_
_
_
Perlahan, Vee memasuki ruangan Yuri. Jeams akhirnya memberikan izin pada pria itu karena Vee terus-terusan memohon untuk bertemu Yuri. Hati Vee sakit saat melihat tubuh Yuri yang terbaring disana— menatapnya sendu. Disetiap langkahnya rasa sakit yang dia alami semakin bertambah, semakin meremukkan jantungnya, terlebih saat Yuri yang memaksa senyum saat menyambutnya.
"Hai," suara Yuri serak, jelas sekali menahan sakit. "Jimin sudah mengatakannya, kau ingin bertemu denganku, bukan?"
Mata Vee memperhatikan keadaan Yuri. Sakit sekali rasanya dan dia tidak bisa berbuat apa-apa. Wajah Yuri begitu pucat, matanya sembab, dan tatapan itu menusuk relungnya. Bibirnya bahkan tidak sanggup untuk terbuka hanya untuk mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan yang sudah dirinya siapkan sejak tadi— tapi kenyataannya, saat dirinya berhadapan langsung, bibirnya hanya sanggup untuk menahan isakan. Takut menangis dan membuat wanita itu semakin sedih.
"Taehyung..."
Taehyung.
Bahkan Vee dapat merasakan penderitaan Yuri ketika menyebut namanya. Nama yang dulu sangat disukai olehnya ketika wanita itu memanggil, suara Yuri saat menyebut namanya yang dia rindukan bahkan sekarang sangat lemah dan tidak seceria dulu, Vee benar-benar telah melewatkan banyak hal.
"Aku," Vee gelagapan, kepalanya bergerak gelisah, dirinya tidak mengerti harus memulai dari mana.
Yuri mengerti, bagaimanapun juga Vee sudah mengisi dan menemani hari-harinya selama Je tidak ada. Saat pria itu takut akan satu hal, maka dia akan gelisah, dia akan menggaruk bagian belakang kepalanya lebih sering, membasahi bibirnya beberapa kali menggunakan lidah, dan tatapan tajamnya akan berubah sendu.
"Tidak apa-apa, jangan khawatir, aku itu kuat." Kata Yuri memaksa senyumnya.
"Kenapa kau menyembunyikan selama ini?" Lirihnya, "kenapa Yuri..."
Mata Yuri berkedip lemah, menarik napasnya begitu dalam kemudian melepaskan peralahan. "Apa aku begitu menyedihkan hingga suaramu berubah begitu? Aku baik-baik saja."
Vee tahu Yuri hanya berpura-pura tegar. Perkataan wanita itu bertentangan dengan setiap respon yang tubuhnya berikan. "Bohong... kau berbohong." Taehyung menyibak rambutnya frustasi, "kau tidak baik-baik saja. Kau bohong, semuanya— aku sudah tahu Han Yuri, berhenti berpura-pura didepanku! Berhenti bersikap sok kuat, kau tidak sekuat itu!" Teriak Vee tidak sadar.
Yuri mematri senyum tipis, "emosi tuan Waltond selalu seperti ini jika aku sedang sakit." Yuri kemudian mengalihkan pandangan dari Vee, menggeser kepalanya menatap langit-langit rumah sakit, "aku ingat, saat aku pingsan ketika mata pelajaran olahraga— seorang Taehyung mampu melompat dari jendela kelasnya hanya karena ingin menolongku, bukannya membawa keruang kesehatan, dia langsung membawaku kerumah sakit, membopong tubuhku di punggungnya." Yuri tersenyum lebar saat mengingatnya, "saat aku diusir dari rumah paman dan kau tahu, aku ingat bagaimana marahnya Taehyung hingga menghancurkan mobil paman yang terparkir didepan rumahnya, aku ingat saat Taehyung membantuku bekerja paruh waktu untuk mengumpulkan uang kontrakan.
Taehyung yang langsung berlari saat menerima panggilan telepon dariku ketika tahu aku demam, membawakan obat, mengompres keningku dan menjagaku semalaman hingga demamnya turun. Saat itu, aku tidak membutuhkan apapun saat Taehyung selalu menjaga dan mencintaiku sebesar itu. Aku bisa mengikis Quand sedikiti demi sedikit, bisa merelakannya pada Yura, aku tidak membutuhkan apapun lagi asal ada Taehyung untukku."
Airmata Vee turun dengan sendirinya. Cara Yuri bercerita, suaranya, dan airmata yang keluar dari sudut mata adalah gambaran kekecewaan yang wanita itu rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
'WISH' (E Book version)
Fanfiction[Sudah Terbit dalam bentuk Ebook] Yuri harus menjadi pengganti saudara kembarnya yang telah meninggal sebagai seorang istri. Pria misterius yang membuat Yuri Penasaran. Pria yang menganggap bahwa kehadiran Yuri akan menambah luka, bagaimana jika seb...