"KETEMU!!!
***
"kok bisa nyasar sa?" fiuhh.... Entah sudah pertanyaan keberapa ini yang jelas shasa sudah sampai hafal.
"lo tanya yang lain aja dehh gua capek" usir shasa secara terang terangan.
"sa lo bener ga mau pulang aja?" Tanya Hani sekali lagi.
"gapapa ni lagian besok sore juga pulang kan?" Shasa menyeruput coklat panasnya, duduk terdiam di depan api unggun.
"lagian kenapa bisa ada mba dah?" Tanya Meli yang duduk di sebelah kanan Shasa.
"emang lo ga ketemu?" Tanya shasa dengan pandangan terfokus kedepan.
"gua ga tuh" Jawab Meli.
Shasa mengedikkan bahunya tak peduli. Yang terpenting sekarang ja sudah terbebas dari tengah tengah hutan yang sangat gelap itu.
Di pagi hari semua murid di beri tugas untuk merapihkan barang bawaan dan menutup tenda mereka.
"huaaaaa...sejuk bangeettt" Shasa merentangkan tangannya sambil menghirup segarnya udara di pagi hari.
"ya ampun, ya ampun" Hani berteriak heboh seraya menepuk nepuk bahu shasa.
"apaan sih ni" Shasa menepis tangan Hani dengan kasar dan menatap Hani garang.
"Haikal sakit...." Hani berucap dengan nada sendu. Shasa menatap heran pada Hani.
Sakit? Pikir nya.
"sa nanti lo rawat dia ya di rumah, gua gabisa rawat ataupun jenguk dia karena abis ini gua mau langsung cus ke bogor" Tutur Hani menatap Shasa penuh harap.
"kok guaa?!" Shasa mengkode seakan ingin menolak.
"saa pliiissss....." Hani bersyukur karena tak ada Meli disini, karena kalo ada pasti sudah dari tadi Hani di remehkan atau di nasehati kembali.
"dia pasti bisa jaga diri ni" Lagian memangnya Haikal siapanya Shasa sampai sampai shasa harus repot repot mengurusinya.
"sa lo emang tega ngeliat orang yang tinggal satu atap sama lo lagi kesakitan dan lo milih ga peduli?" Hani terlihat masih berusaha membujuk Shasa.
"GA.MA.U" putus Shasa. Setelahnya ia beranjak dan menghampiri Meli yang sedang mengemasi barang barangnya.
***
Sore ini semua murid kelas XI dan XII sekolah Alantra bersiap untuk pulang. Semua murid di beri inrtuksi agar kembali ke bis dan tempat duduk semula.
"Sa Haikal di deket jendela boleh?" Tanya Fadlan sambil memapah Haikal yang terlihat lemas dan pucat. Shasa mengangguk dan keluar dari tempat duduknya memberi akses agar Haikal duduk.
"dingin..." Haikal bergumam dengan mata terpejam, entah lah tubuhnya benar benar terasa lemas bahkan sangat lemas sudah lama sekali Haikal tidak jatuh sakit namun sekalinya jatuh sakit ia benar benar drop seperti ini.
Shasa menoleh menatap Haikal saat pendengarannya menangkap gumaman Haikal. Merasa khawatir saat melihat wajah pucat Haikal, Shasa melepas jaketnya guna menutupi tubuh Haikal agar sedikit membantu menghalau rasa dingin yang Haikal rasa.
"masih dingin sa..." Shasa benar benar cemas saat melihat tubuh Haikal mengginggil.
"kenapa lo gak pulang duluan aja tadi?" Shasa menggeser duduknya adar lebih dekat dengan Haikal, menyentuh dahi Haikal.
"gila! lo demam kal" Shasa memperhatikan sekitar ingin meminta bantuan namun ia urungkan saat melihat semua murid ataupun guru terlelap dengan wajah lelah.
"dingin...." Tubuh Haikal semakin bergetar bahkan giginya pun bergemelatuk, Shasa semakin cemas tanpa pikir dua kali Shasa menarik Haikal ke dalam pelukannya. Memeluknya erat berharap bisa mengurai rasa dingin yang Haikal rasa.
Dan benar saja tak lama dari itu Haikal terlelap dengan tenang karena suhu tubuhnya sudah sedikit menghangat. Shasa menghembuskan nafas leganya, masih dengan posisi memeluk Haikal, Shasa mencoba memejamkan matanya. Ia meletakkan kepalanya di pucuk kepala Haikal dan tertidur.
-BATAS SUCI-
Intinya gitu dah:')
Note: Dia itu cuek tapi gua benci!
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY SHASA
Teen Fiction"LOH BAPAK APA APAAN SIH?!!" "kami benar benar minta maaf mba, ini memang kelalaian karyawan kami tapi tidak ada cara lain mau gak mau mas sama mba tinggal bersama sementara karena apartemen kami sudah benar benar penuh" "SAYA TETEP GAMAU YA PAK!!" ...