Udah gila ya kelean semua. Bab kemarin cepet banget sampat targetnya :)
Ini updatenya malem karena kemarin yang udah dikasih tahu ya, kan :)
Coba sini absen dulu yang kangen sama Aryan & Ayu?
700+ vote dan komen untuk bab selanjutnya ya...
Happy reading!
***
Playlist
Kai - Mmmh
***
Ayu
Rasanya aku seperti mati mendadak ketika Arga dengan polosnya memergokiku sedang berciuman dengan Aryan. Belum lagi tatapan penuh selidik dari Kirana yang mengantarkan Arga pulang membuatku sedikit panas dingin sampai nggak sempat bertanya kenapa dia mengantarkan Arga pulang padahal aku akan menjemputnya.
Jujur saja, aku juga harus menelan pil kekecewaan karena terpaksa berhenti berciuman dengan Aryan padahal lagi enak-enaknya.
Yaaa... bayangkan saja, sejak awal bertemu dengannya lagi, Aryan sudah sangat menggoda buatku. Dia berhasil menyalakan api gairahku yang sempat aku tahan sampai nggak kuat ketika Aryan menumpahkan bensin hingga akhirnya aku meledak.
Kirana nggak bertanya apa pun dan langsung berpamitan pulang setelah mengantarkan Arga. Tapi aku yakin dia akan menginterogasiku ketika waktunya sudah luang. Siap-siap saja, aku akan dihujat habis-habisan olehnya.
Sedangkan Arga, aku langsung membawanya masuk ke rumah tanpa menjawab pertanyaannya. Begitu juga dengan Aryan. Karena dia terus-terusan meringis kesakitan akibat terjengkang dan kepalanya membentur meja kecil yang ada di teras rumah, aku nggak tega memintanya untuk pulang. Jadi, Aryan kubiarkan menunggu di ruang tengah sembari menungguku menidurkan Arga. Setelah itu, aku menghampiri Aryan dan melihat dia masih mengusa-usap kepalanya sambil terus-terusan meringis.
Persis orang yang mau lahiran.
Kasihan sih, aku takutnya bagian kepalanya ada yang luka karena benturannya cukup keras juga. Terlebih lagi, karena saking kagetnya akan kehadiran Arga, aku mendorongnya cukup keras.
Mau minta maaf ... nggak dulu deh. Biarin saja kali, ya?
Aku takutnya dia kepedean kalau aku minta maaf atas insiden tadi.
"Nih, kompres pakai ini." Aku memberikan dia ice bag yang sudah diisi es batu. "Masih sakit, ya?"
Aryan mengangguk pelan. Raut wajahnya tampak memelas dan bibirnya sedikit mengerucut.
Bukannya jijik, justru Aryan sangat menggemaskan jika sudah memasang tampang seperti itu.
"Sakit banget, Ayu." Aryan menaruh ice bag-nya ke atas kepalanya. "Kepalaku kena ujung meja dan kayaknya ada bagian yang benjol, deh. Atau mungkin aku bakal amnesia ya gara-gara kejedot ujung meja dan bikin aku lupa segalanya?"
"Mau aku aminin nggak?"
"Yaaa... jangan dong, Ayu! Masa kamu doain aku beneran lupa sih." Aryan semakin mengerucutkan bibirnya. Sesaat kemudian, senyum nakal terbit di wajahnya. "Kayaknya kalaupun aku beneran amnesia dan lupa semuanya, ke kamu mah nggak deh. Aku bakal inget terus sama kamu."
"Malesin!"
Aryan cuma ketawa sambil memegang ice bag di atas kepala supaya nggak jatuh. Ingin rasanya aku yang memegangnya. Tapi ... nanti dia makin tinggi derajatnya. Serasa aku yang salah banget padahal dia juga salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hottest Daddy [Hottest Series#3]
Romantizm[ SELESAI • Mature Romance 21+ ] *** "Oke," Dia menarik napas panjang. Wajahnya memerah ketika aku mengutarakan apa yang terjadi padaku. "Jadi, mau kamu apa?" Sekarang, aku mengenyit bingung mendengar pertanyaannya yang terkesan aneh. Memangnya apa...