|SS|\\10-BOLOS

82 100 10
                                    

Shasa bergerak rusuh dalam tidurnya, bergumam sambil berusaha menenggelamkan wajahnya di dada Haikal.

"sa?" Haikal bangun lebih dulu.

"sa bangun dong gue laper" Mengangkat tangan kanan nya. Menyingkirkan rambut yang menutupi wajah shasa.

"eugh.." Shasa mengerjapkan matanya.

"eh apa apaan nih?" Shasa mendorong tubuh Haikal agar menjauh. Dan beringsut duduk menatap sekitar.

"kok gue disini?"

"umur lo berapa sih sa? pikun banget" Haikal berusaha mendudukan dirinya, namun tak bisa. Kepalanya masih merasakan pusing yang mendalam.

"sa gue laper" Shasa menoleh. Menatap Haikal dan mengangkat tanganya, menyentuh dahi Haikal.

"anget" gumam Shasa.

Shasa bangun dan melangkah keluar kamar. Putar balik dan menyumbulkan kepalanya ke dalam.

"mau apa?"

"bubur aja"

"ntar di muntahin lagi" Shasa gamau ya udah cape cape bikin terus di buang lagi.

Haikal meringis saat mengingat di mana ia memuntahkan bubur buatan Shasa. "enggak, mulut gue udah mendingan".

"ok. wait twenty miniutes"

Shasa bergegas ke dapur dan menyiapkan beberapa bahan untuk membuat bubur. Sambil menunggu buburnya matang Shasa melangkah ke kamar miliknya, mengambil handphone dan menyalakannya.

MEpet kaLi🐽

mel?

apaan?

"anjir! tumben fast" Gumam Shasa.

MEpet kaLi🐽

gue tipsen dong

kenapa lo?


"eh apa ya alesan nya" Baru saja Shasa ingin berfikir mencari alasan apa yang tepat namun notification dari Meli sudah mendahuluinya.

MEpet kaLi🐽

jagain haikal?

"mampus!" Shasa mengusek hidung nya pertanda ia gugup.

"udahlah jujur aja" putus nya.

MEpet kaLi🐽

iya, tipsen ya:'

ok

Shasa langsung menyimpan ponselnya dan melanglah ke dapur, mengecek bubur buatanya.

"selesai" Gumam Shasa setelah menyimpan buburnya ke dalam mangkok.

"nih kal"

"bisa tolong suapin sa?" Haikal beringsut duduk dengan perlahan.

"pala lo masih pusing?" Shasa mengaduk buburnya dan menyuapkannya ke mulut Haikal.

"ga terlalu sih, tapi masih suka eneg"

"sekarang masig eneg?!" Shasa bergegas bangun dan berlari mencari plastik, takut. Haikal muntah lagi.

Haikal melirik jam dinding di kamarnya dan berseru "sa udah setengah tujuh!".

STORY SHASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang