__
_
Quand berkuasa. Pengaruhnya sangat besar. Aku juga baru mengetahui bahwa Quand adalah donatur terbesar di sekolah Hyeji. Aku masih ingat bagaimana pihak sekolah meminta maaf pada Quand, aku dan Hyeji. Orang tua Somi juga terdiam, bahkan tua bangka menyebalkan yang ingin menamparku tidak bisa berbuat apapun. Dia tunduk terhadap Quand.
Aku tidak bisa berkata apapun saat ini karena merasa bersalah. Quand yang tiba-tiba datang karena para guru Hyeji menghubunginya akibat ulahku. Dia tidak berbicara sedikitpun sejak kami meninggalkan sekolah Hyeji tadi.
Aku yang duduk di dalam mobil dengan Hyeji yang berada ditengah antara aku dan Quand masih berasa sedikit canggung dengan keadaan. Kami bertiga duduk di bangku penumpang mobil mewah milik Quand dengan supir pribadinya yang terus melirik dari kaca depan kearahku. Sedikit risih karena tatapannya yang baru saja seperti melihat hantu. Mungkin dia merasa aku terlalu mirip dengan istri majikannya dulu, saudara kembarku Yura.
Hyeji yang menggenggam tanganku tiba-tiba membuatku mengalihkan pandangan terhadapnya. Gadis kecil itu memandangku khawatir, tatapannya membuatku ingin langsung memeluknya. Aku tahu Hyeji juga takut. Sikap Quand yang tidak berbicara sejak tadi membuat Hyeji tidak nyaman. Luka di bibir Hyeji sudah diobati oleh pihak sekolah, awalnya Quand ingin Hyeji ditangani oleh dokter pribadi keluarga Quand, tapi Hyeji tidak mau dengan alasan tidak ingin membuat kakek dan neneknya khawatir jika sampai tahu masalah Hyeji.
Aku mengusap rambutnya lembut, "tidak apa-apa. Mommy Yu disini, semua akan baik-baik saja." Kataku mencoba menenangkan walau sebenarnya aku juga ketakutan.
Aku melirik Quand yang titik fokusnya beralih padaku dan Hyeji. Wajahnya datar, tanpa ekspresi. Dia melipat tangan di dada, rambutnya yang berbentuk koma mempertontonkan sedikit jidatnya, rahangnya yang tegas, tatapan tajam matanya, bibir merahnya dan apa itu yang begitu menggemaskan tepat dibawah bibirnya. Lucu sekali. Tahi lalat bersembunyi disana. Ya ampun manis sekali. Oke stop! Han Yuri. Bukan saatnya.
"Ji.., Daddy tidak suka jika Ji menjadi anak nakal. Ji tahu maksud Daddy kan?"
Anak nakal katanya?
Hyeji menundukkan kepala. Gadis kecil itu semakin bersalah dengan ucapan Quand kaku menyebalkan ini. Aku tidak terima saat dia mengatakan bahwa gadis semanis Hyeji itu nakal. Aku menatap tajam. Ingin memakan, mengunyah seperti permen karet dan menempelkannya di kaca mobil.
"Siapa yang anak nakal?!" Nada suaraku mungkin kurang bersahabat hingga supir pribadi Jungkook tiba-tiba saja terbatuk.
"Aku tidak terima! Hyeji hanya membela dirinya sendiri. Itu bukan nakal Quand!"
Lagi. Supir itu terbatuk lagi. Aku mengalihkan tatapan kearahnya sekilas dan aku dapat melihat dia tersenyum kikuk dari kaca depan mobil.
"Jangan ajarkan putriku menjadi anak yang tidak tahu aturan. Kekerasan bukan gayanya. Hyeji tidak pernah melakukan itu." Quand menatapku tajam, "baru beberapa hari menjadi istri sudah mengajarkan hal aneh pada putriku. Hyeji dengar. Daddy tidak ingin ini terjadi lagi."
"Baik Daddy. Maafkan Hyeji." Lirih Hyeji.
"Tunggu. Otakmu kosong yah?!"
Supir itu lagi-lagi terbatuk. Aku menarik nafas kemudian mengetuk kursi belakang kemudi dua kali. "Permisi paman, jika sedang sakit sebaiknya istrahat saja. Atau tidak, beli obat saja dulu. Jangan batuk-batuk seperti itu, paman merusak emosiku yang akan meledak."
KAMU SEDANG MEMBACA
'WISH' (E Book version)
Fanfiction[Sudah Terbit dalam bentuk Ebook] Yuri harus menjadi pengganti saudara kembarnya yang telah meninggal sebagai seorang istri. Pria misterius yang membuat Yuri Penasaran. Pria yang menganggap bahwa kehadiran Yuri akan menambah luka, bagaimana jika seb...