Kelesah Sebuah Perjalanan

Merindu dalam Diam

Tanpa didahului permisi, kau datang serta lantas merangkul ku

Mengajak ku melihat kelap-kelip lampu kota dari atas bukit bertebing batu

Dengan baju hangat tebal, kau tak lantas membuka baju hangatmu dan memberikannya padaku

Kau lebih memilih menarikku untuk berdekam dalam baju hangat bersama pelukanmu

dan menikmati waktu indah seirama dengan angin malam berdesir sendu

Ingatan itu terngiang jelas, kala kedua mata teduhmu itu menatap ku dalam sunyi

Seolah memberi isyarat bahwa kau akan pulang, pulang untuk kembali

Bertukar kisah tentang linimasa teramat panjang yang kita lalui sepanjang tapak sepi

Yang mencipta diri kita menjadi seorang pengelana dunia berisikan keji

Kau berbisik padaku,

           "Kau tenang saja, aku tidak akan pergi, aku akan kembali, aku akan bersamamu"

Di bawah bintang yang melintas,

kedua lenganmu merengkuh pipi ku, kemudian mengecup bibir ku begitu lembut meski sekilas

Seraya membuatku terjaga dari lelap malam ku yang kau buat pulas

Sebuah badai menghujam musim semi,

air mataku jatuh seiring hati yang hancur berurai

Aku kembali menutup mata rapat-rapat, menarik kembali selimut sebab enggan untuk terbangun dari mimpi

Kala mendengar kata-kata dari tutur halus mu itu, kian menyadarkanku bahwa kau hanya wujud dari bunga tidurku malam ini

Ada sedikit rasa eksentrik yang tertanam di hati, saat meneroka mimpi semalam. Merasa kehadiranmu begitu nyata di samping semua keadaan yang memang sudah seharusnya. Aku masih menangis merindu kehadiranmu yang kian jauh. Merindu yang kini hanya dapat aku utarakan melalui harap dan doa. Yang tertawan berjuta ihwal yang membuatku sesak atas ketidakhadiranmu.

Wahai Semesta, boleh kah aku mempertanyakan perihal delusi ku semalam?

Sebuah isyarat kah?

Atau hanya selintas delusi terindah yang Kau beri untukku?

Namun memang jika kau sempat membaca tulisan ku ini, izinkan aku untuk menorehkan rindu ku untuk mu di sini.