Part 7

11 1 0
                                    

Kino memarkirkan mobilnya di depan rumah Yeeun. Hari ini dia berjanji berangkat bersama Yeeun ke kampus, karena mereka memiliki jadwal kelas yang sama.

Sebenarnya dia sangat jarang datang ke lingkungan rumah Yeeun sejak ibunya menikah lagi. Ya dulu dia tinggal di sini. Hanya berjarak satu rumah dari rumah Yeeun. Dan menariknya lagi, rumah yang memisahkan rumahnya dan Yeeun adalah rumah Shinwon.

Kino menatap rumah bercat violet yang mulai ditumbuhi rumput liar di halamannya. Rumah itu terlalu banyak kenangan hingga Kino selalu menghindari kembali ke sini.

"Kino Kino! Kok gak masuk sih lo?" lamunannya buyar saat Yeeun meneriakinya dari balkon kamarnya. Kebiasaan perempuan itu sejak dulu.

"Baru juga dateng gue. Udah siap belum lo?"

"Belum! Masih nyatok rambut. Masuk aja sini!" Yeeun menunjukkan catokan yang dia pegang pada Kino.

Dia pun hanya tersenyum masam dan berjalan masuk ke rumah Yeeun. Rumah itu nampak sepi, karena hanya ada Yeeun dan seorang asisten rumah tangga. Ayah dan ibu Yeeun pasti sudah pergi bekerja, mengingat sekarang sudah jam 10 lebih.

"Gue kira lo ke rumah Kak Shinwon dulu, makanya gak masuk masuk," ucap Yeeun saat Kino sampai di kamarnya.

"Engga, mobilnya udah gak ada, kayaknya udah ke kampus deh." Yeeun hanya mengangguk sambil terus fokus pada rambutnya.

"Gue lagi liatin rumah gue. Udah mulai kayak rumah hantu tuh, gak keurus."

Yeeun menghentikan kegiatannya dan menatap Kino. Dia paham betul bagaimana perasaan Kino tentang rumahnya tersebut.

"Tante gak mau jual rumah itu?"

"Mau sih. Tapi gue yang gak boleh. Dan gue juga belum siap masuk lagi ke sana," Kino mengedikkan bahunya.

"Kalo lo mau beres beres kabarin aja. Gue sama anak anak bakal bantuin. Jangan sendirian ntar yang ada lo mewek disana bukan bersih bersih."

Kino tersenyum. Dia tahu Yeeun sebenarnya khawatir dengannya.

"Pastilah. Lo bertiga kan tenaga kuli."

"Sialan lo!"

-------

Kino sibuk memainkan ponsel saat tiba-tiba sekotak susu menempel pipinya. Ia berseru kaget dan bersiap memaki oknum yang melakukan hal itu. Namun makiannya tertahan saat melihat Hongseok yang berdiri dengan senyum cerah. Bukannya marah, hati Kino malah berdebar.

"Buat lo. Semangat kuliahnya hari ini."

"Hah dalam rangka apa nih kak?" tanya Kino bingung, tapi masih tetap mengambil susu itu.

"Dalam rangka pdkt dong. Gue mau caper tiap hari sama lo."

Kino melongo kaget. Bagaimana mungkin pria di hadapannya itu bisa mengatakan hal tersebut dengan terang terangan. Walaupun Kino tidak pernah berpacaran, tapi dia seringkali memiliki gebetan. Dan baru kali ini dia menemukan yang agresif dan tidak tahu malu seperti Hongseok.

"Gak usah liatin gitu Kin, salting nih ntar gue."

"Harusnya gue yang salting kali. Masih pagi udah salting," ucap Kino pelan namun masih dapat didengar oleh Hongseok.

Pria bermata sipit itu tertawa dan mengacak rambut Kino pelan.

"Jangan lupa diminum ya susunya. Gue masuk kelas dulu. Bye Kino!"

Sepeninggal Hongseok, Kino hanya menatap susu cokelat yang ada di genggamannya itu. Dia tersenyum. Hongseok selalu punya cara untuk membuatnya jatuh hati. Kino akui itu.

Writing Our Stories (HONGKIN) Where stories live. Discover now