Chapter 32

51 12 19
                                    

Chapter 32: Boncap.

Please jangan bikin gue insecure karena baca komenan kalian.

Mungkin cerita ini tidak bisa menyentuh semua orang. Tapi setidaknya bisa ngebuat diri gue sendiri tersentuh eaaa...

Dan gue orangnya baperan, kalo kaliannya ngegas gue bisa ngegas juga dengan ngeblok kalian.




***

Berkumpul di acara keluarga seperti ini tak lantas membuat Yoga bisa mengakrabkan diri dengan sanak saudaranya. Ia tetap tak bisa bersikap hangat seperti yang lain, menyahut juga sekedarnya saja.

Bahkan saat tiba pada acara makan-makan ia meminta pada Rachel agar dirinya dan para sahabatnya dipisah dari keluarga besarnya. Alhasil Yoga pun mendapatkan tempat di samping rumah. Meja terbentang lebar dengan bebagai macam hidangan memenuhi diatasnya. Disini para sahabat Yoga akhirnya bisa benar benar bersantai tanpa harus merasa canggung dan takut salah bersikap.

Jovanka juga turut membantu membawa dan menata banyak makanan. Ia juga kesana kemari tanpa lelah, tanpa pula diminta. Dan setelah kesemua bosnya duduk memenuhi kursi yang tersedia, Jovanka mendekat pada Shinta guna mengambil alih Ditta yang anteng dengan dot susunya.

Jovanka menggendong balita tersebut, berniat mengajaknya menjauh dari sana sebelum Yoga menegur. "Mau kemana?"

Jovanka menoleh, lalu menjawab. "Mau ngajak Ditta main, Bos."

"Duduk, ikut makan."

Jovanka tahu itu perintah dan Yoga tidak akan repot mengulanginya. Ditta diambil kembali oleh Damar dan pria itu menyuruhnya segera duduk. Jovanka menoleh sekeliling, kursi telah penuh dan hanya tinggal satu lagi yang mungkin memang disediakan untuknya. Tapi itu disamping Nathan, bahkan Nathan telah menarik kursi tersebut dan memanggilnya agar mendekat.

Jika dulu mungkin Jovanka akan langsung menghampiri, tapi tidak setelah melihat Almira dan mengingat ucapannya malam itu. Ia menggeleng sopan, lalu bergerak mendekat pada Damar. Untunglah Damar tanggap, ia langsung berdiri dari duduknya dan membiarkan kursinya diduduki Jovanka. Damar sendiri memanggil pelayan untuk diambilkan kursi baru yang kemudian dia tempatkan disamping istrinya.

Shinta sangat cepat membaca situasi. Jovanka selama ini hanya diam tapi mengalami banyak perubahan. Terlihat jelas dari caranya menjaga jarak dengan suaminya dan juga Alan. Shinta dan Karina pernah bersama sama menegur dan Jovanka sedikit menurutinya. Jovanka bilang ia tidak mau terlihat terlalu dekat dengan Damar karena tidak mau Shinta salah paham. Dan o-oh rupanya bukan salah paham permasalahan yang sebenarnya, tapi memang karena ada sesuatu dan Shinta baru mengerti sekarang.

Mereka di meja itu telah memulai menyantap makanan. Shinta melirik Almira, lalu melirik Jerome yang wajahnya tumben kaku dan tidak bersahabat. Jovanka sendiri hanya makan dengan diam.

Tersenyum kecil, Shinta kemudian menambahkan banyak daging dan sayur kedalam piring Jovanka. Yang langsung mendapatkan tatapan heran dari gadis itu.

"Makan yang banyak, lo kurus banget kayak beban lo tuh berat banget." Tentulah ucapannya menarik perhatian semua yang ada disana. "Lo juga butuh makan buat ngisi tenaga, kan lo harus banyak menghadapi orang munafik. Menghadapi orang yang bermuka dua, belum lagi crocodile penghisap hati." Shinta tertawa untuk ucapannya yang terakhir. Jovanka hanya meringis memaklumi karena Shinta orangnya memang seperti itu.

Sementara Damar tidak menegur karena tahu niat istrinya kali ini baik, sedang Alan ikut ikutan tertawa sambil menusuk daging dan mengunyah dengan sadis. Seperti melampiaskan kemarahannya pada daging tersebut karena tidak bisa ikut nimbrung. Selain karena ada putranya, Karina juga sudah mewanti-wanti sebelum datang kemari agar suaminya tersebut tidak membuat ulah.

Bastrad From Germany 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang