biasanya juga kan sekolah TK elit kayak gini memang jarang banget belajar di dalam kelas. Guru dan siswanya lebih sering belajar di luar buat buang-buang duit doang.
Gue tahu karena kata Ayah sekolah TK gue juga elit. Kalau nggak salah, biayanya sampai jutaan sampai selesai. Dan yeah, gue merasa lebih sering main daripada belajarnya. Sok-sokan belajar di luar, padahal siswa TK kalau udah di luar mikirnya main, bukan belajar. Pemikiran bocah dari zaman baheula yang nggak bisa diubah seiring berjalannya zaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hottest Daddy [Hottest Series#3]
Romansa[ SELESAI • Mature Romance 21+ ] *** "Oke," Dia menarik napas panjang. Wajahnya memerah ketika aku mengutarakan apa yang terjadi padaku. "Jadi, mau kamu apa?" Sekarang, aku mengenyit bingung mendengar pertanyaannya yang terkesan aneh. Memangnya apa...