2

1K 55 5
                                    

"Alaric, apa kau mau menjadi pacarku?" Ucapku gugup.

Saat ini aku dan Alaric sedang berada di kantin kampus, aku memberanikan diri melamarnya menjadi pacarku yang seharusnya adalah pria yang melamar. Tapi tak apa, aku tidak perduli.

Semua orang sudah siap merekam kejadian ini di hp masing-masing, aku menelan ludah gugup dan malu, aku takut sekali di tolak.

Namun, Alaric sepertinya tak perduli. Ia bahkan tak melihat ku sedikitpun, dia sibuk dengan makanannya dan tetap menatap makanannya tanpa ada niat sedikit pun untuk menatapku.

Aku menunduk dan sedih sendiri, oleh sebab itu aku berjalan mundur dengan kepala menunduk dan siap pergi dari kantin sambil mengelap air mata ku. Sudah pasti, aku di tolak.

"Aku terima."

Aku kaget, aku terdiam kaku sebentar. Aku membalikkan badan dan Alaric berdiri setelah itu meninggalkan kantin.

Aku senang sekali, meskipun dia rada cuek luar biasa tapi aku menyayanginya. Sudah setahun awal ini aku menyukainya, semenjak kami pertama kali bertemu di kampus ku ini.

Alaric, abang kelasku. Terima kasih.

Satu kampus sudah geger dengan berita seorang gadis cantik bernama Lillianne berpacaran dengan putra pemilik kampus yang luar biasa cuek bernama Alaric. Lillianne tentu saja senang bisa berpacaran dengan Alaric, bukan karna kepopuleran pria itu atau pun hartanya. Tapi tulus dari hati Lillianne.

Sudah 3 bulan hubungan mereka berjalan, tetap menjadi berita hot kampus, namun ya tetap begitu saja. Lillianne yang terus mengajak mereka untuk kencan, bahkan membiayainya. Tapi bagi Lillianne tentu saja hal itu tidak dipermasalahkannya.

Hari ini Lillianne pulang terlambat karna mengikuti kegiatan kampus, ia sudah memesan taksi semenjak satu jam yang lalu, namun taksi tersebut tak ada yang datang sama sekali.

Di ujung jalan sana terdapat club yang mewah. Lillianne tentu saja tak berani memasuki tempat para orang berbuat maksiat tersebut. Lillianne pun tak perduli, ia masih setia memandang jalan sambil berharap ada sebuah taksi yang akan lewat di depannya.

Namun, entah kenapa Lillianne merasa ada sesuatu di club yang ada di sebrang jalan itu, dari tadi hatinya tidak tenang seperti ada yang janggal. Dan saat Lillianne hendak menuju club itu, dia merasa hatinya remuk berkeping-keping. Di sebrang jalan sana, dia melihat seorang pria yang begitu dikenalnya sedang bercumbu manis dengan wanita berpakaian ketat berwarna merah maroon. Mereka tidak perduli keadaan sekitar, sang pria yang nampak begitu lapar dan wanita yang liar. Mereka masuk ke dalam mobil dengan bibir yang masih terpagut satu sama lain.

Lillianne merasa hatinya hancur tak tersisa, pria yang merupakan kekasihnya itu ternyata sedang bercumbu dengan wanita lain. Pria yang bahkan tak pernah mau menggandeng tangannya, berjalan di samping nya dan bahkan menatap matanya itu sedang asik bersama wanita lain. Padahal sudah jelas tadi Lillianne menelfonnya sebanyak 3 kali untuk meminta tolong menjemputnya karna hari yang sudah malam.

Lillianne yang bodoh atau Lillianne yang terlalu berharap?

Lillianne memutuskan untuk berjalan kaki saja menuju kos nya, ia menangis sambil menunduk tak perduli jalan yang mulai sepi. Jarak yang begitu jauh tak membuat Lillianne kelelahan karna hatinya yang sudah hancur berkeping-keping.

Unexpected [SHORT STORY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang