❖0.5

4.6K 353 89
                                    

Read it, enjoy it, and give your vote + comments!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Read it, enjoy it, and give your vote + comments!


▌▌▌▌▌▌▌▌





Sudah hampir dua minggu Jisung dikurung di dalam kamar putih ini, tidak boleh keluar sama sekali. Hari-hari Jisung dilalui dengan menatap ke luar dari jendela lantai dua ke pekarangan rumah Jaehyun. Jisung sudah merasa begitu muak dan frustrasi karena bosan. Setelah memaksakan kehendaknya malam itu, Jaehyun tidak pernah mengunjungi Jisung lagi.

Mungkin dia sedang bersenang-senang dengan kekasih barunya. Jisung mencibir, mencoba mengabaikan perasaan seperti tercubit di dadanya. Tetapi kalau memang benar begitu, kenapa Jaehyun tidak melepaskannya?

Apakah karena lelaki itu tahu bahwa Jisung berniat untuk membunuhnya, jadi dia menawan Jisung di sini karena menganggap Jisung ancaman yang berbahaya? Jika begitu kenapa Jaehyun tidak membunuhnya sekalian?

Beberapa lama terpaku di jendela, Jisung menyadari bahwa ada kesibukan yang tidak biasa di luar sana. Beberapa mobil tampak berlalu-lalang keluar masuk rumah Jaehyun yang biasanya lenggang. Sehari-hari pemandangan yang didapat Jisung hanyalah pemandangan pengawal-pengawal Jaehyun dan beberapa pelayan yang lewat di halaman depan rumah. Kali ini Jisung melihat ada mobil bunga dan mobil katering. Apakah Jaehyun akan mengadakan pesta? Kalau iya, mungkin saja kesempatan Jisung untuk melarikan diri bisa muncul kembali.

Sedang larut dalam lamunannya, tiba-tiba pintu kamar putih itu terbuka. Jisung bahkan tidak menolehkan kepalanya sedikitpun. Karena yang masuk ke kamar ini selalu hanya Johnny yang mengantarkan makanan, dan pelayan yang membersihkan ruangan sembari membawakan pakaian ganti untuknya – tentu saja di bawah pengawasan Johnny.

Jisung tidak pernah berinteraksi dengan Johnny lagi setelah kejadian kemarin, dan sepertinya lelaki itu juga tidak berniat untuk mengajaknya berbicara. Lagipula rasa bersalah yang ditanggung Jisung terlalu besar. Karena dialah Johnny dihajar oleh Jaehyun, bekas-bekas hajaran itu masih terlihat di sana bisa dilihat dari memar-memar di wajah Johnny dan hidungnya yang patah.

Setiap melihat Johnny, Jisung disergap perasaan ngeri dan rasa bersalah yang luar biasa. Jaehyun mengancam akan membunuh siapapun yang lengah dan membiarkan Jisung lolos. Apakah sepadan mengorbankan satu nyawa demi meloloskan diri. Jisung memang tidak kenal dengan Johnny, tetapi kalau mendapatkan kebebasan dengan mengorbankan nyawa orang lain, tetap saja terasa tidak benar baginya.

"Jisung."

Itu suara Jaehyun. Jisung terlonjak saking kagetnya. Dia menolehkan kepalanya, dan Jaehyun-lah yang berdiri di tengah ruangan, lelaki itu tadi sepertinya terdiam, mengamati Jisung yang sedang melamun sambil memandang Jisung yang sedang menatap ke luar jendela.

Otomatis Jisung mengepalkan tangannya, reaksi impulsifnya ketika menyadari aura Jaehyun yang berkuasa memenuhi ruangan. Jaehyun melirik tangan Jisung yang terkepal, dan senyum sinis muncul di bibirnya. Lelaki itu menolehkan kepalanya ke belakang dan Jisung baru menyadari ada orang lain di belakang Jaehyun, seorang laki-laki berbadan kecil dan sedikit gemulai.

✔️Sleep with The DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang