❝Aku akan memelukmu dan menggenggam erat tanganmu agar hatimu dapat beristirahat dari luka❞
Jevano Adhitama
***
Bandung, 2023
Seperti tahun-tahun sebelumnya, tanpa kehadiran Raja di Bandung. Aku mencoba bangkit dari keterpurukan ku. Aku tidak melupakan dia, justru aku ingin selalu mengingat dia dalam ingatan ku, tentang segala hal yang berkaitan dengan nya. Aku mengikhlaskan dia pergi, mungkin ini yang terbaik bagi kami berdua.
Kini aku bekerja sebagai seorang Designer. Setelah aku menyelesaikan kuliah tiga tahun lalu, aku mendirikan butik ku sendiri.
Aluna's Boutique
Di umurku yang ke 25 tahun ini, bunda sering uring-uringan untuk menyuruhku menikah, padahal calon nya saja belum kelihatan hilalnya. Setelah menyelesaikan desain bajuku, aku menggeser kursi ku menghadap ke arah jendela, di luar sedang hujan.
Iringan musik klasik berputar di ruangan ku, juga menemani kesedihanku yang belum menemui titik temu. Tidak ada yang salah, tidak ada juga yang benar. Aku dan Raja terjebak di dalam ruang waktu yang tak bisa di hentikan. Terkadang, aku masih suka mengingat hal-hal kecil tentang dirinya.
Dia yang sangat suka menggambar, dia yang juga menyukai hal-hal yang ku sukai, dia yang sering memberiku semangat, dia yang sering membantuku mengerjakan tugas dan dia yang selalu memelukku saat aku berlari ke arahnya.
Betapa aku menganggap dirinya adalah lelaki terbaik dalam pandangan ku. Aku hanya bangga dengan diriku yang telah sejauh ini dalam mencintainya.
Tok tok!
Bunyi ketukan mengalihkan pandangan ku dari jendela menghadap ke arah pintu, ku lihat siapa yang datang ke ruangan kerjaku. Senyumku terbit lalu aku berdiri dari kursi ku menyambut dia.
“Maaf ya terlambat, mas ke toko bakery dulu tadi, ternyata disana antrian nya banyak, pas keluar ternyata lagi hujan..” ucapnya lalu menyerahkan 1 kotak roti yang di belinya untukku.
Aku tersenyum senang. “Nggak papa kok mas, makasih ya? Ayo duduk dulu. Mas pasti kena hujan, rambutnya basah gini. Mau aku buatin teh hangat?”
“Boleh, makasih cantik..” ucap mas Jevan sambil mengusap surai kepalaku.
Lalu aku membuatkan mas Jevan teh hangat di meja pantry ruang kerjaku. Selagi aku membuatkan teh, aku mengambilkan handuk dari kamar mandi ku lalu memberikan nya kepada mas Jevan untuk membantu mengeringkan rambutnya yang basah.
Setelah itu baru aku kembali ke meja pantry untuk mengambil teh yang sudah selesai ku buat dan menaruhnya ke atas meja.
“Ini teh nya. Di luar hujan, jadi kita nggak jadi pergi keluar. Memangnya mau ngomongin apa? Mas Jevan dapat shift malam lagi?” tanyaku.
Akhir-akhir ini mas Jevan memang keseringan dapat shift malam di rumah sakit. Iya, dia sudah tidak magang lagi, dia sudah benar-benar menjadi seorang dokter. Dia juga jadi makin terlihat gagah dengan jas dokter dan alat kesehatan yang tergantung di lehernya.
Aku pernah melihatnya, saat itu aku sedang mengunjunginya untuk membawakan bekal makan siang sebagai ucapan terimakasih karena dia sudah mengantarku ke seminar saat ban mobilku bocor di tengah jalan.
Hari ini mas Jevan mengajakku makan siang di luar, sekaligus ada yang ingin dia bicarakan katanya, namun karena hujan jadi dia menghampiriku ke butik dan membawakan ku 1 kotak roti untuk cemilan makan siang.
Dia terkekeh pelan. “Beruntung hari ini aku nggak dapat shift malam. Hal yang mau aku bicarakan ke kamu itu, aku mau melamar kamu.”
Aku terkejut. Batinku seperti, “Serius?”
Sebenarnya aku juga tidak punya alasan untuk menolak lamaran mas Jevan sebab selama 3 tahun berlalu ini, orang yang selalu ada dan orang yang selalu bersedia membantuku bangkit adalah dirinya. Aku menyukai mas Jevan, memang siapa yang tidak menyukai lelaki baik seperti dia?
Tapi untuk mengatakan bahwa aku mencintai dia, aku belum bisa.
Di dalam lubuk hatiku yang terdalam, masih ada nama Raja yang bertahan hingga saat ini. Meskipun aku mengikhlaskan dia pergi, tetapi aku masih mencintai dia. Aku memberi dia ruang tersendiri di dalam hatiku.
“Kenapa mas milih aku sebagai calon istri?” tanyaku penasaran.
“Soal cinta datang itu kita nggak bisa milih mau sama siapa. Yang harus kamu tau kalau mas itu suka sama kamu sudah lama banget. Dari kamu dulu masih maba, tapi saat itu mas tau kalau ternyata kamu udah punya pacar, jadi mas diam aja..” ujar mas Jevan sembari tersenyum.
Mas Jevan kemudian menggenggam tangan ku. “Mas tau gimana rumitnya persoalan masa lalu mu Aluna, jadi mas nggak mau memaksa. Keputusan tetap ada di kamu.."
Aku terdiam sebentar sambil berpikir, mas Jevan tampak gugup menunggu jawabanku. Detik berikutnya aku memberanikan diri menatapnya, lalu tersenyum.
“Kalau tunangan dulu, nggak papa kan? Bantu aku buat membuka hatiㅡ”
Perkataan ku tiba-tiba terhenti akibat mas Jevan yang langsung memelukku, dia menghembuskan napas lega. Aku tersenyum di balik punggungnya lalu membalas pelukan mas Jevan.
Setelah mas Jevan melepas pelukan nya. Aku menyentuh kalung pemberian dari Raja. Seperti katanya, tidak ada salahnya aku mencoba membuka hati.
Mungkin sudah saatnya aku dan Raja berbahagia dengan pasangan masing-masing nanti.
“Terimakasih, Aluna.”
ㅡBersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajendra || Huang Renjun [TAMAT] ✓
Conto❗FOLLOW SEBELUM MEMBACA❗ ❝Terkadang perbedaan agama menjadi hal klise dalam suatu hubungan percintaan. Tidak mungkin untuk bersama, namun terlalu indah untuk di lupakan❞ Rajendra Mahastra dengan segala hal yang ada pada dirinya, membuat Aluna Lates...