❝Aku mencintaimu, tetapi aku tidak sama denganmu. Aku khawatir pada akhirnya kita saling melepaskan satu sama lain❞
Rajendra Mahastra
***
Back to April 2017
“Shall we break up?”
Sebuah pertanyaan singkat yang membuatku seakan mati rasa.
Hari ini, tepatnya saat lelaki berhoodie hitam dengan topi yang sudah menjadi ciri khas dirinya itu mengajakku bertemu di taman dekat danau tempat kami biasanya bertemu. Dia Rajendra Mahastra, lelaki dengan paras rupawan yang sudah menjadi kekasih ku selama 2 tahun ini.
Tidak pernah terbayangkan olehku bahwa hari ini akan benar-benar terjadi. Kami berdua yang duduk saling berhadapan dengan perasaan kalut dan tangan yang tertaut cemas. Membahas serius hubungan kami yang sedang di pertaruhkan di perbincangan kali ini.
“Sudah waktunya berhenti ya?” celetukku tiba-tiba.
Setiap malam sebelum aku pergi tidur, aku selalu bertanya-tanya pada semesta. Apakah kami bisa bersama? Kami yang sama-sama egois saling mempertahankan, terus berjalan seolah tidak terjadi apa-apa. Kata seandainya kini berputar di kepalaku. Seandainya kami egois lagi kali ini, apakah pada akhirnya kami tetap akan baik-baik saja? Nyatanya meskipun sekuat apapun kami mempertahankan, pada akhirnya kami akan tetap di paksa untuk saling melepaskan.
“Aku sayang kamu, Na. Sedikit pun aku nggak pernah berhenti buat sayang kamu.” ucap Raja.
Wajah kekasihku yang selalu menebar senyum manis itu tidak ada kali ini. Tidak ada lagi raut keceriaan, yang ada hanya wajah muram dengan sepasang mata penuh bendungan menahan tangis sambil menggenggam erat tanganku.
Aku tersenyum samar sembari mengusap tangan nya yang bergetar.
“Raja, kamu ingat? Dulu kamu pernah bilang. Di dalam kitabmu tertulis ‘Berikan orang yang kamu sayangi sayap untuk terbang, akar untuk selalu kembali dan alasan untuk menetap’ tapi kamu lupa kalau Buddha juga berkata ‘Pada akhirnya, hanya tiga hal yang penting: Seberapa besar kamu mencintai, seberapa lembut kamu hidup, dan betapa anggun nya kamu melepaskan hal-hal yang tidak di maksudkan untukmu’ kita nggak boleh egois, Raja.” jelasku.
Raja menggeleng kuat, genggaman tangan nya juga semakin erat saat aku ingin melepasnya. “Tapi aku nggak mau, Na. Aku nggak bisa, kamu tau itu.” kekeuh nya mulai parau.
“Memangnya kita punya pilihan? Nggak ada yang bisa di pertahankan lagi, Ja.” sahutku.
Sepasang matanya memerah. “Kamu tau kalau aku nggak pernah suka kamu ngomong begitu.”
Raja benar-benar tidak mau melepaskan genggaman tangan nya dari tangan ku.
“Kamu sayang sama aku?” Raja mengangguk.
“Perihal cinta dan sayang itu nggak harus selalu sama-sama, Ja. Ada kalanya juga kita harus melepaskan kalau itu memang bukan di takdirkan buat kita. Kamu sama aku itu beda, dan aku nggak sekuat itu buat maksa kehendak..”
Sore kala itu, tentu bohong jika aku tidak merasakan sakit akibat perkataanku sendiri. Tapi aku yakin jika pilihan ku kali ini tidaklah salah. Dari awal, kami memang sudah sangat tahu resiko dari hubungan yang kami jalani, tapi semakin lama juga semakin sakit. Tidak ada pilihan paling benar selain menyerah pada keadaan.
Aku beranjak dari tempatku meninggalkan Raja yang tertunduk sesak, seorang diri.
ㅡBersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajendra || Huang Renjun [TAMAT] ✓
Short Story❗FOLLOW SEBELUM MEMBACA❗ ❝Terkadang perbedaan agama menjadi hal klise dalam suatu hubungan percintaan. Tidak mungkin untuk bersama, namun terlalu indah untuk di lupakan❞ Rajendra Mahastra dengan segala hal yang ada pada dirinya, membuat Aluna Lates...