Chapter 35

50 13 28
                                    

***

Sumbu kemarahan Jerome telah menyentuh titik batas. Telinganya sudah tertutup, hingga ia tak lagi mendengar teriakan demi teriakan yang menyuruhnya berhenti.

Jerome telah berjanji akan membuat cacat pria dibawahnya, dan ia membuktikan itu. Hanya saja pihak keamanan di klub ini datang meringkusnya, menarik Jerome agar berhenti menghajar Tristan yang sudah tergolek lemah.

Tidak ada rasa menyesal yang diperlihatkan oleh Jerome, malam ini kemarahannya terhadap Tristan yang telah berlaku kasar pada Jovanka hanyalah bentuk alasan lainnya untuk menjadikan pria itu sebagai pelampiasan emosi yang sudah terkumpul dalam dua bulan. Tristan merupakan orang yang tepat untuk Jerome menumpahkan seluruh kekesalannya.

Jerome membiarkan orang orang datang mengerubuni dan menelepon polisi maupun ambulance. Pun Sasha yang terlihat sekali sangat terguncang hingga menangis sambil meletakkan kepala Tristan diatas pangkuan.

Ia menghampiri Jovanka, yang terdiam menatap kosong sahabatnya. Dan saat dengan punggung tangannya yang berlumur darah ia menyentuh bawah dagunya, Jerome berhasil menarik atensinya untuk menoleh. "Dia akan baik-baik saja." Mungkin itu yang ingin Jovanka dengar, dan Jerome mengucapkannya agar gadis itu tidak perlu merasa bersalah.

Dulu Nathan mendapatkan perlakuan yang sama, dan sekarang Tristan. Jovanka sangat sangat ketakutan, kenapa semua pria yang berurusan dengannya harus berakhir seperti ini? Apalagi begitu ia mengetahui Jerome yang melukai mereka.

"D-dia tidak akan matikan 'kan?"
Suara Jovanka tercekat, kemungkinan yang ia takutkan bisa saja terjadi dan Jovanka tidak mau itu sampai menjadi kenyataan. "Tolong katakan dia akan baik-baik saja?"

"Saya sudah mengatakannya. Mati sekalipun itu menjadi urusan saya."

Jovanka menggeleng, ini tentang nyawa manusia dan Jerome tidak bisa menggampangkannya. Dengan tubuh gemetar Jovanka akhirnya memiliki kewarasannya kembali dan iapun mendekati Sasha. Ia duduk dipermukaan paving, lalu memeluk Sasha. Ia tahu Sasha kecewa pada Tristan, tapi bukan berarti dia tidak akan sedih dengan kondisi Tristan yang seperti ini.

Ambulance kemudian datang. Tristan langsung dibawa oleh tenaga medis menuju Rumah Sakit. Sasha berniat menemani Tristan, tapi Romeo yang baru datang dan mengetahui kejadian ini melarangnya. Pria itu memasukkan Sasha kedalam mobil bosnya beserta Jovanka yang turut menemaninya.

Sedang Jerome sendiri, pria itu dibawa oleh polisi untuk diperiksa tentang aksi pemukulannya.

Ini malam terburuk yang entah  keberapa kalinya harus Jovanka lalui. Psikisnya mungkin saja bisa terguncang mengingat tragedi mengerikan ini terulang ulang mengisi perjalanan hidupnya.

Jovanka lelah, berharap bisa menyusul ayahnya di keabadian sana. Ia ingin berkeluh kesah pada sang ayah tentang betapa hidup tak memberinya rehat barang sekejap saja untuknya menikmati hidup tenang tanpa membuatnya sekarat dalam ketakutan.

Iya, Jovanka ketakutan. Takut Tristan tak terselamatkan, takut Sasha maupun keluarga pria itu membencinya. Karena semua yang terjadi kini memang tak terlepas dari kesalahannya.

Perandaian pun ia lakukan. Andai Jovanka dari awal mendengarkan larangan keluarga Sasha untuk tidak berteman dengan gadis itu, andai ia menuruti ucapan Tristan yang menyuruhnya menjauh. Dan andai saja ia tidak memaksa ikut ke klub maupun melawan Tristan disana. Dan banyak lagi kata 'andai' yang disesalkan Jovanka. Dengan begitu semua ini tidak akan begini, dan mungkin juga Jovanka tak perlu menyaksikan tangisan Sasha di ruang tunggu begitu mereka telah tiba di rumah sakit.

Meminta maaf atau kalimat penghiburan lainnya pun kini percuma. Satu satunya yang bisa ia lakukan hanyalah menangkupkan tangan di dada, terpejam sambil menggumamkan banyak do'a agar Tristan baik baik saja.

Bastrad From Germany 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang