#10

2 1 0
                                    

Judul

"Ilusi"

.
.
.
.

Sani berjalan dengan langkah yang berat, bahkan wajahnya terlihat sangat murung.

Luka-luka yang dimilikinya sudah sembuh, dirinya memulai ekspedisi mencari kawan.

"ahaha!"

Sani terkejut, barusan dia mendengar suara tawa anak anak.

"hah?? masih siang loh!" batin Sani dengan menggenggam pisau kecilnya.

"hei!..bukankah itu berbahaya?"

Sani menoleh, dia melihat sosok perempuan seumuran dengannya.

"e-eh?"

Anak perempuan itu mengajak Sani untuk makan siang dirumahnya, Sani langsung menerimanya.

-•-

"hei..apakah kau tidak kerepotan? mau aku bantu?" tanya Sani, anak perempuan itu hanya tersenyum tipis.

"tidak perlu." jawabnya tegas, Sani sontak terdiam.

"saat kau mendengar lonceng kecil, kau harus pergi ruang tengah."

"memangnya kenap-"

"itu pertanda kalau makanan sudah siap."

anak itu langsung pergi, Sani hanya bisa menunggu tanpa protes.

-•-

ring..ring...

tanpa basa basi, Sani langsung pergi ke ruang tengah. Dia tidak sabar untuk mendapatkan makanan.

"permisi"

Sani membuka pintu perlahan, nampak banyak balon ditempat itu.

Ruang tengah dengan meja besar ditengahnya, lalu dengan balon berwarna hitam putih dipinggirnya.

Hanya ada satu buah piring ditengah meja itu, dan yang mengejutkannya.

Bukan sebuah makanan yang dihidangkan, melainkan sebuah Jantung dengan hiasan darah seperti sebuah saus diatasnya.

Sani kaget dan merinding, rasa lapar pun hilang dalam seketika, rasa lapar yang menyiksa itu tergantikan dengan rasa mual.

"hei..maukah kau menjadikan jantung indahmu itu dijadikan santapan untuk tamu selanjutnya?"

Anak itu tersenyum.

Sani spontan menghantam pintu, lalu pergi meninggalkannya di ruangan itu.

BAAMM

"hufh, hufh.."

Sani merebahkan dirinya diatas rumput yang segar, Dirinya langsung tertidur seolah tidak ada yang terjadi.

-•-

hei...

heii...

Sani perlahan membuka matanya, dia melihat kalau dirinya sedang dikerumuni oleh orang-orang.

"akhirnya kau bangun juga!"

tanpa aba-aba, tampang mereka berubah seperti Anak perempuan tadi dan menanyakan hal yang sama.

"mau kah kau menjadikan jantung indahmu itu dijadikan santapan untuk tamu selanjutnya?"

Sani langsung berlari tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"apa apaan itu?! aku melihat mereka ada tiga?!" batin Sani.

BUGH.

Sani menabrak sosok berambut pendek dengan kacamata.

"eh? WAHHH?!" Sani terlanjur senang, akhirnya dia menemukan seseorang yang ia kenal.

"KYOOO!!!" Sani langsung memeluk Kyo, Kyo hanya tersenyum tipis.

"lu darimana aja??!!" Sani menggoyang-goyangkan tubuh Kyo.

"seharusnya saya yang bertanya hal itu." jawab Kyo.

Sani terkejut, mana mungkin Kyo mengatakan hal menggunakan bahasa yang baku. Sayangnya, Sani mengabaikan hal itu.

"ayo kita makan dulu"

"okee!"

-?

"apa ini?"

"daging ayam"

Sani menatap jijik ke arah daging itu, itu bahkan tidak terlihat seperti potongan daging hewan.

"dan juga, ini air apa?" tanya Sani sambil melihat air berwarna merah segar.

"ah! itu hanyalah sebuah air biasa" Kyo terkekeh.

"em..baiklah" Sani sudah percaya sepenuhnya pada Kyo.

Sani meminum air itu, dan memuntahkan nya lagi.

"APA INI?! BAHKAN RASANYA PUN ANEH!" Sani menjatuhkan gelasnya.

Kyo terkekeh, dia menatap sinis ke arah Sani.

"itu adalah darah yang masih segar loh, kau baru saja memuntahkannya?"

"HAH?!"

"hei..maukah kau menjadikan jantung indahmu itu dijadikan santapan untuk tamu selanjutnya?"

Sani langsung berlari lagi, padahal kakinya sudah sangat lemas.

BRUUKK

saking lelahnya, Sani bahkan tidak melihat orang yang lewat.

"aduh..eh?"

"ZAHRAA?!" Sani kembali senang, tapi kali ini dia sudah sangat waspada.

"wahh! kak Sani!" Zahra pun ikut senang.

"ini beneran Zahra kan?? bosen ajg ditipu mulu!"

"mhm!"

"WAHHHH, ZAHRAAA!!" Sani memeluk Zahra.

-?

Sani dan Zahra terus berbicara tanpa ada rasanya canggung.

Tiba-tiba, ada suara aneh.

"haah..maaf ya" Zahra menundukkan kepalanya.

"hah?" Sani kebingungan, dia memiringkan sedikit kepalanya.

"selamat tinggal" Zahra tersenyum tipis, lalu mendorong Sani.

"ah—"

"ternyata begitu.."

.
.
.

anjay selesai

-zahra

"Liburan Terkutuk"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang