10. Rindu yang Menyerah

139 45 3
                                    

Hari-hari silih berganti, meninggalkan bulan-bulan kemarin yang selalu hujan di setiap harinya. Musim kemarau di bulan Agustus kini terasa sedikit menyebalkan, lantaran udara yang makin panas membuatku jadi malas bepergian.

Tapi hari ini aku memutuskan untuk keluar, aku akan pergi ke rumah sakit untuk menemui mas Jevan. Bicara tentang mas Jevan, aku dan mas Jevan telah resmi bertunangan sejak 4 bulan yang lalu. Acaranya juga tertutup, hanya kerabat terdekat yang menyaksikan.

Mas Jevan benar-benar sabar dan membantuku selama ini. Oleh karena itu aku merasa beruntung karena di cintai orang sehebat dirinya.

Setelah selesai bersiap, aku lalu keluar kamar. “Bun, aku mau ke rs dulu ya? Mau ketemu sama mas Jevan..” ijinku pada bunda sambil mencium tangan nya.

“Iya sayang, hati-hati nyetirnya.” sahut Bunda yang ku balas dengan anggukan.

Setelah sampai di rumah sakit, aku segera memarkirkan mobil lalu berjalan ke meja resepsionis.

“Mbak. Dr. Jevan nya ada?” tanyaku.

Aku selalu menanyakan terlebih dahulu sebelum masuk ke ruangan kerjanya karena yang ku takutkan adalah jika masih ada pasien yang harus di periksa di dalam.

“Ada, mbak Aluna. Masuk aja..” ujar resepsionis.

Aku membalikkan badanku hendak pergi namun terhenti saat aku melihat perawakan seseorang yang ku kenal sedang berada tidak jauh dariku tengah duduk sambil berteleponan, dengan ragu aku menghampirinya.

“Mama?” panggilku sambil menepuk bahunya.

Seseorang itu menoleh dan ternyata benar, dia adalah mamanya Raja. Tampaknya mama sedikit terkejut melihatku disini, apa karena kami sudah lama tidak bertemu ya?

“Loh? Aluna..” ucap Mama Raja.

“Mama ngapain disini? Mama sakit?” tanyaku sambil duduk di sebelahnya.

Mama Raja menggeleng. “Bukan mama, tapi papanya Raja. Kata dokter asam lambung papa naik makanya di periksa.”

“Semoga papa cepat sembuh ya ma?” ucapku.

“Makasih doanya sayang. Aluna sendiri ngapain disini?” tanya Mama padaku.

Aku tersenyum. “Mau temuin tunangan aku ma..”

“Tunangan?” ulang Mama dengan wajah terkejutnya.

Aku mengangguk. “Yaudah ma, Aluna pergi dulu ya? Maaf nggak bisa temenin lama-lama. Titip salam buat papa. Mama juga harus sehat-sehat terus ya, jangan sampai sakit.”

“Iya pasti, nanti mama salamin sama papa. Selamat juga atas pertunangan nya sayang..”

“Kalau gitu Aluna permisi ma..” Aku berdiri dari kursi melambaikan tangan ke mama kemudian bergegas pergi ke ruangan mas Jevan.

Sesampainya aku di ruangan kerjanya, aku mengetuk pintu dan melihat mas Jevan dengan senyum hangatnya menyambut ku. Dia melepaskan kacamatanya lalu menghampiriku.

“Udah makan?” tanya nya.

Aku menggeleng. “Rencananya aku mau ngajak mas makan diluar. Pasti belum makan kan?”

Rajendra || Huang Renjun [TAMAT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang