Aku dalam Perangkap Waktu

61 2 0
                                    

Dalam kronik perjalanan ku, yang mungkin masih begitu singkat namun cukup memiliki kisah yang rumit. Aku kehilangan diri ku. Ia terbang bersama lembaran kelopak bunga Geranium. Belum sempat sampai pada titik awal, aku sudah mulai goyah terbawa arah angin yang tak menentu. Berulang kali aku melawan, tetapi berulang kali pula aku melenyapkan diri untuk berlalu begitu saja.

Aku terjerat di antara diriku dan dimensi waktu.

Tak tahu seolah mana yang benar dan nyata di samping menggerutu.

Kala sukma meminta ku untuk percaya, namun hati kian sulit untuk dirayu.

Sejujurnya aku lelah ketika segalanya dituntut untuk segera berlalu.

Mengecap diri sebagai yang tangguh, namun yang rapuh lah datang bersama sendu.


Aku menikai ketika aku tidak membutuhkan sebuah obat.

Untuk melepas beban jua penat.

Aku tidak membutuhkan obat penenang hanya untuk sesaat.

Sembuh dari seluruh luka lah yang ingin ku dapat.

Memang terkadang galat yang dirasa, namun terkadang yang dirasa adalah tepat.


Angin senja saat itu sedang usil membelai rambut ku, kala aku tunak berkelana menyusuri waktu berselimut cemas dan nestapa.

Tetapi saat esok tiba, mentari pagi selalu menyapa ku, seakan berseru bahwa hari ini akan baik-baik saja.

Aku tersenyum lega teringat sang mentari pagi, dan termenung jika teringat sang angin senja.

Lalu tercipta sebuah aksara saat ideologi mulai berkobar, diikuti hati yang turut membara mengarungi waktu yang tidak tahu kapan saatnya tiba.


Sekali lagi ku tekankan padamu!

Aku terjerat di antara diriku dan dimensi waktu.

Seakan berserah mengikuti segala arah angin yang tak menentu.

Tidak tahu apa yang harus ku lakukan untuk terbebas dari segala belenggu.

Namun ku yakini, suatu saat nanti, aku akan mendapati sebuah jawaban. Entah yang berasal dari diriku atau dimensi waktu itu sendiri.

Dan untuk setiap saat yang kulalui, akan selalu kutunggu, tangan hangat dirimu...

Kelesah Sebuah PerjalananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang