"Sini lo maju!!" Shasa menggulung lengan bajunya seakan bersiap untuk bertarung. Ketiga temanya bersorak heboh mendukung Shasa.
Lagi dan lagi kantin kembali ricuh, bukan ricuh karena berebut makanan tetapi ricuh karena pertengkaran Shasa dan Bella. Yap... Kaka kelas nya itu kembali berulah.
"Ga sudi ya gue ribut ama lo!" Seru Bella dan melangkah mundur perlahan.
"Yah pengecut lo!! Biasanya aja busungin dada duluan!!" Teriak Arsya. Yg di ikuti sorakan siswa yg menonton
"Ck! Gue mau dapetin Raga pake cara yg halal, bukan kekerasan begini"
"Emang selama ini cara lo halal?" Meli berceletuk.
"Alah gausah bacot deh!!" Shasa maju meraih rambut Bella menjambaknya kuat. Bella yg tak terima kembali menjambak rambut Shasa.
"Lo kalo mau ama Raga minta restu dulu ama kita!!" Seru Shasa di sela kegiatan.
"Ga sudi!!" Bella meringis pelan. Rambutnya seperti ditarik paksa agar terlepas dari kepalanya, bahkan ia mulai merasa pusing.
Sial!! Umpat nya dalam hati.
Melihat ada kesempatan Shasa mengulurkan kakinya tepat di betis Bella.
Bruk...
Bella terjatuh. Semua kembali bersorak heboh. Shasa mengangkat tanganya sambil bergumam lagu we are the camphion.
"BUBAR!!" Semua tersentak dengan suara Pak Delim yg sudah berdiri di depan pintu utama kantin. Takut kena sasaranya, semua murid mulai meninggalkan kantin termasuk Shasa dkk. Yg pasti langsung di tarik paksa sama Pak Delim agar mengikutinya ke ruang BK.
"Sa? Kamu kapoknya di apain sih? Bapak kayak nya udah nyerah sama kamu" Pak Delim memperhatikan Shasa yg sedari tadi menunduk diam. Dahi Pak Delim mengerut, tak biasanya murid arogan nya ini akan diam. Shasa selalu membantah semua ucapan nya atau malah bertingkah absurd jika sudah di beri hukuman.
"Weh sa?" Arsya yg merasa curiga sedikit mendekat kan wajah nya agar dapat melihat wajah Shasa.
"Lah tidur?"
Hani menepuk pelan dahi nya, bisa bisa nya dia tidur di keadaan kayak gini.
"Shasa!!"
Shasa tersentak. Duduk nya kembali tegap dengan pandangan lurus ke depan.
"Iya Pak?" Shasa menguap lebar yg langsung ditutupi oleh Meli. Pak Delim menggelengkan kepala.
Lelah.
Setidak nya satu kata itu mewakili dirinya yg sudah sangat lelah menghadapi Shasa.
"Kamu saya larang ikut ujian"
"Lah gabisa gitu dong!!" Shasa berseru keras. Lagian juga bukan cuma dia kok yg salah, Si Bella juga salah kan? Kenapa cuma Shasa aja yg di hukum? Mana hukumanya engga epik banget.
"Keputusan saya sudah valid, tak bisa di ganggu gugat!" Putus Pak Delim.
"Kenapa bapak ga pernah bertanya soal kenapa Shasa ngelakuin ini semua?"
Semua yg ada di ruangan Pak Delim menoleh, menatap Meli.
"Bapak selalu mojokin Shasa seakan akan Shasa paling bersalah dan semua murid yg terlibat sama masalah Shasa hanya bapak anggap korban. Dan final nya bapak ga pernah sekalipun menanyakan alasan apa Shasa ngelakuin ini, kenapa?"
Hening.
Semua terdiam. Bahkan Pak Delim terlihat tak ingin menjawab, ia hanya menatap lurus kedepan.
"Kamu tetap ikut ujian. Sekarang semuanya keluar dari ruangan saya" Pak Delim bangun dari tempat duduk nya dan melangkah menuju meja kerjanya.
Shasa yg akhirnya terbebas tanpa hukuman dengan riang hati keluar dari ruang BK. Melupakan ketegangan yg terjadi di dalam, akibat dirinya.
.
.
.
"Kamu kenapa sih sa?"
"Kenapa apa nya sih om?"
Bell pulang sekolah sudah berbunyi sejak sepuluh menit yg lalu namun Shasa terpaksa mangkir dulu keruangan Kepsek karena panggilan Sang om tercinta.
"Kamu selalu buat masalah itu kenapa?" Samuel menatap keponakan nya.
Semua yg Shasa lakukan berada di pengawasanya karena memang hanya dia yg dekat dengan Shasa. Seluruh keluarga Bunda nya Shasa tinggal di Bandung kecuali Samuel dan Papah nya Shasa tak memiliki saudara kecuali Uncle Dimo. Anak angkat.
"Sa?"
Shasa melirik Samuel sambil mendengus keras. "Kenapa sih om?"
"Kamu kenapa suka banget buat masalah?" Samuel mengulang pertanyaan nya.
"Ya emang kalo aku buat anak boleh?"
Samuel menghela nafas. Memang hanya Shasa, hanya Shasa yg mampu membunuh orang secara perlahan dengan sikap dan sifatnya.
.
.
.
Shasa memasuki apartemen nya sembari bersenandung. Meletakan sepatunya di rak sepatu dan mengantungkan kunci mobilnya di gantungan kunci dekat pintu.
"Astaga naga dragon!"
Shasa mendelik. Menatap Galang dengan heran, Galang kenapa? Ia terlihat sedang...galau?
"Lang?" Shasa menyentuh bahu Galang menggunakan jari telunjuk nya. Galang mendongak, menatap Shasa sendu.
"Lang istighfar lang, setan mana yg berani ngerasuki elo lang" Shasa menuangkan air ke dalam gelas dan di cipratkan ke wajah Galang.
"Yaya!!" Seru Galang.
Shasa tersentak. "Lo kenapa sih?"
"Galau nih ya" Galang menjatuhkan kepalanya ke meja yg ada di ruang tamu.
"Bentar gue setel lagu sedih dulu, baru cerita" Shasa mengeluarkan handphone nya dari saku seragam.
"Nah boleh tuh, mau request lagu sedih dong" Galang kembali mengangkat kepalanya dan menatap Shasa.
"Boleh lagu apa"
"Hip hip hura hura"
Shasa yg sudah bersiap mencarikan lagu untuk Galang kembali terdiam. Menatap Galang sinis. Yg di tatap hanya tersenyum simpul.
"Makan nya kalo nafas dari idung jangan dari kuping" Ucap Shasa sembari menoyor kepala Galang.
"Kesel sama Jejen ya.."
"Kesel kenapa sih?"
"Dia nanya ama gue, kak gigi kelinci bisa loncat ga?"
Shasa tergelak.
-BATAS SUCI-
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY SHASA
Teen Fiction"LOH BAPAK APA APAAN SIH?!!" "kami benar benar minta maaf mba, ini memang kelalaian karyawan kami tapi tidak ada cara lain mau gak mau mas sama mba tinggal bersama sementara karena apartemen kami sudah benar benar penuh" "SAYA TETEP GAMAU YA PAK!!" ...