Chapter 50

121 11 3
                                    

Jovanka gemetar, padahal ini bukan pertama kalinya. Jerome sedang berbalik badan membelakanginya setelah sesaat lalu pria itu membantu membasuh wajah, kaki dan tangannya. Bahkan dengan mata terpejam Jerome juga membantu melucuti pakaian rumah sakitnya. Jovanka nyaris telanjang, jika saja dirinya tidak buru-buru menutup tubuhnya dengan selembar handuk.

"Vanka, apa kamu kesulitan?"

"T-tidak!" Jovanka tergagap dan menyahut kelewat keras. Ia bergerak seperti siput saat mencoba memakai satu persatu pakaian bersih yang Jerome sediakan disampingnya. Dan bernapas lega saat kancing bajunya selesai ia kaitkan.

"Bapak..."

Jerome menoleh tanpa dipanggil dua kali. Pria itu melihat semburat merah dikedua pipi Jovanka dan itu sangat manis. Jerome lekas mendekat, mengusap sebentar pipi kemerahan tersebut dengan pelan. "Manis. Saya senang pipi ini tidak lagi hanya berwarna pucat." Ucapnya serius.

"Maaf."

"Kamu mengucapkannya berulangkali pagi ini, semalam juga."

"Kalau begitu terimakasih."

"Hm." Jerome menyelipkan tangannya kebawah lutut dan mengangkat Jovanka, Jerome tidak bisa tidak berdecak saat merasakan tubuh Jovanka sangatlah ringan dalam gendongannya.

"Saya serius, terimakasih karena Bapak tidak pergi. " Jovanka mendongak, wajah tampan Jerome seperti bertambah kali lipat dengan jambang tipis yang mulai tumbuh disekitar dagu. Jari-jarinya tanpa diperintah mengelusnya, Jovanka gatal ingin mencukurnya sampai bersih. Tingkahnya tersebut tak ia sadari bahwa telah membuat si macan menggeram rendah.

"Jangan mengelusnya Jovanka, itu membuat otakku kotor."

Jovanka menarik jarinya cepat, ia menunduk sedih karena mengira Jerome tidak suka kelancangannya. "M-maaf," cicitnya pelan.

Dengan hati hati Jerome mendudukan Jovanka diatas ranjang, punggung gadis itu bersandar pada tumpukan bantal dibelakangnya. Melihat raut gadisnya yang berubah, Jerome segera mengambil tangan Jovanka yang terpilin diatas pangkuan. Lalu mengecup jari-jari tersebut satu persatu hingga meninggalkan kecupan sesudahnya.

"Aku menyukainya.
Tapi lakukan itu saat kita sudah menikah nanti, kamu tau betul kebiasaanku dan tak punya hati bila aku menyerangmu sekarang."

"Aku?" Pipi Jovanka semakin memerah, sedikit mengutuk tingkahnya yang lupa bahwa sebuas apa Jerome jika diberi celah.

"Kenapa? Tidak mungkin kita menggunakan kata 'saya' setelah menikah bukan?"

"Me-menikah?" Jovanka semakin syok, tapi ia tak ingin munafik bahwa hatinya membuncah kesenangan saat mendengarnya.

"Ya, menikah. Melihat kamu sepanjang hidupku, menjadikanmu milikku seutuhnya. Ooh membayangkannya saja sudah membuatku seperti menggenggam dunia, aku tak sabar."

"Kenapa dengan wajah sedih itu?"

Bagaimana Jovanka tidak sedih jika yang mengajaknya menikah hampir sesempurna Jerome. Seorang billionare muda, masuk kedalam list pebisnis terkaya di Asia, dan terlebih Jerome juga sangat tampan dan mempesona. Mau mendapatkan artis tercantik di dunia saja Jerome pasti bisa. Dan ooh jangan lupakan bagaimana cantiknya Casandra dan Almira, jika dibandingkan dengan Jovanka tentu saja Jovanka kalah jauh. Dan semakin tak pantas saja Jovanka berada disisi Jerome dengan keadaannya yang tak berdaya sekarang. Hampir menyedihkan jika boleh mengatakannya.

Jerome yang menyadari gadisnya pasti merasa insecure dengan dirinya sendiri menangkup wajah Jovanka, jari jarinya masuk kehelaian rambut Jovanka, dengan begitu ia tanpa perlu meminta izin mengecup ngecup gemas hidung, kedua pipinya, hingga berakhir di dua belah bibir pucat milik gadis itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bastrad From Germany 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang