❖0.4

4.7K 386 36
                                    

Read it, enjoy it, and give your vote + comments

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Read it, enjoy it, and give your vote + comments





▌▌▌▌▌▌▌▌




Jaehyun keluar dari kamar mandi dengan masih menyimpan kemarahan. Rambutnya basah kuyup dan seluruh pakaiannya yang basah teronggok di lantai. Sebuah gerakan di sudut kamar membuatnya menoleh. Johnny berdiri di sana, bekas-bekas pukulan Jaehyun masih meninggalkan memar di setiap sudut wajahnya, tetapi lelaki itu sepertinya sudah diobati.

"Bagaimana dia?" Tanya Jaehyun dingin.

"Dokter sedang menanganinya, paru-parunya di masuki banyak air. Anda sendiri bagaimana Tuan? Apakah anda tidak apa-apa? Terjun dari lantai dua seperti itu hanya untuk menyelamatkan submissive itu..." Jaehyun melirik pada Johnny dengan tatapan tajam, lalu meraih handuk untuk menggosok rambutnya yang basah.

"Tadinya aku berniat untuk membunuhnya."

"Kalau begitu kenapa Anda menyelamatkannya?" Jaehyun membalikkan tubuhnya dan menatap Johnny dengan mata yang menyala-nyala.

"Karena aku memutuskan belum saatnya dia untuk mati." Mata cokelat Jaehyun bagaikan berbinar di kegelapan.

"Dan kau.... Kenapa kau sengaja membiarkannya lolos?" Johnny menatap Jaehyun, tampak ada keterkejutan di matanya meskipun sekejap kemudian dia langsung memasang wajah datarnya lagi.

"Saya tidak sengaja membiarkannya lolos."

"Kau pikir aku bodoh?" Suara Jaehyun menajam, setajam tatapannya.

"Kau adalah pengawalku yang paling berpengalaman. Jadi tidak mungkin kau bisa diperdaya oleh submissive itu, kecuali kau memang sengaja membiarkan dirimu diperdaya." Johnny menelan ludahnya.

"Saya ingin membebaskannya, karena saya takut dia akan membawa masalah untuk kita." Jaehyun melempar handuknya dengan marah ke sofa.

"Dalam dua hari ini kau sudah dua kali mengambil keputusan sendiri dan menentangku. Dengarkan ini baik-baik Johnny!" Suara Jaehyun terdengar dalam dan mengancam.

"Sekali lagi kau membuat kebodohan yang merepotkanku, bukan hanya pukulan yang akan kau dapatkan! Tapi aku akan menghabisimu secepat yang aku bisa." Suara ancaman itu masih menggema di kegelapan, bagaikan janji iblis yang memanggil-manggil meminta nyawa.


***

Ketika Jisung terbangun, yang dirasakannya pertama kali adalah rasa sesak di dadanya. Dia menggeliat panik, mencoba menarik napas sekuat-kuatnya, dalam usahanya mencari oksigen sebanyak-banyaknya.

✔️Sleep with The DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang