Minggu siang.
Jodi baru saja keluar dari kamar mandi saat mendengar ada telfon dari Yandi.
"Hallo? Kenapa Yan?"
"Lo jadi ikut 'kan? Mario udah di rumah gua nih,"
"Jadi. Ini gua baru kelar mandi,"
"Oke. Cepet,"
"Ya,"
Jodi mematikan telfonnya dan memakai bajunya.
Hari ini, dia memang berjanji untuk ke rumah Yandi bersama Mario. Mau nongkrong katanya.
Selesai memakai baju, Jodi merenggangkan tubuhnya sebentar.
Ah... indahnya minggu siang. Ujian sudah selesai dan classmeeting akan dimulai besok senin.
Jodi sebenarnya sudah bangun dari tadi pagi dan langsung membantu Ayahnya di bengkel. Baru sekitar jam setengah 12 siang, Jodi pamit kepada Ayahnya untuk main bersama Yandi dan Mario. Karena sehabis membantu Ayahnya di bengkel, alhasil Jodi mandi lagi.
Saat akan keluar kamar, mata Jodi menangkap tas sekolahnya yang tergeletak di ujung kasur.
Jodi langsung teringat tentang uang bayaran dari Velia yang dia peroleh kemarin.
Jodi lalu mengambil uang tersebut dari tas dan membawanya ikut keluar.
"Jodi mau pergi? Makan dulu, nak," ajak Ibunya saat melihat Jodi keluar dari kamar.
Jodi menggeleng, "Nanti kayaknya mau makan sama Yandi dan Mario, Bu. Oh iya, kemarin Jodi sempet jadi tutor untuk temen Jodi dan kemarin Jodi dapet bayarannya," jelas Jodi kepada Ibunya.
Jodi lalu mengeluarkan uang senilai Rp. 1.000.000., dan menyerahkannya kepada Ibunya.
Sementara sang Ibu menatapnya kaget.
"Hah? Kamu jadi tutor? Kok gak cerita sama Ibu? Terus? Ini beneran bayaran kamu jadi tutor? Kok banyak banget?" Ibu langsug menyerbu Jodi dengan berbagai pertanyaan.
Jelas saja Ibunya bingung. Hanya menjadi tutor tapi bayarannya lumayan banyak.
"Iya, aku jadi tutor temen aku, namanya Velia. Aku jadi tutor dia selama seminggu penuh waktu ujian. Memang dari awal dia bilang mau bayar aku, Bu. Tapi, aku juga gak tau kalo bayarannya sebesar ini. Aku dibayar sama dia totalnya Rp. 2.000.000., dan setengahnya aku kasih buat Ibu sama Ayah," jelas Jodi panjang lebar.
Namun, Ibu malah menyerahkan uangnya kembali kepada Jodi, "Kamu simpen aja. Kamu tabung,"
Jodi menggeleng, "Jodi udah punya tabungan dan setengahnya lagi juga mau Jodi tabung. Jadi, ini buat Ayah sama Ibu aja. Walaupun memang gak seberapa, tapi siapa tau bisa meringankan untuk bayar listrik dan uang belanja Ibu,"
Tanpa mengatakan apapun, Ibu langsung memeluk Jodi sambil mencium pipi anaknya itu. Seperti merasa sangat bersyukur karena memiliki putra yang sangat pengertian.
Tanpa mengucapkan kata terima kasih, Ibu dan Jodi sudah saling tau lewat tatapan mata mereka. Setelah saling bertatap selama beberapa detik, mereka tersenyum bersama.
Mungkin, mereka memang kekurangan harta. Tapi, hanya itu kurang bagi mereka. Karena nyatanya, Jodi beserta Ayah dan Ibu tidak pernah merasa kekurangan dalam hal kasih sayang, pengertian dan juga perhatian. Beberapa hal yang memang mereka syukuri sedari dulu.
Ibu lalu melepas pelukannya dan mengusap kepala Jodi dengan sayang, "Jangan pulang kemaleman yah," pesan Ibu.
"Jodi pulang sore kok. Kan katanya Ibu mau minta temenin beli tanaman?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
FanfictionWhen the rich girl meets the poor boy. Saat cewek dengan segala kekayaannya jatuh cinta dengan cowok dengan segala kekurangannya. Well, you cant choose the person you will falling in love with.