Hari ini, Misa pulang duluan karena harus menjemput orang tuanya di bandara dan akan mengikuti ujian susulan nantinya.
Maklum, orang tua Misa sangat jarang pulang ke Indonesia, makanya jika pulang, Misa harus menjemputnya.
Alhasil, Velia sendirian di sekolah. Velia memang sudah cukup terbiasa sendirian jika Misa tidak ada. Karena dari dulu, dirinya menerapkan prinsip lebih baik memiliki satu teman sejati dibandingkan 100 teman palsu.
Velia sekarang sedang membereskan kotak pensilnya dan memasukkannya ke dalam tas. Bel sekolah baru saja berdering beberapa menit yang lalu dan anak-anak yang berada di dalam kelas mulai berjalan keluar dari kelas satu persatu.
Beberapa teman sekelas Velia menegor Velia untuk pamit pulang yang dijawb anggukan dan senyuman oleh Velia.
Setelah selesai membereskan barang-barangnya, Velia berdiri sambil mencangklongkan tasnya ke pundaknya.
Tiba-tiba, mata Velia membulat saat melihat seseorang yang sedang berdiri di luar pintu kelasnya.
"Jodi? Ngapain?" Tanya Velia bingung sambil menghampiri Jodi yang berdiri tepat di depan kelasnya.
Jodi yang sedang menatap ke arah lain langsung menengok ke arah Velia.
"Nungguin lo," jawab Jodi gugup sambil menggaruk lehernya.
Velia tertawa kecil, "Hehe padahal kita bisa ketemu di koridor depan loh. Soalnya kelas gua kan ada di belakang sementara kelas lo di depan, deket arah gerbang," ujar Velia.
Jodi menggeleng kecil, "Gapapa. Soalnya Misa pulang duluan jadi gua.. jemput lo di kelas.. buat.. nemenin lo.. Gapapa 'kan?" Tanya Jodi ragu-ragu.
Velia kembali tertawa, "Ya gak papalah? Emangnya gua bakal marah kalo lo jemput gua di kelas? Enggak dong," jawab Velia sambil mengajak Jodi untuk berjalan ke arah parkiran. Jodi pun mengikuti Velia berjalan beriringan di koridor.
Sebenarnya, Jodi menanyakan hal tersebut agar Velia tidak merasa terganggu atau malu apabila Jodi menjemputnya di kelas Velia.
Yah, kalian tau lah jika Jodi hanya seorang anak miskin yang beruntung untuk bisa bersekolah disini. Sedangkan Velia, anak yang memang lahir dengan segala keberuntungan yang berada mengelilinginya.
Jodi bukannya gak tau kalo sedari tadi, saat mereka sedang berjalan di koridor, banyak desas-desus yang terdengar di telinga Jodi. Tentu saja membicarakan dirinya dan Velia.
"Eh itu si Velia kenapa sering jalan bareng Jodi ya?"
"Jodi? Anak miskin itu?"
"Hahaha jahat banget mulut lo. Emang miskin sih,"
"Gua denger bokapnya kerja di bengkel,"
"Pasti bau oli, bensin tuh badannya,"
"Kok Velia betah ya deket-deket dia?"
Jodi menghela nafasnya pelan. Kata-kata tersebut memang sudah sering dia dengar. Tetapi, entah mengapa sekarang mendengarnya lebih sakit jika mereka menghinanya dengan membawa Velia.
Jodi seperti diingatkan jika dirinya dan Velia memang tidak pantas hanya untuk berjalan beriringan.
"Jodi, nanti mampir ke Indomaret sebentar gapapa?" Tanya Velia tiba-tiba.
Jodi yang sedari tadi bengong langsung menatap Velia gelagapan.
"Ah! I–iya. Gak papa. Nanti kita mampir Indomaret," jawab Jodi gugup.
Mereka lalu kembali berjalan bersama sampai di parkiran. Tentu saja bertemu dengan Yandi dan Mario yang sibuk menggoda mereka berdua.
"Hahaha tuh jok motor sekarang ada yang ngisi ya?" Goda Mario.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
FanfictionWhen the rich girl meets the poor boy. Saat cewek dengan segala kekayaannya jatuh cinta dengan cowok dengan segala kekurangannya. Well, you cant choose the person you will falling in love with.