Extra Part

3.8K 338 103
                                    

Sesuai permintaan kalian aku bikin extrapart...
.
.
.

Selamat Membaca...

.
.
.

❤️❤️❤️

Pagi ini, kediaman Uzumaki masihlah sepi. Sang pria masih setia menatap wanita yang kini sudah menyandang sebagai istrinya. Pernikahan mereka tertutup, bukan tanpa alasan acara sakral itu diadakan dengan tertutup. Wanitanya yang meminta hal itu, karena memang Hinata masih merasa tidak percaya diri menyandang status sebagai istri dari seorang pengusaha muda. Naruto ingin sekali protes namun mengingat Hinata yang jarang sekali meminta sesuatu padanya dengan berat hati ia memenuhi permintaan Hinata.

Hinata menggeliat, ia sadar jika Naruto tengah memandanginya dengan intens. Wajah datar Naruto memang sudah biasa dirinya lihat, namun ini adalah pertama kali melihat wajah datar itu setelah hubungan mereka resmi. Dan juga, setelah malam panas yang mereka lewati.

"Hinata," panggil Naruto dengan serak memacu denyutan jantung menggebu dalam diri Hinata. Rona merah muncul dengan sendirinya, padahal hanya dipanggil saja. Dan hanya nama bukan panggilan sayang layaknya pengantin baru lainnya.

"Uzumaki Hinata," ulang Naruto sekali lagi ketika tidak ada respon dari Hinata. Tuhan, rasanya Hinata ingin sekali menghilang saat ini. Ketika Naruto memanggil namanya saja ia sudah sangat malu, sekarang ditambah marga yang baru saja resmi disematkan kemarin. Merasa tidak mampu menjawabnya, Hinata hanya berdehem saja.

"Besok ada acara reuni SMA, aku ingin kau hadir bersamaku," ucapan Naruto yang memberikan informasi padanya itu seketika membuat Hinata terdiam. Ia bukanlah alumni dari sekolah yang sama dengan Naruto. Walau ia pernah bersekolah disana. Ditahun ke tiga awal, ia mengandung dan kalian sudah pasti tau bagaimana kan? Hinata meremat selimut, ia masih saja merasa sedih jika mengingat masa mudanya tidaklah seperti anak remaja kebanyakan. Namun, ia juga tidak menyesalinya. Hanya saja, perasaannya sedih ketika banyak anak remaja yang akan dengan bangganya suatu hari nanti menceritakan masa muda mereka pada anak cucu mereka dan Hinata tidak punya hal semacam itu untuk dibanggakan. Dirinya hanya gadis dengan masa lalu yang kelam.

"Jangan berfikir hal yang bisa membuat dirimu tersakiti. Kau tau, sebenarnya tanpa banyak orang lain sadari bahwa diri sendirilah yang banyak menyakiti diri sendiri. Salah satunya dengan prasangka-prasangka yang diluar nalar. Sugesti yang mampu menimbulkan lara hati. Memang mereka Tuhan? Bisa tau ada yang akan terjadi di masa depan. Satu detik kedepan saja mereka sudah pasti tidak tau apa yang akan terjadi,"

Hinata mengerjab lucu, ia tidak menyangka Narutonya akan berbicara sepanjang itu. Ia tau itu adalah nasehat untuknya namun, diucapkan panjang bukanlah seperti Naruto yang biasanya.

"Apa?" ucap Naruto saat Hinata menatapnya lucu. Senyum Naruto mengurva.

Tampan.

Itu kata yang langsung muncul ketika Hinata melihat Naruto tersenyum.

"Kau tidak malu membawaku kesana Naru?"

"Mengapa harus malu?"

"Boruto ikut?"

"Tentu saja,"

"..."

"Apa? Kau ingin berkata bagaimana nanti jika namamu akan tercemar begitu?"

Hinata mengangguk polos dan hal itu membuat Naruto berdecak. Apa istrinya ini tidak juga sadar bahwa dirinya sangat merasa beruntung memilikinya dan Boruto.

"Jangan berfikiran sempit seperti itu. Sekarang aku pemilik banyak perusahaan disini, jika ada yang berani menghinamu atau putraku maka aku tidak akan tanggung-tanggung dalam membalas mereka," ujar Naruto dengan sedikit kesombongan.

LOVE DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang