"Kal" Panggil Shasa. Saat ini Shasa dan Haikal sedang bersantai di ruang tamu.
Sekolah lagi lagi di liburkan karena menjelang ujian, sistem sekolah Alantra adalah libur tiga hari menjelang ujian. Sebenarnya bukan sekedar libur namun semua murid di tugaskan untuk mendalami materi selama tiga hari, sebelum ujian di mulai.
"Hm" Saut Haikal yg sedang fokus dengan game PS nya.
"Jalan jalan yuk, kemana kek" Shasa boring. Teman teman nya memilih pergi masing masing, ada yg berkumpul keluarga ada juga yg ikut ortunya bisnis keluar kota.
"Kemana?" Haikal menghentikan permainan nya. Memperhatikan wajah Shasa yg tampak mistis. Shasa kalo kalem serem oi.
"Kemana kek, lo ga ada tempat destinasi gitu?" Haikal tampak berfikir.
"Tapi jangan ke panti jompo lagi anjir" Shasa teringat minggu lalu, saat ia mengajak Haikal keluar. Namun Shasa sendiri tak ada tujuan, berakhir Haikal lah yg memimpin, namun tak dapat Shasa duga. Haikal membawanya ke panti jompo, guna bernyanyi disana.
"ini mau kemana kal?" Tanya Shasa. Ia celingukan memperhatikan sekitar.
Panti Jompo Kasih.
"Ngapain ke panti jompo woi!!" Seru Shasa saat Haikal mulai memarkirkan mobil nya di halaman panti jompo.
"Kita senang senang"
"Seneng seneng pala lo somplak, ini panti jompo anjiirr" Shasa menatap Haikal tak percaya.
"Yang bilang kuburan siapa?"
"Setan noh!!" Shasa bergegas turun dan berjalan memasuki panti jompo.
"Boleh tanya apa tujuan kalian datang kemari?" Tanya ibu ketua panti jompo.
Shasa diam. Ia juga tak tau kenapa Haikal membawanya kemari.
"Kita mau ngehibur para lansia disini bu" Shasa menatap Haikal yg tersenyum simpul pada ibu panti jompo.
"Oh...kalo begitu silahkan ikut saya" Ibu Panti jompo mengajak Shasa dan Haikal menuju suatu ruangan yg terlihat seperti ruangan santai.
"Silahkan"
Shasa dan Haikal duduk di sudut ruangan, yg dijadikan panggung kecil.
"Ini ngapain?" Bisik Shasa. Haikal menyerahkan gitar kepada Shasa.
"Gue tau lo bisa main gitarkan?"
Shasa pasrah. Ia mulai memetik gitar nya namun baru beberapa detik ia memainkan gitarnya salah satu lansia jatuh pingsan.
Shasa rasanya ingin tenggelam di rawa rawa.
"Ya elo mau nya kemana?" Shasa berfikir. Tak lama setelahnya senyum cerah terbit di wajah Shasa, Haikal sampai menutup mata saking cerahnya.
"Ada festival!!" Seru Shasa dengan semangat. "Ada festival di sekitaran bundaran HI, gue kemaren liat edaran brosurnya" Shasa bangun dari duduknya dan berlari kedalam kamar. Semenit kemudian Shasa kembali keruang tamu.
"Ayok kesana haikal!!" Seru Shasa dengan semangat, seakan tak ingat dosa nya di dunia Shasa melangkah dengan riang.
"Tunggu weh" Haikal tersadar dari lamunan nya dan bergegas bersiap.
.
.
.
"Wah wah wah itu kok bisa gitu ya.." Haikal melirik Shasa sinis. Shasa ini katrok apa apa sih? Liat orang naik sepeda roda satu aja girang nya kayak orang abis dapet makanan gratisan.
Haikal menarik Shasa, menjauhi kerumunan.
"Kenapa sih?" Shasa menatap Haikal dengan heran.
"Gue laper" Tanpa melepas tautan tangan merka. Haikal kembali berjalan menarik Shasa menyusuri pedangang kaki lima.
"Beli somay aja tuh kal" Tunjuk Shasa pada kang somay. Haikal mengangguk dan menarik Shasa agar mengikutinya.
"Somay nya dua ya, makan disini" Pesan Haikal. Shasa menunggu pesananya dengan pandangan yg mengitari sekitarnya.
"Rame juga ya.." Gumam Shasa.
Rombongan anak SMA datang dengan di dominasi siswa dan segelintir siswi. Haikal menarik Shasa agar mendekat karena jalanan yg cukup ramai membuat mereka sedikit berdesakan.
Haikal melindungi Shasa saat gerombolan anak SMA melewatinya. Haikal menarik pinggang Shasa dan membawanya agar berdiri tepat didepanya dan menghadapkan langsung wajah Shasa ke depan dadanya. Sembari merangkul bahu Shasa dan sedikit memepetkan tubuhnya dengan gerobak somay Haikal menyadari sesuatu yg aneh.
Detak jantungnya.
"Udah belom kal?" Tanya Shasa yg tehalang tubuh Haikal. Jika di perhatikan sekilas tampaknya Haikal seperti sedang memeluk Shasa.
"U-udah.." Haikal berdehem. Kenapa dia gugup?.
"Nih kak somay nya" Haikal menerima pesananya dan membayar dengan selembar uang berwarna biru. Saat kang somay ingin memberikan kembalianya dengan tegas Shasa berkata "Ambil aja kembalianya"
Kang somay tersenyum tulus dan berucap terima kasih. Mereka pun pergi mencari tempat duduk.
"Duit gue padahal" Ucap Haikal setelah mereka mendapatkan tempat duduk.
"Nanti gue ganti" Shasa mulai memakan somay nya dengan lahap, Shasa juga laper.
"Gausah deh, gue juga ikhlas"
"Nah gitu dong, sering sering traktir gue" Haikal mendengus. Dasar tak tau diri.
"Btw thanks ya kal" Shasa tersenyum lembut beberapa saat dan kembali memfokuskan diri dengan somay nya.
Haikal mengalihkan pandanganya. Sial dadanya bergemuruh melihat senyum tulus Shasa.
.
.
.
"Haikal mau masuk kesitu!!" Seru Shasa sembari menunjuk rumah hantu.
"Gila?! Lo ga takut apa?" Haikal menatap Shasa yg terlihat kegirangan melihat rumah hantu.
"Ngapain takut? Lo takut yaa..." Shasa menatap Haikal dengan tatapan mengejek.
"Apaan? Gue takut? Imposible" Haikal menarik Shasa dan berjalan menuju antrian rumah hantu.
Setelah menunggu cukup lama akhirnya Haikal dan Shasa mendapatkan giliranya. Mereka di suruh menaiki sesuatu semacam kereta bawah tanah.
Haikal duduk bersebelahan dengan Shasa. Kereta mulai berjalan perlahan, Haikal mencengkram erat pegangan yg ada di kereta sembari merapalkan surat surat pendek.
Jujur.
Haikal sangat takut dengan sesuatu yg berbau horor maupun mistis. Shasa terlihat asik dengan sekitar, bahkan ia tak segan untuk menyapa para cosplay hantu. Sampai tak sengaja ia melirik Haikal yg sedang memejamkan mata dengan mulut komat komit.
Shasa terkekeh. Menyenggol bahu Haikal "Katanya ga takut" Bisik Shasa.
Haikal membuka matanya,tepat dengan itu kereta mereka berhenti dan sesuatu melompati kereta mereka.
Semua berteriak histeris. Ditambah puluhan laba laba yg shasa yakinin laba laba mainan menyebar di sekitar kereta. Haikal terkejut reflek ia menarik tangan Shasa yg digunakan untuk melindungi diri.
Shasa tertawa melihat tingkah Haikal. Mengacak pelan rambut Haikal menggunakan tangan sebelahnya "Penakut!" Ledek Shasa.
Haikal mendengus. Tak memperdulikan ucapan Shasa, ia masih berlindung di balik tangan Shasa.
Sial. Jantung nya berdetak tak karuan saat tangan Shasa mengusap rambutnya.
-BATAS SUCI-
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY SHASA
Teen Fiction"LOH BAPAK APA APAAN SIH?!!" "kami benar benar minta maaf mba, ini memang kelalaian karyawan kami tapi tidak ada cara lain mau gak mau mas sama mba tinggal bersama sementara karena apartemen kami sudah benar benar penuh" "SAYA TETEP GAMAU YA PAK!!" ...