2.Murid-murid baru

135 24 3
                                    

Happy reading all 🧡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading all 🧡

Hari ini sekolah Antariksa ramai karena kepindahan empat cogan di sekolah mereka. Seketika siswi-siswi di sekolah itu merasa hidup kembali.

Jia saat ini sedang bersama Danu, Sahabatnya. Ia sama sekali tidak mengetahui kepindahan Lian, ia pikir ia hanya ditipu saja saat itu. Dan urusan mereka kelar sampai di situ, jangan harap! Jia pasti akan menagih ganti rugi karena ia sudah dipecat dari pekerjaannya karena cowok itu.

"Nu, katanya ada murid baru ya?" tanya Jia.

"Hmm,"

"Ihh, kok lo ngeselin sih," Jia tak terima Danu bersikap dingin padanya.

Sedangkan Danu tersenyum kecil saat ia merasa berhasil membuat gadis itu kesal. Ia memang sudah lama bersahabat dengan Jia, tanpa melibatkan perasaan mungkin.

Brilian dan teman-temannya saat ini sedang berada di ruangan kepala sekolah. Setelah selesai mereka langsung pergi menuju kantin. Tatapan Lian jatuh pada seorang gadis yang sedang duduk bersama cowok. Apa-apaan ini, masa ia diselingkuhi. Dengan cepat Brilian berjalan menuju meja itu. Jangan lupakan siswi-siswi yang sedang menatapnya.

"Hah!" Bakso yang tadinya ingin Jia makan dan akan masuk ke mulutnya langsung jatuh saat melihat pria yang duduk di sampingnya. Tak lupa juga teman-temannya yang mengekor di belakang.

"Hai... pacar," ucap Lian sembari tersenyum sinis.

"Lo kok bisa di sini!" Jia langsung berdiri dari duduknya.

"Gue mau nyamperin pacar gue," jawab Lian dengan lantang.

"Ji, lo udah punya pacar?" tanya Danu. Pasalnya selama ia mengenal Jia ia tidak pernah tahu kalau Jia sudah memiliki pacar.

"Baru Lima hari," jawab Jia santai dan kembali memakan baksonya.

Lian yang merasa diabaikan oleh Jia langsung memberi kode pada teman-temannya agar menjauhkan pengganggu.

"Eh bro, lo ajak kita keliling-keliling dulu," ujar Jery sembari menarik Danu dan diikuti oleh dua temannya.

Sekarang hanya tinggal Jia dan Lian saja, Jia rasanya sangat ingin membuat wajah cowok disampingnya ini babak belur. Tetapi ia masih ingat betul kejadian dimana ia memukul-mukul cowok itu, tetapi malah tangannya yang nyeri.

"Gue mau nagih janji Lo, mana duitnya?" ujar Jia sembari menatap tajam pada Lian.

"Belum juga satu bulan, kan perjanjiannya satu bulan," jawab Lian yang langsung membuat Jia kesal, kenapa ia baru ingat perjanjian itu untuk satu bulan.

"Terus lo ngapain pindah segala, bikin gue kesel aja." Jia menyilangkan kedua tangannya.

"Gue mau mengawasi Lo, siapa tahu lo selingkuh di sini," jawaban Lian membuat Jia kebingungan. Bukannya harusnya baik ya kalau Jia selingkuh dan Lian tak perlu membayarnya karena gagal menjadi pacar selama sebulan.

"Bodoh amat lah, gue pusing." Dengan cepat Jia meninggalkan Lian yang masih duduk santai di meja itu. Jangan tanya kenapa Lian masih duduk, ya tebar pesona lah.

Waktu istirahat telah selesai Setu jam yang lalu, tetapi Lian dan teman-temannya masih saja bercanda-canda di roftoff sekolah. Mereka sudah memutuskan basecamp mereka sekarang adalah roftoff.

"Kayaknya gue harus mutusin semua pacar gue," ujar Lian tiba-tiba yang langsung membuat rokok di tangannya Bima jatuh mengenaskan.

"Demi apa Lo!" seru Jery.

"Kayaknya gue harus ngurangin pacar gue, soalnya di sekolah ini banyak juga yang cantik-cantik. Gue bosen sama yang di sekolah lama." Bima hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, ia pikir Lian akan tobat. Ternyata hanya cuci gudang.

"Gue pikir karena Lo cinta beneran sama pacar baru Lo," kali ini Dimas yang angkat bicara.

"Ya kali," ujar Lian kemudian tertawa.

Setelah mengantarkan buku ke ruangan buk Leni Jia langsung bergegas untuk pulang. Saat ia akan melewati gerbang, ia tak sengaja melihat kerumunan siswi-siswi di sana. Ada apa ini?

Jia benar-benar bingung dengan apa yang dilihatnya, jadi siswi-siswi ini hanya memperhatikan keempat cowok yang sedang bersandar di mobil masing-masing itu. Astaga gaya mereka benar-benar membuat Jia jengah. Apalagi Brilian, cowok itu menyandang sebelah tasnya dan bersender di pintu mobil.

Dengan cepat Jia menerobos kerumunan itu dan berusaha lewat agar ia bisa cepat pulang. Saat ia akan berhasil melewati kerumunan itu, tiba-tiba saja tubuhnya ditarik seseorang. Brilian.

"Apa-apaan sih Lo hah!" bentak Jia.

"Lo pulang bareng gue," ujar Lian datar.

"NGGAK!" tolak Jia cepat.

"Lo pilih naik mobil gue apa angkot?" Pertanyaan Lian langsung membuat Jia sadar, benar juga. Kenapa ia harus panas-panasan jika ada yang adem.

"Oke." Jia langsung masuk ke mobil tanpa menunggu jawaban Lian.

Melihat Jia yang masuk ke mobil itu sontak membuat semua siswi-siswi itu berteriak histeris. Bagaimana bisa mereka kalah saingan dengan cewek nggak jelas kayak Jia.

Diperjalanan Jia hanya menatap ke samping kaca mobil, ia sama sekali tak berminat menatap cowok disampingnya ini. Sedangkan Lian diam-diam menatap gadis yang duduk dengan anteng itu.

"Berapa nomor telepon Lo," ujar Lian sembari mengeluarkan smartphonenya.

"Ngapain lo nanya nomor gue," selidik Jia.

"Biar gue bisa kasih tahu lo kalau gue udah transfer uangnya nanti."

"Oh," Jia langsung mengambil smartphone itu dan mengetikkan nomor teleponnya.

Brilian langsung tersenyum saat ia berhasil mendapatkan nomor gadis itu, ia akan membuat gadis itu jatuh cinta padanya. Ia benar-benar kesal saat Jia mengabaikannya, seakan-akan pesonanya sudah luntur padahal masih banyak cewek yang terpikat olehnya. Lihat saja apa yang bisa dilakukan seorang Brilian Gemart.

"Stop di sana." Jia menunjuk ke arah rumah mewah yang ada di sana.

"Lo orang kaya?" tanya Lian spontan.

"Nggak, gue hanya pembantu di sana. Gue 'kan udah bilang sama Lo kalau gue bekerja part time."

"Oh, yaudah sana turun. Kotor nih mobil gue," ucap Lian sembari menampilkan wajah jijiknya.

"Eh lo kok kurang ajar ya, udah maksa gue naik tadi sekarang bilang gue harus cepat turun lah, kotor lah, aneh banget lu." Jia langsung turun dan membanting pintu mobil itu.

"Nggak salah nih gue pacaran sama pembantu?" tanya Lian pada dirinya sendiri. Selama ini ia memiliki pacar yang kaya hampir sama dengan dirinya walaupun banyak juga yang hanya kaya di luar tapi miskin di dalam.

Brilian menatap punggung gadis yang sudah menghilang di pagar besar itu, ia 'pun menyalakan mobilnya dan akan melaju sebelum ia melihat sosok gadis cantik yang juga masuk ke dalam rumah itu. Gadis itu benar-benar sempurna di mata Lian.

Tubuh yang ramping dan kulit putihnya membuat Lian enggan untuk mengalihkan pandangannya. Ia berfikir mungkin itu adalah anak dari majikan tempat Jia berkerja. Tak lama ia tersenyum miring.

"Gue harus dapatin dia," ujar Lian dan langsung melajukan mobilnya.

Jangan lupa vote dan komen 🧡
Follow me on Instagram:
@re_lestari8

TULUS (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang