__
_
Aku pernah bermimpi untuk menjadi tuan putri yang diselamatkan seorang pangeran dari hutan gelap tanpa kehidupan. Saat itu usiaku masih sebelas tahun saat aku memimpikan pangeran akan menyelamatkanku, membawaku dari duniaku dan membuatku merasa istimewa. Menikah denganku, hidup bahagia dan mempunyai dua orang anak.
Mimpi Yuri usia sebelas tahun. Tapi untuk hari ini, aku merasa mimpi itu seperti terwujud. Aku benar-benar hilang akal. Aku memutar kepalaku pelan kearah kanan dan menemukan wajah tenang yang memelukku masih tertidur lelap. Aku hampir pingsan.
Tangannya masih melingkar diatas perutku, wajahnya tepat berada disampingku dengan deru napasnya yang terasa tenang, begitu damai dan tertidur pulas. Quand seperti pangeran di negeri dongeng. Aku bersumpah demi apapun.
Salah satu lengannya yang aku jadikan bantal masih membuatku nyaman, tidak ingin berpindah dari sana. Aku memutar pelan tubuhku agar menyempurnakan posisiku mengaguminya lebih mudah.
Ibu selalu mengatakan bahwa aku selalu berbeda dengan Yura. Aku akui itu. Jika Yura selalu menunggu sesuatu untuk datang padanya, tetapi aku berbeda— aku akan mengejarnya hingga aku mendapatkannya. Termasuk Quand. Aku tidak akan menunggu, aku akan mengejarnya.
Kancing teratas kemejanya sengaja dibuka, lengan bajunya digulung sampai siku, hidungnya berminyak, bulu matanya begitu lentik, belum lagi alis tebalnya yang rapi. Quand sempurna. Pantas saja Yura tergila-gila.
"Jangan memandangiku terlalu lama, aku jadi gugup." Katanya sembari merapatkan pelukannya, menarikku semakin dekat. Matanya masih enggan terbuka.
Aku terkejut bukan main, suara seraknya mampu membuatku melayang. "Kau sudah bangun? Sejak kapan?" Kataku pelan. Aku bahkan membenci suaraku yang seperti gadis berumur tujuh belas tahun yang mencoba menggoda pacarnya. Sok manis.
Quand mengulas senyum masih dengan mata tertutup. "Sejak kau berulang kali bergerak. Kau memutar kepala kearahku entah untuk keberapa kali. Aku termasuk orang yang sensitif terhadap sekitar ketika tertidur." Dia mengeratkan pelukan lagi, mendorong tubuhku hingga membentur dada bidangnya pelan. "Demammu sudah turun, baguslah. Ji tidak akan marah padaku."
"Apa karena Hyeji?"
Dia berdehem.
"Jika Ji tidak memintamu menjagaku, kau tidak akan melakukannya?" Tanyaku ingin tahu.
Quand mengusap kepalaku lembut, "sebagai seorang suami dan ayah, tugasku adalah menjaga istri dan menuruti putrinya bukan?"
Aku mengangguk dalam pelukan.
"Jadi, apa aku salah lagi nyonya Yuri Quand yang terhormat?" Lanjutnya dengan suara yang begitu lembut.
Benturkan kepalaku sekarang juga. Aku sungguh.sangat.ingin.melayang. Ada Quand dalam namaku. Aku menggulum senyum, pipiku mendadak panas, jantungku berdetak sangat cepat, debarannya menggila hanya karena perlakuan manis Quand padaku. Ibu aku suka menantumu!
Andai saja dia tidak memelukku saat ini, mungkin aku sudah seperti orang setengah waras yang berlari kesana-kemari, melompat diatas kasur, berguling-guling, berteriak, menari, apapun akan aku lakukan untuk meluapkan rasa senangku. Mungkin rasanya seperti dinotice oleh idola sendiri. Hatiku lumer seperti jelly.
"Aku mendengar detak jantungmu. Cepat sekali."
Aku memejamkan mata. Sial! Aku malu sekali. Quand tertawa, aku bisa merasakannya. Jika aku boleh meminta, aku akan meminta untuk tidak sembuh dari demamku agar aku mendapatkan perawatan ekslusif dari bapak Quand. Ini rasanya gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
'WISH' (E Book version)
Fanfiction[Sudah Terbit dalam bentuk Ebook] Yuri harus menjadi pengganti saudara kembarnya yang telah meninggal sebagai seorang istri. Pria misterius yang membuat Yuri Penasaran. Pria yang menganggap bahwa kehadiran Yuri akan menambah luka, bagaimana jika seb...