"Tambahkan sendiri quote nya, lagi kosong nih"
"Eh kalitan ngapain?" tanya seseorang dari arah pintu.
"Mama!" kaget Lian.
Jia juga langsung melepaskan pelukannya, aduh makin jelek namanya di mata Mama Lian kalau gini.
"Kamu ngapain meluk anak saya?" selidik Wanita itu.
"I–ini a–anu, Nyonya." Jia bingung harus menjelaskan apa.
"Jia lagi ngucapin makasih, Mah," jawab Lian.
"Oh, Lian sini nggak usah dekat-dekat sama gadis itu."
Lian menurut saja pada mamanya, sedangkan Jia tersenyum kecil saat mengingat ia yang memeluk Lian. Tak bisa ia pungkiri bahwa hatinya bahagia.
"Gue suka benaran nih sama tuh cowok, arghh!" teriak Jia frustasi sekaligus merasa geli sendiri.
***
Malam ini terasa lebih dingin dari malam-malam biasa, Jia membuka jendela kamarnya dan duduk menghadap taman dekat kamarnya.
'kreak'
Terdengar suara ranting yang patah, apakah ada orang di sana.
"Kok gue kayak dengar sesuatu ya," ucap Jia.
Ia melihat ke seluruh bagian dari taman ini, tetapi tidak menemukan siapa-siapa. Sampai akhirnya.
'DOR'
Lian mengejutkannya dari arah bangku taman, Jia tidak terkejut. Jia hanya mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali.
"Kok lo nggak terkejut sih?" tanya Lian kesal.
"Lo lupa kalau ini udah sekian kalinya Lo nongol tiba-tiba, gue udah biasa kali," ujar Jia sombong.
"Iya tuan putri mah selalu benar." Lian ikut duduk dekat jendela Jia.
Jia berusaha menyembunyikan kegugupannya, ia berusaha untuk tidak menatap wajah itu. Wajah yang ia temui beberapa Minggu yang lalu.
"Ini bayaran Lo." Lian memberikan amplop coklat.
"Bayaran apa?"
"Jadi pacar gue," jawab Lian.
Jia hanya menganggukkan kepalanya, jadi sudah satu bulan ia menjadi pacar Lian.
KAMU SEDANG MEMBACA
TULUS (On Going)
Teen Fiction[Follow dulu sebelum baca] Mengisahkan tentang seorang remaja laki-laki yang menjadi incaran di sekolah, memiliki wajah yang tampan membuat ia diidolakan banyak wanita. Namun, kebiasaannya suka gonta-ganti pacar membuatnya lebih dikenal sebagai pla...