2. Siapa Namamu ?

120 24 10
                                    

Happy Reading⛆⛆⛆










"Kita kehilangan semuanya" ujar Umji dia sedang mengemas barangnya kedalam sebuah kardus dengan kesal.

"Lihatlah" sebuah amplop coklat dilempar oleh Sowon kehadapan Umji.

"Apa lagi ? Tagihan ?" Ucap Umji dan menghelah nafasnya.

"Aku menemukannya beberapa hari lalu"

Umji membukanya dan sebuah surat hak milik tertera dengan baik, beserta surat-surat lain.

"Sebuah rumah ? Atas nama Appa ?" Bingung Umji setelah membukanya.

Flashback on.

"Kapan kau ingin melunasinya ?" Tanya Tuan Shim yang datang ketoserba disaat giliran jaga Sowon.

"Bisakah kau beri aku waktu ? Tuan, kumohon" mohon Sowon dia bahkan berlutut saat ini dan menyatukan tangannya namun Tuan Shim segera menampar pipinya sampai Sowon bersungkar dilantai.

Mata Sowon sangat marah, dia bisa saja langsung menyerang balik namun seketika Tuan Shim menarik rambutnya sampai wajahnya mendongak keatas dengan mimik kesakitan.

"Sebaiknya kau mulai mengemasi barangmu, aku akan datang lagi lusa" dinginnya dan melepaskan Sowon keluar dari toserba itu langsung masuk mobil yang sudah menunggunya dengan beberapa orang lain yang menunggunya dengan pakaian serba hitam.

Sowon menutup toserbanya disaat masih jam 8 malam, sebenarnya ini jam-jam ramai pengunjung namun dia tak bisa hanya diam dan membiarkan Tuan Shim merebut toserba juga rumahnya.

Klik.
Sebuah lampu dinyalakan setelah Sowon berlari masuk kesebuah ruangan dirumah kecilnya yang tepat berada dibelakang toserba, ini lahan milik ayahnya dan hanya ini yang mereka punya sekarang.

Matanya mengebu-ngebu dia mengambil sebuah pistol dan terus mencari hal lain membuka semua laci juga lemari-lemari berdebu.

"Dimana barang itu ?" Cari Sowon kesemua sudut ruangan kecil itu, dulu itu adalah ruang kerja ayahnya dan kini hanya menjadi semacam gudang.

"Aku yakin Umji menyembunyikannya disini, dia tidak akan bisa membuang dan membawanya keluar rumah ini" yakin Sowon dia mencoba menarik satu laci disebuah meja bekas yang berkarat namun tak bisa membukanya.

"Dikunci ?" Pikir Sowon, dia memikirkan semua cara untuk membukanya dan sebuah foto berbingkai menarik perhatiannya.

Foto yang diambil saat dia dan Umji masih berumur diawal belasan tahun, senyuman dari kedua gadis cantik dengan perbedaan warna rambut yang mencolok.

Sowon menghelah nafasnya berat, dia berduduk bersandar pada meja itu sambil memandang foto ditangannya, dia melepas pistolnya dan menutup matanya sambil mengenadahkan wajahnya keatas dan tertawa, ini lucu bagaimana bisa dia berpikir untuk membunuh seseorang dengan pistolnya sedangkan dia punya adik yang harus dia lindungi.

"Umji-ya mianhae karena melakukan ini" air matanya sedikit mencuat dan dia benar-benar tak bisa menahannya sambil memandang senyuman Umji difoto itu.

Namun sesuatu terasa aneh, alas bingkai kaca itu terlihat tak selaras dan Sowon menemukan sebuah kunci setelah membaliknya.

"Ini ?" Kaget Sowon dia segera ingat dengan laci yang ingin dia buka dan segera menghapus air matanya dan bergerak untuk mencoba membukanya jika saja itu kunci yang benar.

"Terbuka" repleks Sowon dan dia menemukan sebuah amplop coklat tebal didalamnya.

"Apa ini ?" Penasarannya dan membuka amplop itu.

-Red Umbrella-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang