1

5.9K 445 271
                                    

Selamat Membaca...

.
.
.

Suara deru mobil membuat bising halaman Konoha High School. Tidak hanya satu, melainkan ada lima mobil yang memasuki halaman sekolah sehingga bising itu terdengar sampai menyakiti telinga.

Kelima mobil itu berhenti bergantian serta berjajar rapi saat terparkir di parkiran khusus para pengendara mobil mewah itu.

Orang pertama yang keluar dari mobil berwana hitam, dengan gaya rambut bak buah nanas. Pria beranjak dewasa itu bernama Shikamaru Nara. Anak tunggal dari keluarga Nara, Nara Shikaku, seorang jendral ternama di Konoha.

Pintu mobil putih terbuka, menampilkan sosok pria putih dengan senyum anehnya menyapa para gadis di sekolahnya yang berteriak memanggil namanya. Ia bernama, Sai Shimura. Anak dari seorang pelukis terkenal didunia yang berasal dari Konoha.

Mobil ketiga dengan warna merah menyala, keluarlah seorang putra bungsu dari keluarga Sabaaku. Benar, dia adalah Garaa Sabaaku. Merupakan anak dari pengusaha boneka terbesar di Konoha.

Suara teriakan semakin menggema kencang saat pintu mobil berwarna biru dongker itu terbuka, menampilkan sosok bungsu Uchiha yang terlihat tampan dengan kacamata hitam yang dikenakannya. Jangan tanya seberapa kaya klan Uchiha, mereka adalah pebisnis handal dan menjabat nomer dua dalam jajaran orang terkaya di Konoha.

Sedangkan yang terakhir adalah seorang bungsu Namikaze. Berbeda dengan keempat rekannya, saat si bungsu Namikaze ini keluar dari mobil berwarna orange maka, semua teriakan akan terhenti. Bukan, bukan karena tidak memiliki pengagum seperti rekannya, hanya saja si bungsu Namikaze terkenal dingin dan tak punya hati. Ia tak akan segan melukai siapapun yang dianggapnya sebagai pengganggu. Para pengagumnya harus puas dengan hanya berteriak dalam hati mereka masing-masing. Dengan surai kuningnya serta wajah yang tampan bungsu Namikaze itu diberi nama Naruto Namikaze. Seorang pria dingin yang tidak tersentuh bahkan rekannya hanya tau nama dan tingkah Naruto yang tak segan menyakiti siapapun. Tidak ada yang tau, bagaimana seorang Naruto sebenarnya.

Mereka berjalan menuju kelas mereka yang kebetulan berada disatu kelas yang sama. Kelas dua belas A, kelas dimana berkumpulnya para siswa dan siswi yang memiliki otak encer. Berjalan dengan sedikit bercanda, tepatnya hanya Sai yang menjahili rekannya.

"Wahh... Kalau berjalan dengan Naruto terasa berjalan di kuburan. Sepi..." Ujar Sai yang berkata sembari menariki tas milik Garaa.

"Setidaknya telingaku bisa beristirahat dari jeritan para gadis itu." Ujar Shikamaru.

"Hei...nanas... Kuperhatikan penggemarmu semakin banyak saja." Sai kembali bicara.

"Itu karena mobilnya sudah berganti kelas." Cela Sasuke.

"Ha ha ha... Jadi kau ganti mobil hanya untuk menambah daftar fans girl mu, Shika?" Sai terbahak dengan keras sambil menepuk-nepuk bahu Shikamaru yang terlihat menatap tajam Sasuke.

"Mulutmu itu, apa belum pernah disumpal dengan mahkota nanas?" Sengit Shikamaru.

Tawa Sai semakin menjadi saat mendengar ujaran Shikamaru. Garaa yang berjalan disamping Naruto, melirik sekilas wajah rekannya itu. Dingin dan datar, selama menjadi rekan Naruto, Garaa belum pernah sekalipun melihat senyum Naruto. Bahkan pernah Garaa bertanya pada Sasuke yang sudah berteman dengan Naruto sejak masih disekolah dasar, apa Naruto bisa tersenyum? Jawaban dari Sasuke membuat Garaa melongo tidak percaya. Bahkan seorang Sasuke saja jarang melihat Naruto tersenyum. Walau dirinya dingin namun, sesekali masih menunjukkan senyum. Sasuke pernah berkata jika keluarga Namikaze bukan keluarga yang dingin namun, Namikaze Minato terkenal tegas dan keras dalam mendidik anak-anaknya. Kakak dari Naruto, Menma Namikaze pernah berkata jika Naruto seperti itu setelah kematian Neneknya, Mito Uzumaki. Menjadi pria dingin, tertutup, tidak punya hati. Mereka tidak tau menahu asal muasal mengapa Naruto menjadi seperti itu mereka hanya tau setelah Mito meninggal, Naruto berubah dari yang pendiam menjadi dingin.

Dalam perjalanan menuju kelas, tiba-tiba saja Naruto melihat intensitas satu-satunya manusia yang tau sisi lain seorang Namikaze Naruto. Berbelok menuju intensitas manusia itu tanpa berkata apapun pada rekan-rekannya.

"Hei... Mau kemana Naruto?" Teriak Sai ketika melihat Naruto berbelok. Namun, pertanyaan Sai tadi, sama sekali tidak mendapatkan jawaban dari Naruto. Sai yang kesal karena tidak mendapatkan jawaban, akhirnya menyusul Naruto. Baru ingin menepuk pundak Naruto. Sai jatuh tersungkur, suara pukulan yang keras menyentak ketiga anak orang berpengaruh di Konoha yang mengikuti Sai. Naruto, memukul keras rahang milik Sai.

"Jangan ikut campur." Ujar Naruto dingin dengan wajah datar pula, seakan tak merasa bersalah setelah memukul Sai Shimura. Sai merintih kesakitan, menyeka sudut bibirnya yang berdarah. Pukulan Naruto tak main-main.

"Naruto, tidak perlu sampai memukul!" Tegur Garaa pada Naruto. Menurut lelaki merah ini sikap Naruto keterlaluan.

"Lalu?" Tanya balik Naruto menatap Garaa datar. Garaa diam, ia tidak bisa menjawab tanya Naruto karena tak tau harus berkata apa. Tidak, sebenarnya ada kata teguran untuk Naruto namun entah, kata itu hanya tertahan dibenak Garaa.

Tanpa menunggu tanggapan dari mereka dengan langkah pasti Naruto melangkah menuju tujuannya. Sedangkan para rekannya hanya menghela nafas.

"Sebenarnya Naruto itu kenapa? Sshhh... Gila, ini sakit sekali." Gerutu Sai sambil memegangi sudut bibirnya yang terasa kebas. Sasuke menatap punggung Naruto sampai punggung sahabatnya itu tak terlihat.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada dirimu, Naruto?" Batin Sasuke bertanya.

Keempat sahabat Naruto itu kembali ke koridor dimana kelas mereka berada. Dalam benak mereka masing-masing menyimpan tanya tentang Naruto. Seorang sahabat mereka yang tertutup dan tidak bisa mereka gali infonya. Naruto, menutup semua tentang dirinya, tidak main-main bukan? Dan mereka juga memilih tidak bermain-main dengan Naruto.

🌾🌾🌾

Naruto melihat seorang siswi seumuran dengannya. Dandanan yang biasa saja namun, terlihat amat cantik dimatanya. Safir birunya dengan lekat menatap siswi yang sedang berjongkok memberi makan seekor kucing liar yang sering berada dibelakang sekolah mereka. Tatapan mata Naruto yang biasanya tajam kini melembut menatap siswi berambut indigo panjang.

Kakinya yang panjang melangkah lebar mendekati sang siswi bernama Hyuga Hinata. Kurang tiga langkah lagi dirinya sudah bisa menggapai Hinata namun, dirinya berhenti guna merubah ekspresi wajahnya yang tadi lembut menjadi datar kembali.

"Nanti siang datang ke Apartemenku." Ujar Naruto mengangetkan Hinata. Gadis itu menengok kearah Naruto yang entah sejak kapan berada dibelakangnya tanpa ia sadari. Melihat wajah datar dan ucapan dingin Naruto membuat Hinata ketakutan. Ya, seorang Hyuga Hinata sangat amat takut dengan Namikaze Naruto.

"Na-namikaze-san, nanti sore aku ha-harus bekerja." Jawab Hinata dengan tergagap dan menunduk. Meremas rok seragamnya erat hingga kusut saat mendapati wajah Naruto semakin suram. Bukan maksud Hinata menolak hanya saja, ia harus bekerja demi adik semata wayangnya. Hyuga Hinata seorang yatim piatu dan hanya hidup bersama dengan adik perempuannya. Hyuga Hanabi.

"Ma-maf, Namikaze-san." Hinata semakin bergetar ketakutan saat dagunya dicekal erat oleh Naruto membuat kepalanya mendongak.

"Kalau begitu kita lakukan disini saja." Ucapan Naruto membuat Hinata membeku. Ini disekolah, walau sekolah ini milik keluarga Namikaze tapi tetap saja ia bersekolah disini karena beasiswa, ia tidak ingin beasiswanya dicabut. Mata bulan Hinata berair, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Nanti sore ia harus bekerja, adiknya harus tetap makan kan?

"Ayo..." Naruto menarik Hinata menuju ruangan pribadinya yang hanya dirinya dan tentu Hinata yang tau.

.
.
.

Bersambung...
.
.
.
Hai, aku balik lagi dengan short story.
Jika dirasa diksi atau ada kata yang aneh dan kurang pas dimaklumi ya...
Sudah lama tidak menulis membuat aku sedikit kaku..
.
Kali ini aku datang dengan story awal berlatar sekolah.
.
.
.
Baiklah, sampai jumpa di part selanjutnya.
.
Arigatou Gozaimasu.

LOVE DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang