4

3.1K 374 90
                                    

Selamat Membaca...
.
.
.

Namikaze-san, aku harus berangkat bekerja.

Pesan singkat dari Hinata yang membuat Naruto beranjak dari atap. Naruto tau, sahabatnya akan mengikutinya turun jika dirinya turun. Benar saja, kini segerombolan siswa dan siswi keren Konoha High School telah berada diarea parkir, karena sekolah berakhir lebih cepat, mungkin ada rapat dadakan. Hal ini disambut riuh para siswa yang bisa pulang lebih awal, walau diyakini mereka tidak akan langsung pulang. Pasti mereka akan mampir dulu ke rumah teman, mall, atau toko buku dan lainnya.

"Naruto, kau sukses membuat kekasihku mengatakan  i love you  padamu." Shikamaru berkata dengan wajah yang tertekuk. Naruto hanya diam saja, tidak seperti ekspektasi sahabat lainnya. Shikamaru melemparkan lelucon namun, tidak berpengaruh pada seorang Naruto.

"Mau kemana lagi?" Tanya Garaa pada Naruto yang berjalan kembali.

"Jaketku tertinggal di atap. Aku akan mengambilnya, kalian pulang saja dahulu." Jawab Naruto.

Dan para sahabat Naruto pun masuk kedalam mobil diikuti dengan para kekasihnya. Naruto berjalan menuju kamar pribadinya dengan menaiki lift yang langsung menuju atap.

Sesampainya di atap, ia langsung menuju ruangannya. Saat membuka pintu ia melihat Hinata yang sedang membersihkan ruangannya. Naruto memandangi kegiatan Hinata, sangat cekatan sekali dan serius sampai-sampai kehadiran Naruto tak disadari oleh Hinata yang asik dengan kegiatannya sendiri.

"Sudah...?"

"Eh... Namikaze-san sudah tiba, maaf aku tidak menyadari kedatanganmu." Ujar Hinata dengan menunduk. Naruto menghampiri Hinata yang berdiri didekat ranjang. Karena tadi Hinata sedang mengganti sprei.

"Kau ingin berangkat sekarang? Sekolah bubar lebih awal."

"Ya, tadi Kiba mengabariku kalau sekolah pulang lebih awal."

"Kiba?" Tanya Naruto dijawab anggukan oleh Hinata, "teman sekelasku." Kata Hinata akhirnya saat melihat wajah Naruto yang sedikit suram.

"Dia pria?" Lagi-lagi Hinata menjawabnya dengan anggukan.

"Jangan dekat-dekat dengan pria manapun." Ujar Naruto dengan nada dingin dan wajah datar yang menurut Hinata sangat menyeramkan.

"Aku tidak mau milikku disentuh orang lain." Lanjut Naruto dengan menghunus tajam mata Hinata.

Kepala bersurai indigo panjang itu menunduk namun, jantungnya berdebar saat Naruto mengatakan milikku. Bolehkah jika, Hinata mengartikan ucapan Naruto tadi sebagai tanda dirinya adalah milik seorang Namikaze Naruto?

Hinata menatap wajah pria dihadapannya dengan rona merah dipipi. Pikirannya sedang tidak lurus rupanya, bisa-bisanya ia berfikir seperti itu, tidak mungkin Naruto seperti yang difikirkannya.

"Apa?" Tanya Naruto pelan, saat bola mata bulan Hinata tertuju padanya. Tidak ada nada gertakan dalam tanyanya. Hinata hanya menggelengkan kepalanya. Naruto menarik pinggang Hinata sehingga tubuh mereka saling menempel. Ujung hidung mereka yang bangir saling bersentuhan. Naruto hanya diam menatap mata Hinata yang juga menatap safir biru Naruto karena terpesona akan biru safir itu. Tanpa kata, Naruto menempelkan bibirnya dengan bibir Hinata.

Hinata, jika rasa yang aku rasakan memanglah cinta. Maka akan aku buktikan cintaku dengan menjadikanmu istriku. Namun, jalan itu tidak mudah. Aku hanya berharap, Tuhan memang menakdirkan dirimu untuk diriku. Kuharap, selagi Tuhan mempersiapkan waktu yang tepat untuk mengabulkan keinginanku, kau tetap bersamaku, apapun yang terjadi.

Naruto melumat pelan bibir manis Hinata setelah berdoa didalam hati. Tangan pria itu merambat naik menuju tengkuk Hinata, guna memperdalam lumatannya. Setelah dirasa cukup, Naruto melepaskan lumatannya dan kembali menatap mata Hinata.

LOVE DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang